Chapter 25

161 35 96
                                    

Saat hujan turun rintik-rintik,
Sebanyak itulah rasa rinduku pada mu
(Devan)

Hari ini Alena kembali berjalan di koridor kampus dan saat ini dia hendak menuju ke perpustakaan karena ada sebuah buku yang harus dia pelajari untuk melengkapi semua materi tugas kuliah nya.

Ponsel pipih gadis itu tiba-tiba berdering, cepat-cepat Alena meraih ponsel tersebut dari dalam ransel.
Ada nama Siti di layar lebar ponsel putih itu, Alena tersenyum kecil sebelum dia menjawab panggilan seluler dari patner  kerjanya.

"Hai Ti, apa kabar lo? Iihh lo kangen ya sama gue?"

"Iya, gue kangen sama lo, kenapa gak masuk kerja lagi? Gara-gara kejadian tempo hari? Kan gue udah bilang maaf "  seloroh seseorang dari seberang, bukan suara Siti bukan juga suara mba Tik, tapi itu .... suara Dendra??

"Eh ini siapa ? Pak Dendra? Ngapain nelfon pake nomor Siti? Issh.... balikin tu ponsel ke Siti"

"Gue kangen sama lo, ponsel temen lo gue bajak bentar tenang aja dia nya setuju kok" jawab Dendra tengil, sementara itu Siti si office girl sahabat Alena hanya melongo di pojokan Pantry melihat dan mendengar sang bos menelfon Alena dan bilang kangen ke gadis itu? Siti mengernyit heran.

"Halo... eh bapak jangan ngomong aneh-aneh deh, gak enak di denger Siti ntar dikira saya dan bapak ada apa-apa" balas Alena kesal, bibir gadis itu mencibir kesal saat bicara dengan Dendra lewat ponsel.

"Temen lo sekarang udah tau kalo gue suka sama lo, Devan juga udah tau kalo gue suka sama lo. Udah deh gak usah banyak alesan, pokoknya besok lo harus kembali kerja. Titik...!!"

Tuttt... tuutt...
Dendra mematikan ponsel sepihak. Alena mendesis kesal, bola mata nya dia bulat kan penuh.

"Iiisshh... apa-apaan tu orang" cibir nya pelan.
Tunggu ... Devan udah tau kalo Dendra suka sama dia? Dasar idiot...!!! rutuk Alena dalam hati, Devan .... ah kenapa tiba-tiba gue mendadak jadi merindu sama si bos itu? Alena menggeleng pelan seperti berusaha mengusir apa yang ada di pikirannya. Gadis itu kembali berjalan menuju perpustakaan kampus masih dengan hati dongkol setengah mati.
.
.
.

Sementara itu di Pantry, Siti masih melongo melihat tingkah si bos apalagi saat gadis itu mendengar kata-kata Dendra barusan.

"Ni ponsel kamu, thanks ya" ucap Dendra membuyarkan segala ke-bengong-an  Siti barusan.

Siti mengangguk cepat ketika bos nya menyodorkan kembali ponsel milik nya, gadis itu menggaruk-garuk rambutnya yang tentu saja saat itu tidak terasa gatal.

"Alena dan pak Dendra ... waahhh Alena harus cerita semua nya ke gue, temen macam apa yang main rahasia-rahasiaan?"

"Terus apa hubungan nya mereka sama pak Devan?? Aahh.... pusing ini mah"
Cerocos Siti yang ngomel sendiri di Pantry.

.
.
.

Devan kembali terdengar mendengus kesal saat office girl yang mengantarkan kopi ke ruang kerja nya bukan Alena.
Bahkan sang CEO tersebut enggan menyentuh cangkir kopi hitam buatan mba Tik padahal dulu kopi yang seperti itu lah yang dia sangat suka.
Kembali dilirik sebentar layar ponsel pipih miliknya, masih tidak ada kabar dari Alena bahkan berkali-kali dia telfon tapi gadis itu selalu mengabaikan tanpa jawaban. Sungguh membuat Devan khawatir, wajah Devan yang biasanya terlihat sangat manis pun kini berubah penuh aura muram, Alena benar-benar membuat dia tidak bisa berkonsenterasi dengan kerjaan nya.

Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang