Chapter 35

149 20 47
                                    

Semua tentang mu akan tersimpan di balik pelangi setelah hujan.
Namun bagaimana jika hujan di seribu purnama tidak pernah kembali?
Setidaknya manis nya latte mampu mengingatkan semua tentang kamu.
Hingga suatu saat kedua cangkir kita akan bertemu di atas meja makan di pagi dan sore hari.
(Hujan dan Alena)

Alena berjalan meninggalkan airport dini hari itu dengan semua penyesalan menyelimuti relung jiwanya.
Kedua iris jernih yang biasanya terpancar semua semangat kini mendadak sirna.
Jika dua tahun lalu dia berusaha mempurnakan semua rasa untuk Devan, namun kini semua usaha itu menjumpai jalan buntu.
Alena sadar tidak ada sosok lelaki lain yang mampu menggantikan posisi Devan di hatinya kini.

"Kita pulang ke rumah gue dulu?" Tanya Dendra memecah lamunan Alena.
"Aku pulang ke rumah mama aja." Geleng Alena, pagi ini tidak mungkin Alena meminta Dendra langsung mengantar dia kembali ke Bantul, gadis itu rasa Dendra juga sudah terlalu lelah jika harus dini hari itu juga kembali lagi ke Jogjakarta.

"Lo mau nyusul Devan hari ini atau lusa?"

Kembali Alena menggeleng, ayolah gak mungkin juga dia kembali menyusahkan Dendra, dan lagi tiket Jakarta-Paris tidak lah murah buat Alena.

"Lo gak usah mikir biaya tiketnya, lagian Devan juga pasti seneng kalo lo nyusul dia."
Kembali Dendra meneruskan kalimatnya.
Dan lagi-lagi Alena menggeleng pelan.

"Biar semua berjalan menurut takdir, jika memang Devan untuk gue dia akan balik lagi ke gue." Ucap Alena akhirnya.

"Lo gak mau berusaha mengejar Devan dan cinta lo?"

"Terkadang cinta gak harus dikejar, dia akan datang sendiri ke pemilik hatinya. Ke ujung dunia pun jika Devan dan gue satu takdir, maka takdir kami akan bertemu."

Kini Alena hanya bisa pasrah, bukan tidak ingin berjuang namun dia ingin semesta yang menyerah nantinya dan mempertemukan mereka kembali.

"Bagi gue Devan akan selalu jadi lengkungan pelangi penuh warna setelah hujan reda." Lanjut Alena lagi.
Dendra mengangguk pelan lalu tersenyum kecil. Kini Dendra tahu arti cinta yang sesungguhnya, bukan cinta karena nafsu atau pun fisik seperti yang ada dalam petualangan nya selama ini.

"Gue iri sama Devan yang ketemu lo lebih dulu."

Alena melirik sebentar ke arah cowo yang ada di sampingnya.

"Lo pasti akan bertemu dengan gadis yang tepat nantinya Dend." Sedikit senyuman kecil Alena tertarik di kedua sudut bibirnya, Dendra mengangguk pelan.

"Ya udah gue anter lo pulang ke rumah."

"Thanks." Alena meraih punggung tangan Dendra dan dia genggam erat. Senyuman penuh semangat pun dia semat kan di kedua sudut bibirnya kini.
Kembali motor besar Dendra membawa Alena menjauh dari bandara hari itu. Jika hujan mampu mengingatkan dia akan sosok Devan, kini Alena sangat rindu akan hujan.
.
.
.

Beberapa bulan setelahnya

Musim semi di Paris membuat ingatannya kembali  akan kenangan hujan di Jakarta, entah apa kaitan keduanya yang jelas hati Devan setiap hari semakin terbuai akan hujan rintik-rintik di musim semi ini.
Tanda dari Tuhan? Entahlah, tidak setiap tahun musim semi di kota ini diguyur rintik hujan kelabu.

Hujan dan Alena [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang