Part 14

35 6 0
                                    


udara hari ini begitu dingin, udara hari ini menusuk samapai ke tulang-tulang Lina.

bekas air mata yang mengering dipipinya, Menundukkan kepala seperti tak sanggup menahan semua ini.
Apa yang terjadi?

             
                     ***

"lo brisik amat sih."
Farel sangat geram melihat tingkah konyol dari Denis salah satu teman mereka.
Seperti kucing yang mau ditabok.

Sekarang Denis berdiri diatas bangku kantin dan berteriak sekeras mungkin.

"HAI PARA CEWEK CANTIK YANG ADA DISINI, NIH KENALIN ABANG DENIS SALAH SATU ANGGOTA OSIS YANG PALING GANTENG, MAU NGELAMAR SALAH SATU CEWEK DIANTARA KALIAN!"
Denis merentangkan keduatangannya seperti orang yang ingin mrngatakan bahw dirinya paling wahh.
Aksi kekonyolan Denis membuat para siswi SMA Baktina ini teriak histeri, emang sih Denis bisa dibilang salah satu cowo yang disukai wanita disekolah ini, tapi sayangnya dia tetap jomlo.

"Eh.. Curut lo malu-maluin tau gak."
Ujar Evan, ia menarik Denis untuk turun dan keluar kantin, ia ingin keributan disini mereda.

"Bhuaaaaaahah... Lo liat gak tadi mereka histeri banget ngeliat gue."
Ujar Denis di sela-sela tawanya.

"Terserah."
Ujar Bagus, memutar matanya malas dan meninggalkan Denis yang masih tertawa.

"Eeeehh.. Lo pada kok ninggalin gue?"
Ujar Denis setelah tawanya mereda.

Tidak ada jawaban dari mereka membuat Denis harus sedikit berlari menghampiri sahabat nya itu.

                        ***
Hujan kini datang menguyur seluruh kota ini.
Sore nan dingin membuat seorang gadias cantik duduk di halte untuk menunggu angkot, tapi dari hujan datang sampe hujan reda, angkot pun belum tiba, membuat Caya meruntuki dirinya sendiri karena tidak menelpon supirnya saja untuk menjemputnya.

"Yahh.. Kok mati sih!"
Hp Caya lowbet.

"Gimana nih."
Lirih nya pelan.

Terpaksa Caya harus berjalan dari sekolahnya sampe rumah.
ya walau Caya harus nyape jalan kaki kerumahnya dalam waktu 1 jam lebih.

Belum setengah perjalan Caya sudah lelah, dan terpaksa beristirahat disebuah  cafe
nan sederhana itu, tapi pelayanan disana dan hidangannya cukup dibilang wahh terbaik.

Dia memesan lemontea, dia duduk paling pojok didekat jendela kaca nan besar itu, dari situ Caya bisa melihat banyak orang yang berlalu lalang.

malam mulai menghampiri, Caya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

beberapa jam kemudian Caya sampai di rumahnya, ia sedikit bingung gerbang rumahnya terbuka lebar, ada sebuah mobil nan megah terparkir dihalan rumahnya.
Caya pun masuk kerumahnya.

"Aku pulang."
Ujar Caya, dan ia sedikit terkejut melihat seseorang dirumahnya itu.

                      ***

Sudah beberapa menit Caya berada di meja belajarnya berkutat dengan soal-soal fisika itu. Tapi dari tadi Caya masih berkutat dalam 1 soal.
Dia sih biasanya bisa menyelesaikan beberapa soal fisika dalam waktu singkat, tapi hari ini dia tidak bisa menyelesaikan satu soal pun. 

Dari kejadian tadi terjadi Caya tidak fokus melihat satu soal pun, dia melamun ada rasa sedih yang dirasakan Caya.

Flashback.

Caya terkejut melihat Ibunya sedang bercakap ria bersama satu keluarga yang sangat dekat dengan dia sewaktu masih kecil.

Caya menundukan kepalanya, dan hanya berdiam diri di tempatnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang