20 | TRICK

144 33 6
                                    

Kesedihan pada lubuk hati terdalam kian lama kian memudar, seiring bertambahnya waktu bersua dengan kawan sepanjang masa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kesedihan pada lubuk hati terdalam kian lama kian memudar, seiring bertambahnya waktu bersua dengan kawan sepanjang masa. Meski beberapa kali merasa keanehan di waktu yang cukup menghabiskan penuhnya hari, Hwasa tepis dengan datangnya rona bahagia.

Hari ini, saat malam hampir tiba, Jungkook datang membawa kabar buruk akan V dan juga Wheein yang beberapa hari belakangan menghabiskan malam di kedainya, tanpa Jimin dan juga Hwasa yang setia menebar senyum bagi para pelanggan pun penikmat seninya.

Sebenarnya Jungkook mensyukuri perihal kerepotan akibat sibuknya Jimin yang tidak pernah menjamah meja kedai, sebab V dan Wheein dengan sigap menjamah satu per satu meja hingga debu saja tak sanggup hati mendaratkan raga di atasnya. Namun, Jungkook mulai curiga.

"Aku menutup kedai, tapi mereka tidak juga beranjak pergi," ucap Jungkook dengan lipatan di kening.

Hwasa mulai merasa bulu romanya membisikkan sebuah duka berikutnya, setelah dirinya berhasil meninju tembok tebal akibat kedua insan pujaan. Apa mungkin hal tersebut berbalik menyerang mereka? batinnya tak tenang.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Jungkook, dengan maniknya yang mulai memincing.

"Apa? Otakku benar-benar kosong sekarang." Hwasa mendengus kesal, kemudian ia sesap kuat-kuat batang nikotin dengan rasa kesukaan pria bergigi kelinci di hadapan.

"Sepertinya aku salah mengadu padamu."

"Jungkook!" pekik Hwasa, disambut dengan tawa gemas Jungkook yang memaparkan gigi kelincinya.

Kelopak mata Hwasa berkedut, sedemikian intens hingga rasa cemas pun muncul, "kurasa mereka sedang membicarakan kita sekarang."

"Mereka?"

"V dan Wheein."

"Kenapa?"

"Bodoh!"

"Hah?"

"Apa tidak ada pertanyaan lain di otakmu yang lebih bermutu daripada kenapa, hah, dan yang lain semacamnya?" pekik Hwasa, kesal dengan Jungkook yang masih setia dengan senyumannya.

"Tenanglah Hwasa, aku memang ingin mempertanyakan kenapa kamu berpikir demikian?"

Hwasa menghembuskan napas, mencoba mengontrol emosinya. Sesekali otaknya berputar menimbulkan tanya lain, bagaimana bisa seorang Jungkook yang awalnya menjadi penyelamat dengan badan kekarnya ini menjadi lebih menyebalkan dari seorang V Lien? batinnya.

"Kenapa aku selalu emosi saat bersamamu akhir-akhir ini?" tanya Hwasa.

"Kalau begitu berhati-hatilah!"

"Untuk apa?"

"Peluangmu untuk jatuh cinta padaku jauh lebih besar."

"SEMBARANGAN!"

Jungkook terkekeh lagi, bisa dibilang kegemarannya kali ini adalah membangunkan singa yang sedang tertidur pulas.

"Ayo kembali pada topik awal, kenapa kamu berpikir V dan Wheein membicarakan kita?" Jungkook menyesap batang nikotinnya, sembari menatap Hwasa penuh keseriusan.

"Kelopak mataku berkedut," jawab Hwasa.

Seketika Jungkook tersedak asap dari batang nikotinnya, lalu terbatuk-batuk. "Apa-apaan?" pekiknya kemudian.

"Aku serius, ini bisa jadi petanda!" tukas Hwasa tak terima.

"Petanda apa maksudmu?"

"Bodoh!" Hwasa memukul puncak kepala Jungkook yang kemudian membuat pemiliknya meringis kesakitan.

"Aku serius!" pekik mereka bebarengan.

"Soal apa?" tanya Jimin yang tepat berdiri di ambang pintu, sembari memegang batang nikotin, juga kantung belanjaan penuh berisi makanan ringan.

Hwasa dan Jungkook berdecak, mengantar Jimin masuk ke dalam ruangan dan menginstirahatkan tulang ekornya pada keramik yang telah dilapisi karpet bulu berwarna hitam kebesaran Hwasa.

Sementara Hwasa beranjak ke pantri demi membuatkan kedua sahabatnya minuman dingin. Jungkook yang sibuk memainkan batang nikotin sembari menatap lurus kearah luar jendela, membuat Jimin semakin kebingungan.

"Pembahasan serius macam apa yang tadi kalian bicarakan?" tanya Jimin, sembari mengeluarkan satu persatu makanan ringan dari kantung belanjaan.

"Kelopak mata Hwasa yang berkedut," sahut Jungkook.

Kedua alis Jimin terangkat sempurna, "apa-apaan?"

"Aku juga menanyakan itu padanya."

"Serius? Sebenarnya ada apa dengan itu?"

"Kelopak mata yang berkedut bisa jadi tanda bahwa kita sedang diperbincangkan oleh orang, 'kan?" Hwasa membagikan minuman dingin buatannya pada Jimin dan juga Jungkook, tidak lupa dengan tatapan sinis untuk lelaki bergigi kelinci yang menurutnya kelewat menyebalkan.

"Aku pernah mendengar hal semacam itu," sahut Jimin, membuahkan busungan dada Hwasa sembari menatap Jungkook remeh.

"Iya-iya, terserah saja." Jungkook kembali menyesap rokoknya kuat-kuat.

Jimin menyodorkan salah satu makanan ringan kesukaan Hwasa, "memang kalian sedang membicarakan apa?" tanya-nya.

"V dan Wheein, mereka—" ucap Hwasa terpotong.

"Astaga, aku hampir lupa! Aku mendapat kabar tentang mereka berdua!" kata Jimin, sedikit meninggikan nada bicara.

Jungkook dan Hwasa menatap Jimin lekat-lekat, terlihat jelas netra mereka mengisyaratkan sedemikian besarnya kobaran api yang baru saja menyala akibat penyebutan dua nama kesayangan.

Ketika Jimin mulai menjelaskan kabar yang ia bawa, bagai tikaman pada dada Hwasa dan juga Jungkook, perihal kecurigaan mereka selama ini yang terungkap benar adanya. Kemudian perlahan ujung jari-jari mereka mendingin, dengan keringat yang hampir saja meloloskan diri dari kening.

"Apa kamu yakin itu bukan kabar burung?" tanya Jungkook memastikan.

Jimin menggelengkan kepala, "rekan kerjaku memergoki mereka, kemudian memberitahukannya padaku."

"Kenapa langsung memberitahukan semua padamu? Apa dia tahu kalau V dan Wheein sahabatmu?" tanya Jungkook, coba meluruskan pikiran buruk.

"Tentu saja, Bodoh!" sahut Hwasa, geram.

"Tenanglah Hwasa, aku hanya meluruskan pikiran burukku, astaga!" rengek Jungkook, yang menghentak-hentakkan kedua kaki karena mulai sebal dengan sikap dingin Hwasa.

"Aku memang merasa aneh, mereka tersenyum hampir sepanjang hari. Mungkin untuk V adalah hal biasa, tapi untuk Wheein ...." ungkap Jungkook.

"Cukup aneh memang, selalu tersenyum saat bersama orang menyebalkan sepertimu!" tukas Hwasa

Netra Jungkook membola, kemudian melempar pandang pada Jimin dengan niat untuk mengadukan perlakuan Hwasa padanya. "Jimin, dia mulai lagi!" Malangnya Jungkook, yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Jimin.

Seketika hening, ketiga manusia saling beradu pikir. Sampai pada visual pintu kayu, perlahan terbuka dan menampakkan sosok yang dikhawatiri.

"Kenapa di dalam tegang sekali?" tanya V, dengan senyum kotak, pun garukan Wheein pada puncak kepala yang tidak gatal.












TBC
Semoga sehat selalu, teman-teman!

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang