"Lemas sekali, apa kamu hewan melata? Kerahkan seluruh tenagamu, astaga!" gerutu V, tak puas dengan pergerakan wanita dengan posisi koala di punggungnya.Tak ada jawaban dari lawan bicara, akhirnya V memutuskan untuk menendang pintu kamar hingga terbanting ke dalam begitu kencang.
Belum saja sampai pada titik peristirahatan, Hwasa buru-buru turun hingga membuatnya dan V terjungkal bersama, kemudian tertawa sekalipun tak mengerti apa yang perlu ditertawakan.
Sedemikian sederhana menaikkan hormon kebahagiaan mereka, setidak-tidaknya pula tulusnya rasa antar sesama. Canda tawa bersama himpunan surga merekah di manik mata, menyisakan secuil keindahan dunia.
"Bersihkan badanmu!" titah V, dituruti Hwasa yang segera melesat pergi.
"Mau pakai bajuku?" tanya V, sebelum Hwasa benar-benar masuk kamar mandi. Hwasa menoleh, lalu mengangguk tegas.
Tak ada satupun baju milik V bisa memperlihatkan lekukan tubuh Hwasa dan itu cukup melegakan baginya. Setelah sekian lama berkutat, ia menjatuhkan pilihan pada kaus ukuran besar berwarna hitam dengan sedikit corak jingga di tengahnya yang langsung dilemparkan ke arah Hwasa tanpa aba-aba.
Menunggu itu membosankan, pernyataan itu terus berkeliaran di otak V yang sedang menunggu Hwasa hampir satu jam lamanya membersihkan diri.
Otaknya pun terus berotasi, memikirkan sebanyak apa botol sampo atau sabun mandi yang akan ia temukan tergeletak di keranjang pembuangan kamar mandi. Sebenarnya rotasi otaknya kelewat manusiawi, mengingat stok botol perlengkapan miliknya tak lebih dari sebiji.
Seketika suara engsel pintu menyeruak, membuyarkan lamunan V. Wangi khas tubuhnya pun membelai indera penciuman, bersama tertangkapnya visual wanita dengan surai panjang—basah—oleh indera pengelihatan.
"Kamu punya alat pengering rambut?" tanya Hwasa.
"Memangnya kamarku ini salon kecantikan?"
Hwasa berdecak, "Jimin saja punya, kamu harus menirunya!"
"Siapa yang memintamu menginap di tempatku?"
Hwasa melempar senyum pada V yang sudah membuat kedua alis tebalnya bertemu, lalu menguap, menggema memenuhi seisi ruang. Sebelum tumpukan kapuk berhasil menarik V berbaring di atasnya, ia memantapkan niat untuk membersihkan diri.
Tak butuh waktu lama, V telah kembali dari ritual pembersihan, menemui Hwasa sedang berkonsentrasi penuh pada ponsel di tangan. Sedikit-banyak V mengetahui kegelisahan sahabatnya, tetapi ia merasa membahas segala macam hal yang berkeliaran di otak hanya akan memperkeruh suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless by Street | HWASA
FanfictionMamamoo x BTS [on going] "Apa arti kehidupan bagimu?" "Kehidupan? Menarik." Diberkatilah hidupmu dengan segala bentuk lika-likunya. Perangilah segala bentuk nyata yang memaksamu untuk lupa padamu yang sesungguhnya. - Maria Hwasa, wanita dengan sega...