Chapter 3

398 162 43
                                    

Hari terlalu sore buat Alena untuk mampir ke tempat kios bunga langanan nya, lagi pula gadis itu sudah terlalu capek hari ini, pagi dia harus kuliah dan siang nya dia langsung diterima bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan besar.

"Al .... lo mau bareng?"
Tawar Siti, gadis itu menghentikan motor matic nya tepat di hadapan Alena.

"Gak usah makasih deh gue bisa kok naik bis, lagian udah sore juga."

"Bener? Gak nyesel ntar?"

"Bener kakak ... " jawab Alena sembari tersenyum kecil.

"Ya udah gue duluan ya."

Ucap Siti di ikuti anggukan kepala Alena tak lama kemudian Siti berlalu memutar gas motor matic menjauhi Alena.

Dia berjalan menuju halte dengan cepat karena jika tidak dia bisa ketinggalan bis jurusan kampung  bali Tanah Abang.

'Ciiiitttttt....'
Tiba-tiba suara decitan ban mobil terdengar melengking di telinga Alena.

Hampir saja tubuh gadis itu mencium ujung mobil sedan hitam panjang mengkilat.

Busetttt .... becus naik mobil gak ni orang? Batin Alena

"Heh mata lo, lo taruh dimana? Gila lo ya nyetir mobil gak hati-hati."

Alena berteriak, jari telunjuk nya dia arahkan ke pengemudi mobil tadi, entah siapa pengemudi itu Alena tidak dapat melihat jelas karena kaca mobil terlalu gelap.

"Turun lo ...!!"
Teriak Alena lagi, kali ini sudah cukup kesabaran gadis itu, sang empunya mobil sedan tak juga keluar, setidaknya untuk meminta maaf.
Beberapa detik Alena masih berdiri di depan mobil tersebut dan dengan sorot mata tajam.

Pintu mobil terbuka dan keluar seorang cowok tampan tubuh tinggi nya begitu sempurna memakai kemeja hitam plus  jas dan celana panjang  warna abu-abu ditambah dasi rapi warna senada dengan jas nya.
Cowok dengan potongan rambut model medium lenght hairstyle scissor cut ala Zayn Malik, mata hitam yang selalu mempunyai tatapan tajam yang mampu membuat klepek klepek setiap wanita yang melihat.

 Cowok dengan potongan rambut model medium lenght hairstyle scissor cut ala Zayn Malik, mata hitam yang selalu mempunyai tatapan tajam yang mampu membuat klepek klepek setiap wanita yang melihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Buset dah ....' Rutuk Alena dalam hati.
Gadis itu salah tingkah begitu orang yang keluar dari sedan hitam mengkilat itu adalah bos nya sendiri sang CEO kaku menurut versi Alena, Devan Baskoro Permana sang CEO tampan namun bagi Alena cowok itu bukan tampan tapi cowok yang sangat menyebalkan.

"Lo lagi ...?! " kata Devan sinis

"Setiap gue dekat sama lo kenapa selalu sial, minggir cepat...!!" Lanjut Devan

Alena mengerucutkan bibir nya melihat sikap arogan CEO nya itu, mata jernih gadis itu melirik tajam membalas ucapan sinis Devan.

'Dasar cowok kaku, arogan sok kaya' Rutuk Alena lagi dalam hati.
Perlahan tubuh Alena sedikit mundur kembali ke trotoar jalan, tanpa banyak bicara Devan juga kembali masuk ke dalam sedan hitam nya.

Alena masih manyun dengan sumpah serapah di mulutnya.
'Dasar orang kaya sombong'
Serapah Alena pelan, gadis itu memeriksa seluruh tubuhnya.
'Masih utuh gak ada yang lecet' batin Alena lega.
Gadis itu kembali berjalan menuju halte kali ini dia lebih berhati-hati menyeberang jalan.

************

Devan kembali menginjak gas mobil nya dalam, sekilas dia melirik ke arah spion samping mobil nya, iya ... dia melirik Alena yang masih berdiri di tengah jalan, sekilas Devan melihat gadis berambut ikal itu menghentakkan kaki nya kesal.

Kembali perhatian Devan ke arah jalan, dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

'Kenapa OG baru itu selalu membuat gue kesel setengah mampus' pikir Devan.

'Gak lagi-lagi gue ketemu dia' rutuk CEO kece itu lagi.

Sedan hitam itu kembali melaju di jalanan Jakarta, sore menjelang senja itu jalanan sekitar Jakarta sudah begitu padat. Devan berfikir untuk mampir sebentar ke Coffee shop yang biasa dia kunjungi.
Sedan hitam itu berbelok ke kiri setelah melewati trafic light.

*******

Alena akhirnya sampai juga di rumah sederhana nya, jam tangan gadis itu menunjukan pukul setengah enam petang, jalanan sore itu memang sedikit macet, Alena membuka pintu rumah minimalis nya, sepi .... batin Alena.

"Ma ....."
Alena melangkah menuju dalam rumah.
'Aneh kenapa gak ada orang ?'

Gadis itu menuju dapur melihat pintu kulkas, biasanya mama Alena meninggalkan kertas pesan yang dia tempel di pintu kulkas, dan benar saja...

Lena ... mama keluar sebentar kamu kalau mau makan d kulkas ada sayur kamu panasi dulu ya.

Pesan mamanya.
Alena berjalan malas ke kamarnya, saat ini gadis itu hanya butuh  tidur sebentar.

Gadis itu berjalan menuju kamarnya, dia rebahkan tubuh nya yang rasanya seperti membawa sebuah batu besar di punggung nya.
'Mandi nya sebentar lagi ah' pikir nya.
Perlahan dia pejam kan mata bulat itu, dan mulai terjaga di alam bawah sadar.

**********

Devan memasuki Coffee shop petang itu, dia duduk di tempat favorit nya, sebuah meja yang berada di ujung ruangan dengan sandaran kursi yang begitu empuk dan luas dan di sisi kanan nya adalah jendela kaca besar, jadi Devan bisa mengamati setiap orang yang berlalu lalang di luar Coffee shop tersebut.

"Coffee yang biasa ya mas Dev?"
Tanya seorang pelayan Coffee shop, seorang cowok seumuran adek nya yang mempunyai wajah lumayan keren untuk seorang pelayan sebuah kedai kopi.

"Iya Ton, seperti yang biasa." Jawab Devan dengan sedikit anggukan kepala.

"Siap mas."
Anton pelayan Coffee shop tadi menjawab dengan semangat dan langsung menuju cofee bar.

Devan mengeluarkan benda tipis dan pipih berwarna hitam. Dia menyentuh layar benda tersebut, Devan membuka galeri foto di  handphone tipis nya. Lagi-lagi mata hitam Devan memandang lekat sebuah foto seorang gadis cantik, wajahnya sangat cantik dan elegan, rambut lurus berwana soft brown sangat indah walau di dalam foto itu rambut gadis itu hanya dia gelung asal sehingga ada beberapa helai rambut di sisi kedua telinganya nya yang menjuntai kebawah. Gadis dalam foto itu tersenyum di samping seorang cowok beralis tebal dengan sedikit cambang tipis di pipi putih nya. Ya ... cowok itu adalah Devan dan gadis itu bernama   Amira Casandra.

Devan mematikan layar ponsel nya begitu Anton pelayan kedai kopi tadi datang menghampiri meja nya.

"Dua sendok teh kopi dengan satu sendok teh gula tanpa creamer, silahkan mas Dev."

Ucap Anton menawarkan kopi pesenan Devan.

"Thanks Ton..."
Anton mengangguk dan tersenyum lalu kembali berjalan menuju cofee bar di belakang.

Lagi-lagi Devan memandang foto gadis itu, Amira ... mantan tunangan Devan yang sampai sekarang masih dia rindukan.
Dulu sekitar dua tahun yang lalu dia dan Amira hampir saja menikah ....

Devan kembali memperlihatkan sorot mata kebenciannya,
"Brakkkkk...." dia banting ponsel tipis berwana hitam tersebut ke atas meja Coffee shop sehingga membuat beberapa perhatian pengunjung lainnya tertuju padanya dan dia tidak peduli dengan tatapan mata heran yang tertuju ke arahnya.

Dia kepal kan telapak tangannya kencang, sorot mata nya petang itu terlihat sangat mengerikan.
Amira ... nama itu yang selalu membuat Devan merutuki kebodohannya, kebodohan yang sampai saat ini belum bisa melupakan kenangan nya dan Amira gadis dalam foto itu.

******************

Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang