18 | FLUCTUATE

217 40 44
                                    

Sekonyong-konyong mengerjap ketika dagu terbentur pundak kekar pria bergigi kelinci, kemudian menahan ringisan dengan niat tetap terlihat elegan atau menghindarkan pria yang menggendongnya dengan posisi koala ini tak menjadi bahan amukan sahabat l...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekonyong-konyong mengerjap ketika dagu terbentur pundak kekar pria bergigi kelinci, kemudian menahan ringisan dengan niat tetap terlihat elegan atau menghindarkan pria yang menggendongnya dengan posisi koala ini tak menjadi bahan amukan sahabat lainnya.

Sedemikian atletis tubuh Jungkook, sama
sekali tak memiliki beban pada gendongannya. Sesekali tubuh Hwasa dengan sengaja dihentakkan agar sedikit melayang, seperti menaiki wahana permainan.

Setelah Wheein berhasil membuka kunci pintu rumah tato dan masuk, Jungkook menurunkan Hwasa tepat di bibir ranjang dengan hati-hati, sebab tak ingin mendapat jambakan dari wanita bertubuh biola ini pun tatapan mematikan dari Jimin.

"Cepat mandi, akan kubuatkan kopi kesukaanmu!" titah Jungkook.

"Aku lapar," Hwasa mengusap perutnya memutar.

"Maka dari itu, cepat mandi dan segera ke dapur!" jawab Jungkook, lalu meninggalkan kamar Hwasa tanpa lupa menutup pintu kamar sebelum bergabung dengan yang lain.

Maniknya mendapati Wheein sibuk dengan bilah besi demi memotong bahan pangan segar kehijauan, Jimin membersihkan alat masak, V mulai menyiapkan teflon keramik sembari menunggu bahan selesai diracik, sedang Jungkook menyerahkan diri pada mesin kopi, pemilik separuh jiwa—terlepas dari para sahabatnya.

Dalam beberapa menit, keempatnya tak juga buka suara, alih-alih sibuk dengan urusan masing-masing atau menjauhkan diri agar tak terlacak dari getir, hingga tanpa disadari seluruh keperluan perut telah jadi.

Berakhirlah keempatnya menunggu Tuan Putri; duduk di lantai; membundari meja makan; menyesap batang nikotin.

"Kalian tidak bersiap?" tanya Jimin pada V juga Wheein yang hanya melirik sebentar.

"Aku rasa kalian tidak bisu, tidak juga tuli," sindir Jimin.

V sibuk melempar pandang pada sahabatnya yang sama-sama sibuk menikmati batang nikotin berbeda rasa, kemudian menatap Jimin ragu, "bertanya pada siapa?"

"Rumput yang begoyang!" Jimin menarik napas sebentar, "apa kamu melihat rumput di sini?" tanya-nya dengan nada tinggi.

V menggelengkan kepala.

"Kalau begitu aku bertanya padamu, juga wanita ini!" bentak Jimin.

V terkekeh, sementara Wheein mengerjap, coba mencerna maksud Jimin.

"Kau tidak menyebut nama mereka, Jimin," tegur Jungkook di sela sesapannya.

Suara keempatnya benar-benar membisingkan indera pendengaran Hwasa yang baru saja membuka pintu kamar setelah selesai berbenah diri.

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang