Chapter 1

1K 186 55
                                    

Nama nya Alena, entah kenapa dia sangat suka dengan hujan, bagi gadis itu hujan adalah sebuah simponi indah suara dari sang pencipta.
Dan lagi air yang deras turun menyentuh bumi dan membuat aroma tersendiri yang membawa memori Alena saat masih bersama almarhum ayahnya.

Alasan yang lain kenapa dia suka hujan adalah dalam setiap butiran air yang jatuh dan menghujam tanah ada sebuah cara untuk selalu menyembunyikan ketakutan dan kesedihan.

Namanya Alena dan ini kisah nya ...
♡♡♡♥︎♡♡♡♡

Di bawah deras air hujan siang itu banyak orang-orang berteduh menghindar dari dingin nya air yang jatuh dari langit, entah kenapa mereka begitu takut akan hujan, yang bagi gadis cantik berambut ikal itu hujan adalah suatu berkah yang menenangkan.
Hujan turun bertubi-tubi namun sangat enggan menghilangkan jutaan kenangan tergenang yang enggan pergi.

Siang itu di sebuah halte Alena berada di bawah naungan pohon bogenvil, masih melihat hujan merasakan hembusan angin bersama percikan air, dia mengulurkan telapak tangan nya untuk merasakan ribuan air yang jatuh menghujam di kulit tangan putih bersihnya.
Sedikit sakit dan menusuk kulit, Alena tidak peduli.

"Jika hari ini tidak ada interview pekerjaan pasti aku akan menari dibawah hujan siang ini." Pikir Alena

Perlahan gadis itu menghembuskan nafas pelan, 'Kenapa interview nya harus siang begini si.' Batin gadis itu lagi dalam hati.
Hujan masih saja turun dan sungguh kaki panjang Alena rasanya gatal ingin melangkah dari naungan atap halte dan pohon bogenvile, untuk sekedar merasakan butiran air-air yang begitu deras nya siang itu.
Lamunan Alena akhirnya terhenti ketika bis di kawasan Sudirman berhenti.

**********

Alena melangkahkan kaki memasuki sebuah perkantoran di sudut jalan strategis, daerah itu memang daerah perkantoran elit, tiba-tiba satpam dengan tubuh kekar dan kumis ala pak Raden mendekat dengan wajah sangar nya.

"Ada yang bisa dibantu dek?"

"Maaf pak saya dapat panggilan interview siang ini."

Satpam itu masih memperhatikan Alena seksama, mata nya naik turun memperhatikan gadis itu, mungkin dia melihat baju Alena yang sedikit lusuh karena harus berdesakan dengan penumpang lain di dalam bus kota tadi dan juga yang sedikit basah terkena hujan hari ini.

"Adek dapat interview di kantor apa?" Tanya satpam itu tegas, kumisnya masih dia plinting dengan jari yang penuh dengan cicin batu akik.

"Interview dari perusahaan Permana Group pak."

"Ow ... Permana Group ada di lantai empat dek, silahkan langsung saja dan anda bawa surat panggilan nya kan?"

"Iya pak saya bawa, makasih."

Alena permisi ke satpam tersebut, dia pun tersenyum dan menggangguk pelan menjawab Alena.

Kembali Alena melangkahkan kaki nya menuju lift untuk bisa sampai ke lantai empat, lantai dimana perusahaan Permana Group bernaung.
.
.
.

Akhirnya pintu lift terbuka, Alena melangkah keluar dan berjalan mendekati meja informasi di tengah-tengah ruangan luas yang tertata rapi.

"Maaf Kak, saya hari ini ada interview pekerjaan, ini suratnya." Kata Alena pada recepsionis cantik yang sedang duduk di belakang meja panjang, wanita tersebut tersenyum ramah dan menerima surat panggilan interview yang disodorkan Alena.

"Ow .... interview jadi Office Girl ? Iya langsung saja menuju HRD ya Kak, ini nanti lurus saja terus belok kanan cari ruangan dengan tulisan HRD."

Recepsionis tersebut dengan ramah menunjukan kemana Alena harus menemui kepala HRD perusahaan tersebut.
Alena tersenyum dan berterima kasih sebelum dia berjalan menjauh dari wanita tadi.

Kembali langkah kaki kecil Alena menyusuri lorong-lorong perkantoran, gadis itu tidak begitu memperdulikan beberapa sorot mata tajam yang tertuju pada nya.
Mata-mata tersebut seakan berkata anak baru?, dibagian apa dia?'

Alena tidak terlalu memperhatikan sorot-sorot mata itu yang penuh dengan tanda tanya dan mungkin cibiran tersembunyi.

**************

Akhirnya gadis itu menemukan sebuah ruangan dengan tulisan HRD yang menempel di depan pintu kantor.
Gadis itu mengetuk pintu pelan, setelah dia dipersilahkan masuk Alena membuka knop pintu dengan hati-hati.

"Maaf pak saya Alena."

"Oh ya silahkan duduk." Laki-laki setengah baya itu mengamati penampilan gadis itu dengan seksama.

"Kamu hari ini bisa langsung kerja, kamu sanggup kan?"

"Iya pak, saya bisa." Jawab gadis itu semangat

"Oke, mulai sekarang kamu jadi OG di perusahaan kami."

"Iya pak saya siap kerja sekarang juga."

"Bagus... sekarang kamu menemu bu Mita dan ganti pakaian kamu dengan seragam Office girl disini."

Alena mengangguk kemudian pamit dan berlalu dari hadapan laki-laki itu.

*************

Alena tidak pernah menyangka jika hari ini juga dia bisa langsung bekerja, untung saja hari ini dia kuliah pagi, jadi siang ini gadis itu bisa fokus dengan kerjaan nya.
Alena menuju pantry setelah mengganti pakaian nya dengan seragam Office girl.

Bagi Alena, dia tidak mempermasalahkan apa pekerjaan nya, selama apa yang dia lakukan tidak melanggar agama dan norma.

"Anak baru ya?"
Sapa seorang wanita tambun yang selalu berwajah ceria.
"Iya nama saya Alena"
Jawab Alena sambil menjulurkan jabatan tangannya dan disambut jabatan tangan dari wanita itu.
"Saya Titik, panggil saja mbak Tik, kamu sudah tahu peraturan di sini?"

Tanya mbak Tik ramah, Alena menggelengkan kepala nya, kemudian mbak Tik menjelaskan peraturan perusahaan yang harus di lakukan setiap hari.

"Jadi setiap hari di jam delapan pagi dan jam satu siang kamu harus menyediakan minuman hangat pada pimpinan perusahaan yaitu pak Devan Baskoro Permana, dia itu CEO disini alias Direktur Utama pengganti pak Permana yang sudah pensiun."

Mbak Tik menghentikan bicaranya sejenak, dia berjalan menuju rak pantry dan membuka salah satu rak tersebut untuk mengambil sebuah cangkir keramik kecil berwarna krem.

"Nah ini .... kamu gunakan cangkir ini kalau menyuguhkan kopi untuk pak Devan, kebiasaan pak CEO kopi tiga sendok teh dengan satu sendoh teh gula pasir, gak kurang gak lebih."

Jelas mbak Tik lagi

"Jangan sampai salah, karena pak Devan itu orang nya perfectsionis."

Alena manggut-manggut mendengar setiap penjelasan mbak Tik.

"Baik mbak ..." jawab Alena

"Sekarang kamu buatin kopi buat pak Devan, masih ingat kan apa yang saya bilang tadi?"

"Iya mba, kopi tiga sendok teh plus gula satu sendok teh saja, dan dengan cangkir keramik warna krem."

Jawab Alena semangat, mbak Tik tersenyum kecil melihat anak baru itu, kelihatannya anak yang rajin dan cepat tanggap.
Mbak Tik kemudian melangkah pergi meninggalkan Alena sendirian.

Gadis itu dengan semangat menyeduh kopi yang sudah dia siapkan tadi. Mata gadis itu melihat sebuah krimer lezat di dalam rak pantry dalam pikiran Alena kopi yang dia buat barusan pasti lebih sedap jika dia menambahkan sedikit krimer.
Hampir saja dia menuangkan krimer tersebut namun Alena teringat dengan petuah mbak Tik tadi.

Pak Devan adalah seorang yang perfectsionis

Alena sedikit mencibirkan bibirnya.

"Perfectsionis atau orang yang kaku? Minum kopi kental tanpa krimer dan hanya gula satu sendok teh adalah ciri orang yang kaku."

Kata Alena dengan sedikit berbisik pada dirinya sendiri.
Akhirnya gadis itu menuangkan beberapa tetes krimer ke dalam kopi tersebut.
Alena tersenyum melihat maha karya nya, walau kopi itu tidak sesuai petunjuk mbak Tik senior nya tapi gadis itu yakin jika sang CEO akan menyukai kopi buatan Alena.
Dengan langkah semangat dan senyuman mengembang di sudut bibirnya Alena berjalan menuju ruangan CEO.

Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang