Part 9

70 20 21
                                    

Aku adalah apa yang kamu rindukan, aku adalah bunga yang wangi, cantik dan membuat hidup mu berwarna-warni.

                        ***

Tok...tok..
Suara ketukan pintu .

"Caya! ini aku Lina bangun dong."
Ujar Lina, dia datang untuk menjemput gadis kebo ini, ia mengetok pintu kamar Caya, tapi tidak ada jawaban,membuat Lina kesal pada sahabatnya ini.

"Ada apa Lin?"
Tanya kak Tika,tiba-tiba ia datang entah dari mana membuat Lina agak terkejut.

"Itu kak..anu.iss...mau jemput Caya"
Lina meremas ujung roknya dia takut kalau ia marah,apalagi tentang Caya.

"Caya ada di di dapur."
Tika pun pergi begitu mengatakan Caya berada di dapur, Lna mengelus dadanya,yang ia pikirkan salah Caya tidak kebo.

"CAYA SAYANG!"
Teriak Lina, ia berlari menghampiri Caya, untung nya dia Tidak terpleset.

"Hati-hati Lin,lo nanti jatuh."
Ujar Caya,ia mengambil garam untuk masakannya.

"Heheh.. Iya Cay."
Lina hanya terkekeh.

"Lo masak apa?"
Tanya Lina dengan sedikit melirik ke dalam panci yang berada diatas kompor.

"Lo liat sendiri kan gue lagi masak apa."
Caya mengaduk bubur ayamnya.

"Hehe.. Iya, hemm.. Wangi,gue bisa nyicip gak?"

"Boleh, makan juga boleh, apasih gak buat lo."
Caya memindahkan buburnya ke empat mangkuk, Lina sudah tau kenapa 4 mangkuk, pasti untuk Tika, dan mama nya.

"Mari makan."
Ujar Lina dengan senang, mereka duduk di ruang keluarga sambil menyalakan tv, ini juga masih jam 6 pagi.
Kebiasaan Lina selalu datang dengan cepat,apalagi dia belum makan dari tadi membuat nya melahap makanan itu sampai habis.

Tika turun kebawah ia melihat bubur tersebut, Tika duduk dan memakannya, dia tidak sejahat itu, Tika Berfikir yang  salah itu Caya bukanlah makanan.
Caya senang melihat kakaknya mau memakan bubur itu.

"Pagi sayang."
Mama nya keluar dari kamar dan mengecup kening Tika dengan penuh kasih sayang.

"Pagi mah."
Ujar Tika  dengan senyum manis.

"Kamu dah siap makannya? kalau udah siap biar mama antar ke sekolah."
Ujar Mira pada anaknya itu.

"Udah kok mah, ayo!"
Mereka pun berlalu tanpa melirik Caya sedikit pun.

Air mata menetes dipipi Caya ia menangis, Lina juga ikut sedih.
Ia menginginkan mamanya melihat dia sebentar saja, tapi Mira yang selalu dipanggil mamah tidak pernah perhatian lagi dengan anaknya Caya, Caya selalu berdoa agar mamanya bisa kaya dulu lagi,yang selalu berbagi kasih sayang padanya.

"Cay, gue udah kenyang, berangkat yuk!"
Ajak Lina agar Caya tidak terlarut dalam kesedihannya.

Dari tadi Caya hanya melamun. Lina gak tau harus berbuat apalagi.

"Cay, lo punya waktu gak nanti?"
Tanya Lna pada gadis itu.

"He.. Hmm.. Ada kok, tapi tunggu gue siap latihan main gitar, gue rasa jam 4 deh."
Caya membenarkan posisinya dengan menghadap Lina.

"Nanti temanin gue belanja ya?"

"Baiklah."
Seperti angin hanya numpang lewat,begitulah Caya dia kembali melamun lagi.

                         ***

"Lo harus bisa Cay."
Ujar Farel pada Caya.

Mereka sekarang berada di taman belakang sekolah, Farel hanya mengajari Caya bermain gitar, anak-anak yang lainnya di tangani anggota Farel yang juga sebagai pengajar.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang