02 | DISCARDED

532 91 120
                                    

"Wanita murahan! Sudah kuperingatkan, tutup Rumah Tato itu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Wanita murahan! Sudah kuperingatkan, tutup Rumah Tato itu!"

"Tidak tahu malu!"

"Kamu pasti sudah ditiduri banyak pria saat bekerja!"

"Sampah!"

Setelah menegak secangkir minuman ber-alkohol itu, dari mulutnya keluar suara khas yang melegakan, "kkkhhhh!"

Mata lebamnya kini tertuju pada panggung kecil di sisi kiri yang memopong wanita cantik bersuara emas. Rasanya, wanita itu sudah berencana membawakan lagu khusus untuknya.

Mungkin itu halusinasinya saja, namun sukses membuatnya menyinggungkan senyum dari sudut bibir robek dengan darah segar yang setia menemani.

"Apa kamu menginginkan P3K milikku, Hwasa?"

Hwasa menoleh, pria di hadapannya ini menawarkan hal yang sama sekali tidak berguna, membuatnya muak. "Apa kamu tahu, kalau pertanyaanmu itu membuatku semakin muak?"

"Benar begitu?"

Tidak menggubris pertanyaan kedua dari pria ini adalah keputusan bagus. Namun, sama sekali tak menggoyahkan niat awalnya dan justru mendekatkan wajahnya ke wajah Hwasa, memperhatian setiap lekukannya. Tentu Hwasa menyadari itu, tapi ia tak peduli.

"Ah! Aku mengerti sekarang. Kamu terlihat lebih memesona dengan wajah lebammu. Bagus! Jadi tidak perlu P3K," ucapnya sembarangan.

"Berikan aku minuman lagi! Daripada terus menggangguku!" Hwasa sudah tak tahan lagi, ingin rasanya ia menjadikan mulut pria ini sebagai alat ganti asbak.

Pelanggan setia di bar, membuat pria ini dengan mudah menuruti keinginannya. Hwasa's time, katanya. Saat itu juga ia tak ingin melayani siapa pun selain wanita di hadapan. Karena, ia merasa hanya dirinya yang pantas melayani Hwasa.

"Minum dalam satu teguk atau kamu berakhir dengan membayar sepuluh kali lipat."

"Cih! Teruslah bermimpi!"

Mendengar jawaban tak kalah menantang dari Hwasa, membuat pria ini tersenyum puas. Apa kataku, kami memiliki kemistri! batinnya.

"V, tolong ambilkan rokok milikku. Suara emasku ini butuh asupan bergizi!" Setelah perkataan yang membuat Hwasa dan V menggeleng bersamaan, wanita ini duduk tepat di samping Hwasa.

"Lagu yang tadi untukku?" Hwasa menyinggungkan senyumnya.

"Begitulah, aku yang terbaik, 'kan?"

Hwasa hanya mengangguk, lega setelah mengetahui bahwa perkiraannya benar, bukan halusinasi.

Setelah V menyodorkan satu pak rokok, wanita ini dengan cekatan menyalakan ujung rokok dengan meminjam korek api hitam kebanggaan Hwasa. Yang kemudian disesap kuat-kuat, hingga menghantam paru-paru yang telah lama menghitam.

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang