National Bad Boy

235 17 1
                                    

Sore menjelang malam itu lagi-lagi hujan mengguyur terlampau semangat. Membuat siswa-siswi SMA Daebak terlihat berwarna-warni ketika keluar dari area sekolah akibat jas hujan maupun payung yang mereka kenakan. Mayoritas mereka adalah kelas dua belas yang mengejar jam bimbingan belajar. Tapi ada juga manusia kelas dua belas yang malah mengamati hujan dari balik teralis jendela kelasnya. Salah satu manusia itu adalah seorang cewek yang sedang mengedarkan pandangannya ke seantoro parkiran. Seperti mencari seseorang untuk diucapkan selamat jalan. Jika mengenal cewek itu, seharusnya tidak ada manusia lain yang bisa ia ucapi begitu. Tapi kemudian ia berteriak,

"Hati-hati Jakeeeeeee"

"Ih, cewek kok gitu banget." Ji Heon mengomentari sahabatnya yang baru saja berteriak dari jendela kelas. Yang diteriaki mungkin saja tidak menggubris suara-suara ghaib yang setiap harinya selalu menggaung itu.

"Toh Jake juga tidak akan mendengarnya"

"Sia-sia dong?"

"Iya juga sih." Ji Heon rasanya ingin mencekik leher sahabatnya itu. Semenjak sahabatnya itu mengakhiri masa pacarannya dengan ending menyedihkan, cewek itu menjadi gila. Teriakan tadi adalah salah satunya. Sudah berkali-kali pula sahabatnya itu mengincar cowok lain. Mencari pelampiasan katanya. Benar-benar tidak sadar kalau karma itu ada. Sebut saja Seon Woo,Tae Young, Seong Min tak ketinggalan pula si ketua OSIS yang terkenalke-alligator-annya, Do Young. Untung saja sahabatnya itu terpaksa mundur teratur ketika aksi stalking nya berhenti saat menemukan deretan cowok di atas sudah memegang komitmen dengan cewek lain. Selupa-lupanya cewek itu dengan karma, masih inget sama kejahatan paling nista ternyata. Apalagi kalau bukan pelakor?

"Eh udah nggak hujan, pulang yuk" Ji Heon mengekor di belakang sahabatnya yang sudah berjalan lebih dulu. Fyi, mereka berdua tidak sekelas. Hobi Ji Heon saat hujan adalah mampir ke kelas sahabatnya itu yang lebih dekat dengan parkiran. Karena rasanya percuma mengirim pesan ke cewek itu. Semenjak masa pacarannya dengan Jeong Woo berakhir, sahabatnya itu berusaha sebisa mungkin menjauhi handphone. Banyak kenangan katanya. Padahal Ji Heon sudah membantu sahabatnya itu dengan menghapus data aplikasi chat. Hilang sudah kenangan dengan Jeong Woo. Tapi sepertinya satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencipta kenangan yang mudah dilupakan. Buktinya, sahabatnya itu belum bisa melakukannya.

***

Ji Heon baru saja kembali dari kantin ketika melihat bangkunya tidak kosong. Tidak ada manusia kurang kerjaan lainnya yang sengaja duduk di bangkunya demi menjajal isi tempat pensil yang ia biarkan terbuka di atas meja, membuat Ji Heon langsung saja melabraknya, "Bisa minggir?" Cowok itu langsung saja mempersilakan Ji Heon duduk. Merapikan tempat pensilnya lagi, kemudian pasang wajah sok imut di depan Ji Heon. "Ippeun~i, boleh pinjem laporan akuntansimu tidak?"

"Gomawo" Tidak. Itu bukan suara cowok itu. Hanya Ji Heon yang berterima kasih karena cowok itu memuji kecantikannya. "Jadi, boleh kan cantik?" Ji Heon mendongkak. Menatap jijik lawan bicaranya ini. Cowok itu tiba-tiba saja mengedipkan sebelah matanya. Membuat Ji Heon berakting seolah-olah ia akan muntah. Tapi sepertinya cowok itu tidak peduli seburuk apa tanggapan Ji Heon. Dengan tenang cowok itu menjulurkan lengannya melewati bahu Ji Heon. Tangan panjangnya itu masuk ke dalam tas Ji Heon dan berhasil keluar dengan buku besar yang sedari tadi diincarnya.

"Gomawo Ji Heon~a. Neo yeppeoseo." Cowok itu mengedipkan matanya lagi.

"Sebenarnya aku tidak suka jika kamu yang memujiku" cowok itu malah dengan sengaja memberikan cium jarak jauh untuk Ji Heon. Ia benar-benar mampu membuat Ji Heon ingin muntah sekarang juga. Oke. Perkenalkan teman sekelas Ji Heon. Namanya Jisung. Park Jisung. Berandal 'kebanggaan' SMA Daebak. Nyaris tidak pernah tidak telat saat masuk sekolah. Peserta paling rajin absen saat apel bersama kepala sekolah. Siswa dengan jumlah alpha melebihi jumlah nilainya sendiri. Dan hebatnya, cowok itu tidak segera dikeluarkan dari sekolahnya. Apalagi jika bukan karena juara nasional taekwondonya?

Melihat kemampuannya barusan, seharusnya cowok itu memiliki catatan berkelahi terbanyak di ruang konseling. Tapi sepertinya itu tidak terjadi. Kriminalitas yang cowok itu buat di sekolah hanya terlambat, bolos dan masalah kerapian. Kasus terbaru cowok itu adalah datang ke sekolah saat jam istirahat. Mau tahu alasannya? Yakin tidak menyesal? Oke. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ji Heon masih ingat bagaimana wali kelasnya bercerita tentang hebatnya jawaban cowok itu saat menghadap guru konseling.

Dan kabar paling menyesakkan adalah kenyataan bahwa Ji Heon harus hidup bersama manusia itu selama tiga tahun bersekolah di SMA Daebak. Sebenarnya Ji Heon tidak keberatan jika cowok itu tidak selalu duduk di territorialnya. Tapi kenyataannya malah sebaliknya. Cowok itu hobi sekali duduk di sekitar Ji Heon. Entah di depan, belakang maupun samping. Sudahi saja ya? Ji Heon tidak sanggup jika harus terus-terusan mendeskripsikan cowok itu. Intinya, cowok itu tidak akan masuk ke dalam daftar calon menantu eomma Ji Heon. Oke, Ji Heon mulai berlebihan. Membayangkannya saja Ji Heon rasanya lebih memilih untuk mati.

Ji Heon sungguh benci dengan hari ini. Ia sepertinya perlu mengajukan protes pada kurikulum karena menempatkan mata pelajaran ekonomi di jam ke 9 dan 10. Jam-jam menegangkan saat mata dan perut benar-benar tidak bisa untuk diajak kompromi menaklukan uang-uang yang hanya berbentuk angka. Oh ya. Satu fakta lagi tentang Jisung. Cowok itu akan menjadi siswa yang paling rajin tiba di parkiran saat jam pulang sekolah. Seperti saat ini, cowok itu sudah menghilang ketika Ji Heon baru saja bangkit dari kursinya. Ji Heon mengedarkan pandangan dan mendapati cowok itu baru tiba di pintu. Terpaksa bersenggolan dengan seorang cewek yang baru saja akan masuk kelas.

Ji Heon melihat Jisung berbalik untuk meminta maaf pada cewek yang telah ditabraknya. Cewek itu hanya mengangguk tetapi tatapannya tidak lepas dari Jisung. Ji Heon tau jenis tatapan apa yang sahabatnya itu berikan pada Jisung. Tatapan yang sama saat cewek itu melihat Jake. Astaga ini bahaya.

"Nugu?" Ji Heon terlambat. Sahabatnya itu sudah nampak seperti orang gila karena masih tersenyum walaupun Jisung sudah tidak terlihat.

"Andwae!"

"Jal saenggyotta"

"Ya! Ahn Yujin!"

***

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang