09 | MURDERER

279 52 146
                                    

Pemilik Kedai Kopi Jung semakin sibuk dengan dunianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemilik Kedai Kopi Jung semakin sibuk dengan dunianya. Aroma kopi menyeruak, menusuk indra penciuman yang sebenarnya lebih memabukkan ketimbang aroma menyengat dari segelas alkohol.

Sudah sangat lama, semenjak Hwasa mengenal Wheein serta V. Untuk sekedar menyapa aroma kopi saja ia tak ingin, takut. Maksud Hwasa, takut membuyarkan rasa cintanya pada buah tangan V, namun berbeda cerita kali ini ketika ia bertemu Jungkook.

"Pukul berapa kedai ini buka?" tanya Hwasa, di tengah tegukan.

"Pukul sebelas," jawab Jimin.

"Tanggung, kenapa harus pukul 11?"

"Angka kembar. Menurut Jungkook bisa jadi keberuntungan," jelas Jimin, membuahkan anggukan mantap Hwasa.

Wheein mengeluarkan satu pak rokok dalam kantung jaket kulitnya, ia akan memulai ritual. Sebelum itu, kesadarannya cukup penuh untuk menawarkan batang nikotin dengan rasa mint kepada para sahabatnya.

Jemari mungil Jimin bergerak meraihnya, pun mengundang tanya dari V, "kamu perokok?"

"Kupikir semua di sini perokok, apa aku salah?" Jimin menaikkan kedua alisnya. Sebenarnya, bukan salah V mengira bahwa Jimin bukanlah perokok. Wajah seperti bayi itu membutakan semua orang, bahkan Jungkook pernah dibutakan juga.

Jungkook datang, bersama peluh yang mampu mengelompokkan beberapa helai rambut panjangnya. Pingkisan sweater lengan panjang, menampilkan tangan kekar dengan otot yang mengintip dari balik lapisan kulit, membantu Jungkook terlihat semakin menawan.

"Sudah selesai dengan urusanmu?" tanya Wheein yang mulai hanyut dalam kepulan asap dari mulutnya.

"Begitulah—oh!" Jungkook menjeda, seraya merogoh kantung celananya, mengeluarkan pak nikotin, hampir serupa dengan milik Wheein, "coba ini, rasa madu!"

"Madu? Rasa baru?" dengan sigap V meraih satu batang, "di mana korek apinya?" V menoleh pada Hwasa, membuatnya teringat akan korek api hitam milik V yang berhasil ia buat.

Setelah Hwasa menyodorkan pada V, giliran otak Wheein yang bekerja mengais setumpuk ingatan tentang V, "apa tidak ingin menceritakan sesuatu?" tanya Wheein.

Pria Lien itu mengernyit, melempar tatapan tajam pada pria yang duduk di seberang, "Jimin! Jawab Wheein!" pekiknya.

"Aku? Cerita apa?" Jimin terus menggerakkan manik indahnya, menatap para sahabat secara bergantian, membuat Hwasa yang melihat geram.

"Tolong jangan jatuhkan otakmu di saat seperti ini, V! Wheein bertanya padamu!" sarkas Hwasa, berbuah senyum kotak milik V kembali terulas.

Jungkook serta Jimin kikuk, melihat Hwasa yang menyeramkan, namun V dengan leluasa menyinggungkan senyum teramat lebar, pun Wheein masih setia dengar raut wajah datar.

Selang beberapa waktu, Jungkook menyandarkan punggungnya pada badan kursi, letupan gairah kembali muncul, menerawang hari-hari berikutnya setelah bertemu tiga orang aneh ini, mengganggu yang menyenangkan. Ia suka, terlampau suka.

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang