chapter 15

248 76 57
                                    

Devan masih memeluk Alena erat, dia tidak peduli dengan tubuh gadis itu yang masih sangat basah karena hujan tadi.
Devan menenggelamkan kepalanya di geraian rambut ikal Alena, entah kenapa seluruh tubuh Alena saat itu yang masih sangat basah justru terasa hangat dan nyaman bagi Devan, bahkan dia tidak pernah merasakan rasa yang sama ketika dulu dia memeluk Amira.
Alena sendiri masih sedikit terkejut dengan kejadian yang baru beberapa menit tadi terjadi, hampir saja minibus itu menerjang tubuhnya jika sedetik saja Devan terlambat menyelamatkan nyawa nya.

"Anak "an....jing" kecil?" bisik Devan pelan "Seburuk itu kah lo menganggap gue?
seperti anak "anjing" kecil?" lanjut Devan lagi masih dengan nada berbisik, sangat dekat posisi bibir tebal laki-laki itu dari telinga Alena.
"Mmmaaafff pak, bu...bu...kan maksud Al seperti itu" jawab Alena terbata-bata.
Devan masih mengeratkan pelukan nya siang itu di sepanjang trotoar kawasan cafe dan tenda kuliner ternama di daerah tersebut.
Perlahan Devan merenggangkan sedikit tubuhnya lalu menatap lekat mata hitam Alena, membuat gadis itu salah tingkah.
"Maksud nya anak "anjing" kan lucu pak, imut, gemesin trus...." Alena menghentikan kata-katanya ketika telunjuk Devan menempel di bibir gadis itu.
"Sstt... gak usah bicara lagi, ikut gue"
Laki-laki itu menggandeng Alena berjalan menuju sedan hitam mengkilatnya yang terparkir tak jauh dari Coffshop tadi, sedan hitam itu masih terlihat mengkilat meski sedikit basah karena hujan.
"Masuk ...." titah Devan, dia tidak memperdulikan dengan ekspresi Alena yang kebingungan.
"Masuk ... ini perintah" ulang Devan, Alena menurut dan mendengus sekilas melihat sikap pemaksaan bos nya.
Devan melajukan sedan hitam nya ditengah padat nya jalanan ibu kota siang itu.
"Kita mau kemana pak?" tanya Alena ingin tahu
"Ntar lo juga tau" jawab Devan singkat, matanya masih fokus dengan jalanan yang macet saat itu.
"Kita sedang gak di kantor, jangan panggil gue bapak. Emang gue setua itu?" ucap Devan tanpa ekspresi karena saat itu dia masih fokus dengan lalu lintas yang padat, Alena masih terdiam.
"Lo tadi kan bisa panggil gue Dev, kenapa sekarang gak bisa?" lanjut Devan lagi, kali ini Alena sedikit melirik salah tingkah ke arah Devan.

"Kita mau kemana?" ulang gadis itu

"Ke butik beli baju buat lo lagian lo basah kuyup kek gitu apa gak dingin?"

"Gak usah pak ... eh... Dev.... eh...aduh ... pokoknya gak usah deh, ntar juga baju nya kering sendiri kok" jawab Alena sedikit salah tingkah. Devan melirik sebentar ke arah gadis di sampingnya lalu tersenyum simpul dan kembali fokus menyetir mobilnya.

**********
Sedan hitam keluaran Eropa seri terbaru milik Devan berhenti disebuah butik mewah.

"Ayo turun" Devan membukakan pintu untuk Alena, wajah canggung gadis itu masih tetap tidak Devan pedulikan.

"Ayo turun, lo masih bisa jalan kan? Ato mau gue gendong?" lanjut Devan lagi, Alena menurut walau dari sorot matanya terlihat sedikit kesal dengan sikap memaksa big bos nya.

"Gak usah deh, Al mo pulang aja" elak Alena lagi, kali ini Devan menarik tangan Alena dengan sedikit memaksa.
Devan sengaja membawa office girl nya itu ke Ken's Boutique, butik langganan Amira dulu dan juga butik milik sahabat Amira.

Mereka  disambut pegawai butik ramah begitu mereka masuk ke dalam butik dengan interior mewah, Alena melongo takjub begitu berada di dalamnya, mata bulat gadis itu tak henti-hentinya menjelajah setiap sudut ruangan yang terdapat banyak sekali gaun mahal tergantung rapi.

"Hai Dev apa kabar? Lama deh gak liat lo kemari" sapa seorang cowok tampan namun bergaya kemayu. Kayak si Anton.... bisik Alena dalam hati, sepintas diam-diam gadis itu tersenyum geli.

"Hai Ken... lo pa kabar?" tanya Devan memeluk cowok syantik itu dan tentu saja pelukan Devan dibalas mesra oleh Ken pemilik butik. Alena bergidik dan tersenyum geli melihat cowok kemayu itu dengan sangat senang hati membalas pelukan bos nya.

Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang