War

28 6 0
                                    


Jisung tidak pernah merasa se-excited ini ketika menghadapi sebuah ujian. Tapi pagi ini dia sudah mewarnai rumah dengan nyanyian lagu-lagu band rock kesukaannya. Yang tentu saja malah menjadikan rumah Jisung seperti parade konser music. Karena Ji Eun tidak akan tinggal diam jika oppanya itu mulai menyanyi. Gadis itu akan dengan senang hati membalas nyanyian oppanya dengan lagu-lagu Seventeen kebanggaannya. Mata pelajaran yang diujikan hari ini pun juga menambah kebahagiaan Jisung dalam bertemu ujian. Bahasa Korea. Sebagai seorang warga negara yang baik, patutlah ia merasa mudah menghadapi mata ujian ini.

Tapi memang kenyataan biasanya tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Jisung keluar dari ruang ujian dengan perasaan tak karuan. Bisa-bisanya si soal bahasa Korea ini membuatnya harus berpikir keras layaknya matematika. Seperti biasa, cowok itu segera saja menuju parkiran untuk pulang. Dan disanalah ia bertemu seseorang yang mendadak saja membuatnya ingin bertahan sejenak di sekolah.

"Kamu nggak belajar matematika sama temen-temenmu?"

"Mereka pada les"

"Kamu nggak les?"

"Nggak butuh"

Jisung sudah terbiasa dengan keangkuhan cewek di hadapannya ini. "Kalau gitu, kamu ajarin aku lagi aja"

"Kamu nggak inget kalau kita janji saingan nilai matematika?"

"Kalau aku sih no problem, sekalian mengenal kelemahan musuh"

"Can't get it" Yujin meninggalkan Jisung terlebih dahulu sebelum cowok itu akan terus-terusan ngotot minta diajari matematika. Bukannya Yujin tidak mau mengajari Jisung dan terkesan pelit ilmu, tapi memang Yujin tidak berminat belajar siang ini. Cewek itu ingin menghabiskan siangnya dengan drama korea yang tersisa tiga episode lagi sebelum tamat. Jadi kehadiran Jisung tentu saja akan menghancurkan rencananya. "JinJin~a? Jebal?"

Jisung tiba-tiba saja sudah muncul di hadapan Yujin. Dengan wajah memohon-sok imut yang amat dibuat-buat. "Ajari aku ya?" Yujin memasukkan tangannya ke dalam saku jacket, melihat wajah melas-sok imut Jisung lagi. Yujin menghembuskan nafasnya pasrah. Walaupun rasanya ingin meremukkan wajah cowok itu saat ini juga. Tapi yang Yujin lakukan hanya melewati cowok itu dengan senggolan kasar pada tubuhnya. "Whatever". Tak perlu banyak kata lagi, Jisung segera saja menyusul Yujin yang sudah bersiap mengeluarkan sepedanya.

Yujin berhenti tepat di depan pintu. Membuat Jisung mengerem mendadak agar tidak bertumbukan dengan Yujin. Cewek itu terlihat berpikir dalam sebelum akhirnya membuka pintu. Jisung yang sadar diri langsung saja belok ke kursi di teras. Kini giliran Yujin yang heran ketika tidak mendapati wujud Jisung di belakangnya. Cewek itu lantas kembali keluar. "Nggak mau masuk?"

"Eh? Boleh?" Yujin sengaja tidak menjawab pertanyaan Jisung. Langsung saja cewek itu masuk ke dalam rumah diikuti Jisung di belakangnya. Jisung berhenti ketika kakinya baru saja masuk ke dalam ruang tamu. Ditatapnya sebuah bingkai foto cukup besar yang tergantung di tembok di hadapannya. Sebuah foto keluarga Yujin. Tanpa Yujin di dalamnya. Hanya Yujin appa, Yu Yeong, Yuta, Yuyeon, Yuno, dan seorang perempuan yang mungkin adalah eoma Yujin. Jisung membawa kakinya menuju sebuah bingkai foto kecil yang digantung di sebelah bingkai foto yang pertama. Nampak amat kontras memang. Di bingkai foto itu terpasang foto seorang bayi perempuan. Yang Jisung ketahui kemudian sebagai Yujin. Menilik tulisan yang tertera di bingkai bagian bawah. AhnYJ.

Dari keberadaan tulisan itulah yang membuat Jisung bergeser ke bingkai foto yang pertama. Membacanya satu persatu. Tepat setelah selesai membaca tulisan di bawah bingkai foto itu, Yujin muncul. Lengkap dengan baju rumahan. Menyuruh Jisung untuk masuk ke ruang tengah. Tidak di ruang tamu.

"Bukumu?"

"Aku nggak bilang kalau mau belajar" ujar cewek itu santai sembari menyalakan televisi dari remote yang sudah berada di tangannya. "kok drama?"

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang