14 | SALT

231 40 116
                                    

Lemah sudah semua makhluk berindera dengar, pun syaraf kuat penopang tubuh akibat suara klakson mobil yang meracau berdetik-detik lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lemah sudah semua makhluk berindera dengar, pun syaraf kuat penopang tubuh akibat suara klakson mobil yang meracau berdetik-detik lamanya.

Namun tak dengan dua manusia mati rasa yang sedang berdiri di ujung jalan, berpeluk mesra demi mereda magma dalam kepala, "kalau sampai kamu kenapa-napa—" V menjeda, mempererat pelukan pada wanita bertubuh biola.

Deru napas V terlampau keras untuk tak terdengar, membuat layu netra Hwasa hingga mengatup sempurna, lagi-lagi mampu ia akui keintiman V yang paling disukai.

"Mulai besok kamu dilarang mengonsumsi garam!" titah V.

"Aku tidak memiliki penyakit darah tinggi, V!" tolak Hwasa.

"Kalau begitu, Jungkook mengandung garam karena sering membuatmu geram," jelas V, disetujui Hwasa dalam diam, seraya menenggelamkan kepala lebih dalam pada dada bidang V.

"Ada apa denganmu?" V membelai surai Hwasa, sesekali menepuk lembut puncaknya.

"Tidak apa,"

"Keras kepala," lirih V, pasrah.

Beberapa orang berlalu-lalang dengan tatap heran melihat dua manusia saling berpelukan di tengah malam, tak mampu menggoyahkan keduanya dan justru mempererat pelukan.

Setelah suhu tubuh kembali normal, Hwasa mulai melepaskan pelukan, lalu berjalan beriringan tanpa arah tujuan, memandang apa pun yang ingin dipandang tanpa merakit kata.

"Kamu menyembunyikan sesuatu, 'kan?" desak V.

Hwasa yang awalnya menatap pekatnya langit kini menjatuhkan pandang, "begitulah," jawabnya.

"Aku juga ingin menyembunyikan sesuatu, sayangnya aku kehabisan bahan,"

"Ayo bertengkar! Bisa-bisanya mengharap bahan untuk disembunyikan!"

V terkekeh sebentar, lalu menyentil kening Hwasa, membuat sang empu mendesis, "kalau sadar itu tidak benar, harusnya kamu tunjukkan, setidaknya padaku!" saran V.

Hwasa menghentikan langkah, V yang menyadari hal itu sontak menoleh dan justru mendapati wanita di sampingnya mendudukkan diri sembari mengerucutkan bibir.

"Kamu gila? Cepat berdiri, celanamu kotor nanti!" titah V dengan nada tinggi.

Hwasa masih dalam kondisi serupa, lantas membuat V memahami keinginannya, "dasar, Singa Sialan!" pekik V.

Otak memerintah segala sistem syaraf agar V dapat berjongkok, seraya menyondorkan punggung. Degan cepat namun tepat, Hwasa naik ke punggung V yang setelahnya kembali berdiri.

Kedua lengan Hwasa dengan leher jenjang V, perpaduan yang serasi. Bibir mungil pun kembali terbuka, "terima kasih, Lien," tuturnya tepat pada telinga V, membuat sang empu bergidik hebat.

"Jangan dekat-dekat! Astaga, kamu ingin celaka?" pekik V.

"Kamu tidak akan bisa!"

"Belum, Hwasa."

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang