End

59 10 1
                                    

Yujin menyerahkan catatan fisika tepat di wajah Jisung ketika cewek itu sedang berjalan di kelas lintas minatnya. Yujin bisa mendengar Jisung mengumpat. Yujin juga cukup anarki dengan menampikkan buku catatan setebal 50 lembar. Tipe buku besar dengan hardcover. Bukannya Yujin tidak bisa bersikap lembut atau apa. Tapi memberikan catatan itu secara formal akan mengundang berbagai pertanyaan dari kalangan yang melihat mereka.

"Setan" Yujin terkejut ketika cewek itu akan keluar dari kelas. Teman-temannya yang lain sudah lebih dulu keluar. Jadilah Yujin tidak perlu khawatir ada yang melihatnya dengan Jisung sekarang. Sebenarnya mereka tidak melakukan apa-apa. Hanya saja Yujin belum siap menerima pertanyaan dari orang-orang, seperti 'Sedang apa kamu dengan Jisung?', 'Sekarang kamu dekat dengan Jisung ya?' dan pertanyaan-pertanyaan sejenis. Jisung meletakkan catatan fisika Yujin tepat di ujung hidungnya "Ajarin aku" Yujin menyingkirkan tangan Jisung "kenapa harus aku?" Yujin berlalu. Tapi Jisung dengan sigap menarik tas Yujin. Membuat cewek itu nyaris terjatuh.

"Ini kan catetanmu, masa aku nyuruh Ji Heon ngajarin"

"Kalau begitu kamu pinjam catatan anak lain yang mau sekalian mengajarimu saja" Yujin mendahului Jisung. Kaki panjang Jisung dengan mudah menyejajarkan langkahnya dengan Yujin.

"Aku nggak kenal anak-anak sains"

"Mungkin maksudmu nggak kenal anak-anak sains yang rajin"

"Terserah"

"Pinjem Won Young sana. Kamu kenal Won Young kan?" Yujin ingin mendengar dari mulut Jisung secara langsung. Perihal berita yang dibawa Ji Heon kemarin.

"Won Young nugu?" Yujin berhenti. Mencari kejujuran ucapan Jisung dari sorot matanya. Dan sayangnya Yujin tidak menemukan tanda-tanda kebohongan dari mata Jisung.

"Kalau diem ku anggep iya" Jisung seenak udelnya sendiri pergi meninggalkan Yujin. Padahal Yujin masih tidak mau mengajari Jisung. Bukannya Yujin pelit ilmu, tapi belum tentu semua materi fisika itu Yujin kuasai. Kan Yujin jadi harus belajar extra agar harga dirinya tidak jatuh. Ada hikmahnya juga sih.

jsg___ : Besok ku tunggu di foodcourt pulang sekolah

ahnyj : GA SUDI

jsg___ : Yaudah aku ke kelasmu

ahnyj : laknat emang

"Anjir ngakak" Yujin bertemu Ji Heon di parkiran. Cewek itu menunjukkan isi direct message dari Jisung. Yujin sudah bisa menebak pasti Ji Heon akan menertawakannya. Tambahkan Yuna disini sekarang dan BOOM! Yujin akan menderita.

"Kamu bahagia kan? Nggak usah sok jual mahal gitu deh" Yujin tersenyum salah tingkah. Reaksinya terhadap Jisung 2 hari ini adalah respon spontannya. Menjadi judes, cuek, galak dengan orang baru.

"Kalau aku nggak jual mahal, aku murahan gitu? Kamu kira aku Won Young?"

"Hush! Mulut kalo omong kasih filter" Yujin menepuk mulutnya berkali-kali sampai cewek itu kesakitan.

"Oh iya, kemarin Jisung juga bilang kalo dia nggak tau siapa itu Won Young."

"Jadi, kamu sudah tau apa bedanya kamu dengan Won Young kan?" Ji Heon meninggalkan Yujin bersama sepedanya. Yujin sedang berpikir. Apa bedanya Yujin dengan Won Young? Ah, Yujin tau sekarang. Yujin tidak semurahan Won Young dengan mengaku-aku bahwa ia kenal Jisung. Malah, Yujin tidak mengakui ia kenal Jisung padahal jelas-jelas mereka sudah kenal.

"Hush Yujin nggak boleh omong gitu" Yujin menepuk mulutnya. Lagi.

***

Hujan membuat Yujin melangkahkan kakinya menuju foodcourt. Menemui Jisung. Yujin sudah berusaha menyesatkan Ji Heon dan Yuna untuk bolos les dan menemaninya. Tapi dua manusia itu berjalan di jalan yang benar. Yujin mendapati Jisung duduk di foodcourt bagian pinggir balkon. Yang kemungkinan besar akan terkena cipratan air hujan. Yujin tidak mengerti jalan pikiran Jisung. Banyak tempat duduk kosong di dalam kenapa cowok itu memilih di pinggiran? Dan lihat penampilan Jisung. Kemeja putih yang tidak dikancingkan, celana yang di press body dan sepatu tanpa kaos kaki. Jangan tanyakan dimana dasi dan jasnya. Tidak beda jauh dengan Yujin sih. Hanya saja Yujin memakai kaos kaki dan ia tidak memermak roknya.

Jisung masih berkutat dengan handphone warna pink nya ketika Yujin duduk di depannya. Cowok itu tidak bisa mengalihkan fokusnya dari handphone. Mungkin dengan game online nya. Maklum, sepak terjang Jisung di dunia gaming online sudah termahsyur. Sekitar satu bulan lalu cowok itu baru saja meraih juara pada salah satu turnamen online game di Jeonju. Hasil stalking Yujin.

Langit sudah kembali cerah ketika Jisung meletakkan handphonenya. Yujin mengalihkan pandangannya dari handphone. Cewek itu menatap Jisung, melepas headphonenya sebelum memberi Jisung pertanyaan "Kanu suka game?" Sungguh retoris. Jisung mengangguk. Yujin menggantungkan headphonenya di leher. "Mending pilih salah satu. Game atau belajar. Negara ini juga nggak melulu butuh sarjana dengan predikat cumlaude. Kalo kau bisa menghasilkan uang, mengurangi pengangguran dan mengharumkan nama bangsa ini dengan game, kenapa tidak?" Yujin beranjak pergi. Cewek itu menyuruh Jisung untuk berpikir lagi. Yujin cukup sabar menahan amarahnya hanya dengan berkata seperti itu pada Jisung. Padahal Jisung sudah menelantarkan Yujin selama satu jam. Yujin harus berhenti sampai disini atau ia akan gila selamanya. Yujin rasa, semua ini sudah cukup.

***

"Aku nggak jadi ngefans sama Jisung" Yujin menggebrak meja tempat JivHeon dan Yuna menghabiskan makan siang mereka. Seluruh mata di balkon foodcourt langsung saja mengarah pada Yujin. Tapi cewek itu sepertinya tidak peduli.

"Cuman 3 hari?"

"Gila! Itu manusia apa koala sih? Males banget parah. Bayangin aku kemarin nungguin dia main game 1 jam! 1 jam aku cuman scrolling twitter di depan dia!" Yujin bercerita dengan menggebu-nggebu. "Siapa yang ngajak belajar duluan? Dia kan? Kenapa aku diterlantarin gitu aja ha? Lama-lama dia jadi kek Jeong Woo"

"Bentar Yujin, Aku mau ngakak dulu" tawa Yuna pecah. Ji Heon pun mengikuti jejak Yuna. Yujin hanya bisa menenangkan dirinya sendiri dengan menyedot es teh di meja. Entah itu punya Yuna atau Ji Heon, Yujin tidak peduli.

"Trus kamu apain Jisung sampai tadi dia pegang buku matematika?" Ji Heon bersuara untuk menghentikan tawa Yuna. Ji Heon cukup perhatian dengan Yujin rupanya.

"Ya kamu tau sendiri kalo aku lagi mendem marah kayak gimana" sudah menjadi hal yang wajar bagi mereka yang mengenal Yujin jika cewek itu memendam amarahnya. Yujin akan mengeluarkan kata-kata tajam daripada menunjukkan kalau ia sedang marah.

"Ji Heon~a, mending kamu tanya Jisung langsung deh" Yuna mengedikkan dagunya ke arah di belakang Ji Heon. Yujin dan Ji Heon pun menoleh. Dari belakang mereka, berjalan Jisung dan teman-temannya. Masih dengan penampilan Jisung seperti kemarin. Yujin membalikkan badannya ketika matanya tak sengaja bertemu dengan kepunyaan Jisung. Yujin sudah menyudahinya kan? Tidak perlu ada perpanjangan.

BRAK!

Yuna dan Ji Heon nyaris terjungkal ke belakang dengan gebrakan meja barusan. Tapi tidak dengan Yujin. Cewek itu masih santai memainkan handphonenya. "Aku tau negara ini nggak selalu butuh lulusan sarjana cumlaude, tapi aku nggak mau generasi setelahku jadi pecandu game tanpa berpikir cerdas kayak aku. Apa gunanya aku jadi developer game kalo konsumenku nggak punya calon sarjana cumlaude sepertimu?" Yujin mendongkakkan kepalanya. Dan disanalah senyum sinis Jisung berkembang sebelum cowok itu berlalu.

"Dasar koala!"

***

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang