"Kita bertemu dalam keadaan yang terlampau buruk." Jemari Wheein bertemu, bersamaan dengan ingatannya yang terus berputar pada pertemuannya dengan V.
Dua tahun sebelum kedekatannya dengan V menjadi bagian dari cara Wheein bertahan hidup.
Saat itu, harus Wheein akui merokok adalah pemuas hidup. Kepulan demi kepulan asap yang menghadiahkan aroma khas pada tubuh, Wheein suka itu. Orang menyebutnya, aroma perokok.
Angin dini hari, menipisnya kerumunan masa, ditambah sesapan rokok, benar-benar sempurna. Sedemikian sempurna, sampai ia bertemu dengan seorang pria yang tergeletak di emperan toko, ditemani darah segar. Kedua mata Wheein mulai dipicingkan, menelisik bagian demi bagian tubuh pria itu.
Jarak mereka tersisa 3 langkah saja, namun Wheein masih tak bisa melihat dengan jelas wajah pria di hadapan. "Ah! Mungkin karena darah yang memenuhi wajahnya?" gumam Wheein.
pria itu terbatuk, menyemburkan darah dari dalam mulut, sebelum napas berat terdengar setelahnya.
"Hei! Kamu busa mendengarku?" tanya Wheein.
"Kamu ingin membatu?" suara pria itu terdengar bergetar.
"Aku hanya penasaran, apa kamu tampan?" tanya Wheein, mengundang tawa kecil pria di hadapan, menampakkan deretan gigi yang penuh akan cap darah.
"Namaku V, dan ... iya! Aku tampan."
"Kamu harus bisa mempertanggungjawabkan ucapanmu! Panggil aku Wheein." Kemudian ia mulai bergerak untuk membopong V.
Deretan botol serta gelas kaca yang tertata rapi mampu mengambil atensi V. Memandanginya cukup membuat sentuhan pada lukanya itu tak berasa, V jatuh cinta.
"Kamu pemilik bar ini?" tanya V, masih dengan suaranya yang sedikit bergetar.
Wheein yang sibuk mengobati luka di wajah V hanya membalas pertanyaan itu dengan menggelengkan kepalanya."Buka bajumu!" titah Wheein, langsung dituruti oleh V.
Badan ramping, namun atletis. V selalu membanggakan itu, sayangnya tak mampu menarik perhatian Wheein, V sadar betul dari raut wajah Wheein yang masih terlihat datar.
Setelah pundak, lalu lengan, kemudian dada, dan berakhir pada perut atletis V dengan ruam merah paling banyak. Wheein mengoles cairan dingin berwarna putih di sana, memberi efek desis yang keluar dari mulut V.
"Apa sakit? Lemah sekali," tukas Wheein.
"Tidak, aku hanya bercanda," jawab V asal, mampu mengulas senyum pada bibir Wheein.
"Aku jatuh cinta pada meja bar di sana." Atensi V kembali pada deretan botol serta gelas kaca yang berkilauan, membelai indra pengelihatannya.
"Sudah!" Wheein selesai dengan tugasnya, V kini tampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun sayang, ketika baju penuh darah itu kembali ia kenakan, ungkapan 'jauh lebih baik' itu memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless by Street | HWASA
Fiksi PenggemarMamamoo x BTS [on going] "Apa arti kehidupan bagimu?" "Kehidupan? Menarik." Diberkatilah hidupmu dengan segala bentuk lika-likunya. Perangilah segala bentuk nyata yang memaksamu untuk lupa padamu yang sesungguhnya. - Maria Hwasa, wanita dengan sega...