part 18

6 0 0
                                    

hari dimana kebahagiaan diganti dengan ujung rambut mu.

***

Hari ini Caya seperti biasa pergi menuju sekolah, sudah beberapa hari dia tidak pernah ketemu dengan sahabatnya Dirga.
Caya pernah sekali- sekali berlapasan dengan Arga, tali Caya hanya tersenyum saja, seperti yang kita ketahui bahwa Kesya sangat pencemburu.

"gue pikir-pikir kerjaan gue kesekolah mulu deh."
ujar Lina tanpa dosa.
Caya yang mendengarnya, geleng - geleng kepala, tapi ada benarnya sih, dia juga meresa bahwa sepertinya kerjaan mereka cuman sekolah, apalagi Caya yang tak memiliki kegiatan apapun, kegiatan yang disebut famili time saja tidak pernah ia lakukan, Caya hanya sibuk dengan sekolahnya.

"bersyukur aja."
ujar Caya, tatapan yang tak luput dari buku biologi ditanganya.

" pusing gue, pengen ngantin, temani gue yuk Cay!"
Lina menarik tangan Caya, bisa dibilang mengajak secara paksa. Caya yang pasrah, hanya mengikuti saja.

"ih..pelan-pelan Lin, jangan seret gue kayak sapi dong, lagian sapi juga punya perasaan tau."

"untung sadar."
Caya memukul kepala Lina, karna merasa jengkel.

"yeee..nyampe deh, duduk lu disono, tungguin gue pesanin makanan ya, lu mau pesan apa?"
ujar Lina.

"lo yang ngajak berarti lo yabg traktir gue ya!"
Caya tersenyum mengejeknya

"sebenarnya emang gue anak orkay, cuma ya gue juga sulit buat cari uang, alalagi bokap nyokap gue tiba tiba motongin uang jajan Lina."
Lina menghela napas nya.

" makanya kalo belanja tuh yang hemat, jangan kalo mau bi nasi goreng lo malah ikut beli gerobaknya juga. jadi gimana nih, jadikan traktir gue?"
Caya memandang Lina yang cemberut, sungguh perdebatan yabg panjang jika Lina tak segera meng iya kan.

benar- benar antrian batagor nya sangat panjang, melebihi panjangnya menara Eiffel, eh salah deng.
sudah 10 menit Lina belum datang membawa batagornya. untung mereka lagi jamkos, kalo enggak, sebut aja makan tapi gak makan.

tapi kenapa rame ya, padahal ini lagi jam pelajaran, dah oh tunggu. ternyata mereka semua adalah OSIS. what???

Caya pov.

gue terkejut, dan gue bingung kenapa mereka gak ngehukum kita, apakah mereka belum nyadar gitu?
dan ternyata Anggota OSIS pada disini biasa mereka selesai melakukan tugas berat, mereka santai sebentar dikantin. karna jadwal Istirahat mereka terpakai.
gue manggil- manggil Lina, tapi tuh anak gak dengar gue, tapi pantes dia gak dengar, gue manggilnya didalam hati, gue kirim pake telepati.
gue yang terlalu panik pelan- pelan berjala menuju Lina berada.
" Lina.."
gue manggil dia pelan. Lina lihat gue.
dia malah bingung, dan lakuin bahasa alien ke gua.
dan gue juga balas nya pake bahasa alien.

dan sangat bersyukur bahasa alien gue di mengerti Lina.
dia malah ngebirit sendirinya keluar kantin ninggalin gue, dan gue memaki dia dalam hati.
"Awas aja lo Lin, gue selending belending lo."

tapi sepertinya gue...
" Ngapain?"

gue terkejut setengah mati, gue yang mau nyelamatin Lina eh malah gue yang ketangkep nenek sihir.
gue ngelirik sedikit, tak berani menatap.

"Ini jam pelajaran, kenapa di kantin?"
ujar anggota OSIS.

"Maaf kak, heheh."
ujar gue.
tapi tiba-tiba orang yang gak gue harapin datang, malah datang nyelamatin gue. bisa dibilang nyelamatin, tapi masih kena marah.

"Biar gue yang ngurus."
ujar Ketos

"Baikla, gue juga mau ke toilet, gak tahan gue."
ujar nenek sihir.

gue gak berani natap dia, tatapan dia kayak mau ngebunuh, seriusan.

tapi dia malah pergi tanpa sepatah kata, what? dia ninggalin gue. gue yang bingung, tiba-tiba Lina narik gue.
untung gue lagi bengong, kalo enggak udah gue banting nih anak kecebong.

******
lanjutan ke part berikutnya kawan.
jangan lupa di like ya.:)

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang