"Astaga! Ke mana perginya kedua matamu?" Rahang Jimin mengeras, pandangannya pun memincing pada sosok pria yang menabraknya hingga barang bawaan jatuh berserahkan. Sialnya, pria tersebut sama sekali tak meminta maaf, justru memelesat.Puncak kepalanya terasa panas mengepul uap sedemikian banyak, hingga wajah pun ikut memerah. Ia pungut satu per satu barang bawaan sembari berharap semua dalam keadaan sehat, jika tak ingin menjadi santapan malam Hwasa.
Suara lonceng pengulas bulan sabit pada bibir Jungkook kembali berbunyi, kemudian ia mengernyit setelah menangkap visual Jimin dengan air muka masam, "ada apa dengan wajahmu?" tanya Jungkook.
Jimin mempercepat langkah, mengingat kantung yang telah memiliki sobekan besar, "astaga, sungguh merepotkan!" Ia membanting barang bawaan tepat pada meja di hadapan Hwasa yang langsung memilah barang.
Pandangan mata tajam, sungguh membuat Jungkook dan Hwasa bergidik. Hebatnya Jimin, pandangan mata saja cukup membuat ngeri.
"Aku tertubruk pria di depan kedai, kurasa dia pelangganmu, tapi kenapa dia tampak ketakutan?" Pertanyaan Jimin kembali meledakkan tawa Hwasa, tak kuasa mengingat kejadian menggemaskan yang baru saja terjadi, pun Jungkook.
Jimin mengerucutkan bibir, "Kalian menertawaiku?"
"Bukan begitu," Jungkook menjeda, coba mengontrol tawa, "pria yang menubrukmu tadi coba merayu Hwasa," jelasnya.
Seakan memahami apa yang terjadi selanjutnya, Jimin mulai memaklumi atas apa yang terjadi pada dirinya, "jurus apalagi yang dia gunakan?" tanya Jimin pada Hwasa.
"Tetangga yang menjadi korban mutilasi karena meminta nomor wanita di depan lelakinya," jelas Hwasa.
"Astaga, kedaimu bisa sepi kalau kamu terus seperti itu, Jungkook!" tutur Jimin.
"Tidak, etika tetap berjalan di kedai ini, meminta yang bersifat pribadi saat jam kerja, ditambah lagi memintanya dari sahabatku? Sangat menggangu!" jelas Jungkook.
"Jimin, cepat mandi dan ganti bajumu!" kode dari Hwasa agar menyudahi pembicaraan tak aman sebelum Jimin kembali memulai perang. Jimin mendengus, lalu mengacak surai Jungkook gemas dan melesat menuju lantai dua untuk berbenah diri.
Mendadak ponsel Hwasa berdering, ia merogoh kantong celana dengan kerut di dahi, berpikir sang penelepon adalah Wheein atau V. Setelah menangkap nomor yang tertera pada layar posel, kedua maniknya justru membola.
Jungkook pun menyadari tingkah aneh Hwasa, mendadak kaku dengan manik membola, kelewat aneh untuk panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengernyit, sesekali mencuri pandang, coba mengingat deretan nomor tersebut, ingatan Jungkook sangat kuat untuk hal semacam ini.
Suara lonceng kedai seakan menampar Hwasa dari keterlenaan, bagai kilat, jemari bergerak mengganti mode suara menjadi mode getar, lalu memasukkan kembali ke dalam kantong celana. Ini makin mencurigakan! Pikir Jungkook, namun lebih memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless by Street | HWASA
FanficMamamoo x BTS [on going] "Apa arti kehidupan bagimu?" "Kehidupan? Menarik." Diberkatilah hidupmu dengan segala bentuk lika-likunya. Perangilah segala bentuk nyata yang memaksamu untuk lupa padamu yang sesungguhnya. - Maria Hwasa, wanita dengan sega...