Udara dingin dini hari mampu meretakkan sepasang mata kaki, seraya menyapa para makhluk bernyawa yang masih terjaga dari alam mimpi, layaknya V dan Wheein. Genggaman tangan berhias jemari jenjang itu sama sekali tak menghangatkan Wheein, telapak tangan mungilnya justu makin memucat, diiringi suara gemeletak gigi.
"Bagaimana kalau kamu masuk ke dalam mantelku?" tanya V.
Wheein menoleh, bimbang antara menolak atau menerima ajakan tersebut, "apa cukup, kalau aku masuk ke dalam sana?" tanyanya menyengau.
Jemari jenjang itu kembali bergerak dengan serakah, melepas satu per satu kancing yang saling bertautan, "cepat masuk!" tegasnya, mengantar Wheein masuk ke dalam mantel berukuran—terlampau—besar. Meski akan membuatnya susah untuk berjalan, dirasa lebih baik ketimbang membiarkan warna bibir merah Wheein menjadi biru.
"Jalan yang benar, Bodoh! Kita hampir jatuh!" tegur V.
"Berhenti memarahiku!" sahut Wheein, memunculkan tanda tanya besar di kepala V, siapa yang marah?
Saat suara pintu kayu kembali terdengar, tiga pasang mata dari ketiga manusia dalam rumah tato menjatuhkan atensi mereka pada dua manusia yang sedang melakukan adegan dewasa.
"Akan kubuatkan minuman hangat untuk kalian." Jungkook langsung melesat pergi, menjarah isi dapur Hwasa.
Sementara itu, Jimin terkekeh, "sedang apa kalian?" tanya-nya.
V berdecak, "aku seperti induk kanguru yang sedang menggendong anak." Ia melempar tatapan tajam pada wanita di hadapan yang tak kunjung beranjak dari dalam mantel.
"Kemarilah, pelukan hangat menunggumu, Wheein!" titah Hwasa.
Dengan tergesa, Wheein melepas satu per satu kancing mantel, mengharap penghangat dari Hwasa. Namun naas, setelah berhasil melepas semua kancing, pergerakannya didahului oleh V yang sudah berhambur memeluk Hwasa, sembari menjulurkan lidahnya, mengejek.
Hwasa terkekeh, pun Jimin yang merasa memiliki tugas baru, "bagaimana kalau penghangat dariku?" tanya Jimin, di sela-sela kekehan.
Tanpa pikir panjang, Wheein berlari mendatangi penghangat barunya, "kamu memang yang terbaik, Jimin! Mulai sekarang jadi penghangatku, ya?" rayu Wheein.
"Bagaimana bisa aku menolak, hm?" Kedua manik Jimin menghilang, ditelan bongkahan pipi yang mengembang, bersamaan dengan datangnya lima cangkir kopi hangat buah tangan Jungkook.
Aroma kopi kian membeludak, menghantam indra penciuman. Entah bagaimana cara Jungkook membuat ramuan, sama menggodanya dengan buah tangan V yang sering mereka sebut; Mantra Cair.
"Jadi, tato seperti apa yang kalian buat?" tanya Wheein.
"J, dengan inisial kami," jawab Jungkook.
"Bagaimana dengan wejangan Hwasa?"
Jungkook mengernyit, "apa akan selalu ada wejangan di setiap tato yang dibuat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless by Street | HWASA
Fiksi PenggemarMamamoo x BTS [on going] "Apa arti kehidupan bagimu?" "Kehidupan? Menarik." Diberkatilah hidupmu dengan segala bentuk lika-likunya. Perangilah segala bentuk nyata yang memaksamu untuk lupa padamu yang sesungguhnya. - Maria Hwasa, wanita dengan sega...