Family First

33 5 0
                                    


Malam telah datang menjemput. Sudah 2 jam yang lalu Yujin berbaring di tempat tidur. Hanya berguling ke kanan dan ke kiri tanpa bisa mengistirahatkan tubuhnya. Mata cewek itu terpejam tapi otaknya terus berkeliaran. Yujin selalu seperti ini menjelang ujian. Cewek itu akhirnya duduk lagi. Memutuskan untuk berjalan keluar kamar mencari udara segar. Yujin duduk pada bebatuan di depan taman bunga mini kepunyaan eommanya. Mata Yujin mengarah ke langit. Tidak ada satu bintang pun disana. Mendung. Sesekali ditemani guntur yang menyambar dengan hati-hati.

Suara pintu yang terbuka membuat Yujin menoleh. Appanya ada disana. Laki-laki itu lantas menyusul Yujin dan duduk di sebelahnya. "Jam dua" Yujin mengangguk. Mereka berdua lantas menikmati kumpulan bunga warna-warni di hadapan mereka. Yang kali ini tidak seceria biasanya lantaran langit malam dipadu mendung yang menutupi.

"Yujin peringkat satu?" Yujin mengangguk lagi. Matanya belum teralihkan dari bunga-bunga itu. Ini bukan topik yang ingin Yujin angkat sebenarnya.

"Kenapa nggak cerita sama appa?" rasa bersalah langsung menggerogoti Yujin.

"Appa, jeongmal neomu jeoseonghaeyo" raut heran tergambar jelas di wajah tua itu. Yujin jadi tambah merasa bersalah pada appanya.

"Bukan karena appa?" Yujin menundukkan kepala sebelum mengangguk. Terdengar suara hembusan nafas dari sebelah Yujin. Appa Yujin meletakkan tangannya di bahu Yujin. Menepuknya pelan sebelum memberikan pertanyaan yang membuat Yujin semakin tambah merasa bersalah lagi "Karena Jeong Woo?"

"Appa, mianhae. Yujin jadi menduakan appa gara-gara namja laknat itu"

"Hush. Nggak boleh ngatain anak orang. Gitu-gitu dia juga udah bikin kamu nangis seminggu"

"Appaaaaaaa" Appa Yujin terkikik pelan. Hembus angin malam terasa menggelitik. Membuat bulu kuduk Yujin merinding. Guntur yang membunyikan diri sudah tidak berhati-hati lagi. Bisa dipastikan, beberapa menit kemudian hujan akan turun. "Yujin masih sayang sama Jeong Woo?" Yujin bergeming. Untuk mengatakan tidak pun appanya pasti juga tau kalau ia berbohong.

"Coba Yujin dengerin appa dulu" Yujin mengangkat kepalanya. Menghadapkannya pada cinta pertamanya itu. "Cowok baik buat mereka yang baik. Kalau kamu merasa Jeong Woo baik, berarti kamu bukan yang terbaik. Kamu butuh membenahi diri. Cewek baik buat mereka yang baik. Kalau Jeong Woo ninggalin kamu kayak gini, berarti dia bukan cowok baik yang pantes buat kamu. Paham?" Yujin mengangguk. Salah satu alasan yang membuat move on Yujin belum berjalan lancar adalah nasihat dari appanya. Yujin akan melakukan apapun yang diperintahkan appanya. Karena kepada laki-laki itulah seluruh cintanya diberikan.

"Satu lagi, hidupmu tidak akan berhenti hanya karena tanpa ia. Dan hidupnya belum tentu berjalan hanya karena tanpamu." Appa Yujin tersenyum. Bersamaan dengan itu, petir menyambar dengan hebatnya. Membuat Yujin jatuh ke pelukan appanya. Appa Yujin menepuk lembut kepala anaknya. Pelukan appa adalah hal paling menenangkan dalam hidup Yujin. "Gomawo appa"

Perlahan Appa Yujin melepaskan pelukan. Laki-laki itu menguap sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam dan melanjutkan tidur. Dan sampai saat ini Yujin belum merasakan kantuk. Dedaunan diatas Yujin sudah mulai berisik karena si angin mulai mengusik. Bahkan Yujin bisa merasakan beberapa tetes hujan yang perlahan turun sebelum benar-benar turun.

"Cerdas" Oppa Yujin yang kedua berdiri di ambang pintu. Mengamati Yujin yang tidak kunjung beranjak padahal hujan sudah membasahi beberapa helai rambut cewek itu. "Buruan masuk"

"Gendong" Yujin mengulurkan lengannya. Dengan kakaknya ini Yujin memang paling manja. Walaupun Yuta lebih judes daripada Yuno, tapi Yujin tidak perlu mengurangi rasa sayangnya pada kakaknya itu. Karena hanya mereka yang Yujin punya. Yuta mendekati Yujin. Berjongkok di depan cewek itu untuk mempersilahkan Yujin naik ke punggungnya.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang