Chapter 17

206 65 54
                                    

Alena mengetuk pintu ruang kerja CEO kedua di perusahaan Permana Group, siapa lagi kalau bukan Dendra Baskoro Permana, adik kandung dari Devan Baskoro Permana. Alena berjalan mendekat ke meja kerja Dendra, dengan hati-hati dia meletakkan secangkir lemon tea hangat untuk sang CEO.

"Silahkan pak ini lemon tea nya" ucap Alena sopan, dari kursi kerjanya yang empuk Dendra sedikit melirik dan tersenyum ke arah office girl berambut ikal itu. Baru saja Alena tadi hendak melangkah keluar, dengan cepat Dendra memanggil namanya.

"Alena ... nama kamu Alena kan?"

Spontan gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah bos nya.

"Iya pak, saya Alena, ada yang bisa saya bantu?" tanya nya sopan.
Dendra kembali tersenyum ala Don Juan nya, dia mendekati Alena.
"Kamu bisa panggil saya Dendra aja, lagian wajah saya gak setua itu" katanya dengan pandangan mata nakal ke arah Alena.

Ish... ni orang lebih parah dari kakaknya, batin Alena kesal. Dia terpaksa menarik sedikit senyuman ke arah bos nya.
"Maaf pak, gak enak sama karyawan bapak yang lain kalo saya panggil bapak dengan sebutan nama" gadis itu masih berusaha bersikap sopan.

"Permisi pak saya mau melanjutkan kerja saya" pamit Alena kemudian, Dendra mendesis pelan melihat sikap jual mahal office girl itu.
"Eh ... kamu nanti pulang bareng saya aja ya" cegah Dendra lagi, kembali gadis itu menghentikan langkahnya dan kembali menoleh sebentar ke arah bos nya.

"Makasih pak, tapi maaf saya bisa pulang sendiri" ucap Alena.
"Mari pak" pamit Alena lagi, dia buru-buru keluar dari ruang kerja Dendra dengan membulatkan kedua bola matanya sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Gila... lebih idiot dari sang kakak, rutuk Alena dalam hati, lalu dengan langkah cepat gadis itu kembali berjalan menuju pantry.

*
*
Dendra kembali menarik nafas berat, jemari nya perlahan menyeka rambut nya yang sedikit gondrong dan berpomade.

Ni cewe agak susah juga, desis Dendra pelan.

Tentu saja selama ini dia tidak pernah sekalipun  gagal mendekati satu cewe manapun. Mereka bahkan rela yang duluan agresif mendekati Dendra, iya laki-laki itu memang sejak SMA terkenal cowo player, banyak bermain dan gonta ganti cewe. Mungkin baginya cewe itu seperti sebuah sepatu yang harus dia ganti tiap minggunya, sudah tidak dapat dihitung berapa gadis yang patah hati karena makhluk satu itu.
Dendra memang sangat berbeda dengan Devan. Semuanya... dari segi sifat dan gaya hidup.
Sewaktu masih SMA kebiasaan bolos dan nongki di atas rooftop sekolah di jam pelajaran, merokok di sekitar sekolah bahkan sampai membuat murid lain di skors, bukan karena kesalahan mereka tapi mereka hanya menjadi korban atas keusilan Dendra, dan semua kelakuan buruk nya itu sudah menjadi hal yang tabu di kalangan para guru. Tentu saja Dendra selalu lolos dari hukuman karena dia anak dari pemilik saham terbesar di sekolah nya. Dan sifat bengal nya itu lebih parah ketika dia melanjutkan kuliah di Oxford Inggris, disana tentu saja dengan bebas dia bermain dengan banyak wanita berkulit putih, anehnya otak anak itu selalu encer di pelajaran apapun khususnya pelajaran aljabar.

Perlahan Dendra tersenyum penuh misteri sambil menyesap lemon tea. Misterious girl, lirih nya.

 Misterious girl, lirih nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang