part 21

6 0 0
                                    

gue sadar kok, sadar bahwa hidup gue gak sesempurna hidup lo, tapi tenang gue gak bakal hancurin hidup lo yang sempurna itu.

***

"Ga! kamu kenapa? kok dari tadi datar mulu, kayak alas kaki."
gadis ini sunggu tak tahan melihat sikap pria yang duduk disampingnya, Dirga yang tidak biasanya begini.

"aku yang ganteng gini dibilang alas kaki."
Dirga tak menjawab pertanyaan Caya.
"ih..kamu kenapa sih? gak jelas tau."
Caya berdiri menuju dapur rumahnya, untuk mengambil kan minum.

"Nak Dirga toh, kirain siapa."
Dirga yang terkejut mendengar suara yang tiba tiba.
"Eh.tante, kapan datangnya nya, Dirga gak denger tante masuk."
yaiya rumah gini besar orang masuk aja pasti sulit diketahui. apalagi Ini yang datang ibu Caya, Mira.
Mira duduk di sofa dimana Dirga duduk.
Dirga tersenyum manis pada Mira.
"gimana sekolah baru kamu? betah?"
ujar Mira sambil meletakkan tas nya ke meja didepan mereka.
"Masih beberapa minggu sih Tante, tapi Dirga betah kok. apalagi teman Dirga disana teman masa kecil."
Mira hanya manggut-manggut. dia tau maksud Dirga, yang bisa dibilang temannya masa kecilnya, Lina, Bagus dan jangan lupa putrinya sendiri.
Caya yang mendengar suara mamanya, menuju ruang keluarga, dan dia melihat Ibunya Mira sedang ngobrol denga Dirga, senyum Caya yang terbit dengan minum ditangannya mrnghampiri mereka. tapi Senyum itu seketika pudar, saat Mira hanya menatap Putri nya itu datar, dan langsung pamit pada Dirga, menuju kamarnya. Mira berjalan berpapasan dengan putrinya.
"ma..
Mira tak menjawab panggilan Caya, dan malah melewatinya dengan tampang datar.
Dirga bisa melihat gimana wajah Caya sekarang, senyum yang kecut dibibir Caya.

"Cay, buat aku kan."
ujar Dirga , mengambil minum ditangan Caya.
Caya hanya mengangguk.

keheningan menghampiri mereka berdua. Dirga yang lagi mikiran Kesya dan perasaannya sedangkan Caya memikirkan masalah yang begitu banyak, terutama masalah keluarga , broken home ini.
Suara ponsel Dirga pun berdering, ada panggilan masuk.

"iya Ma?"

"....."

"Jam berapaan Ma ?"

"....."

"iya..entar aku ajakin Caya juga."

"..."
" Iya Ma."

Dirga menutup ponsel  ya.
Caya menautkan kedua alisnya, bertanda ia  bertanya. ada namanya disebut.

"Mama aku, katanya Malam ini Mama buat acara keluarga gitu, jadi kamu diajakin."

"Jam?"
Caya meminum minumanya.
"Jam 8, kamu ikut kan?"
Caya sedikit berpikir, apakah Mamanya ikut juga kah kesana.

"Mama aku ikut?"

"Iya, Mama ngundang Mama kamu sama Kak Tika, makanya Mama ngundang kamu juga."
wajah Caya berubah menjadi sedikit panik.
jika ia ikut pasti Mamanya tidak akan suka. tapi Dirga mengajaknya,jika dia menolak, sungguh tak sopan. apalagi Tante Mutiara yang mengundangnya.

"kamu aku jemput?"
ujar Dirga.
"Gak usah Ga, aku naik taksi aja."

***

Malam ini begitu dingin, Caya yang sudah berada di kediaman Haryuda untuk acara makan malam.
Caya yang memakai sweater cream nya dan rok panjang army duduk di kursi dekat jendela kaca yang dapat dibuka, dan mengadahkan  kepala caya keatas untuk melihat bintang yang tak nampak sama sekali.
sudah 15 menit yang lalu ia disini. tapi mereka masih mempersiapkan makanan yang belum matang  seperti memanggang.
Caya hanya diam saja dari tadi, Dirga yang membantu ayah nya memanggang daging.
Tante Mutiara yang berbincang dengan Mamanya Mira dan Tika.
Mira sama sekali tak terkejut bahwa putri yang ia anggap pembawa sial itu datang kesini, karna ia sudah menduga bahwa Mutiara mengundangnya, karna Mutiara sangat menyukai Caya.
dan jangan lupa, ternyata Kesya juga ada disini. dia sedang membantu Dirga juga memanggang, bukan membantu memanggang, lebih tepat nya membantu Dirga dengan mentap wajah Dirga.
what??
"niat bantuin gak sih tu orang? dari tadi lengket mulu deh sama Driga, takut dicuri tu Dirga  apa gimana."
Batin Caya, saat ia ingin ngobrol dengan Dirga pun tidak bisa karna Kesya yang tiba-tiba nongol dan memulai pembicaraan dan memotong setiap pembicaraan Caya.
karna sangking kesalnya, dari pada Caya takut entar dia malah ngecakar tuhmuka Kesya, lebih baik ia duduk anteng disini. menatap langit dan sekeliling.

"Ga, itu Mama sama Kakak Caya ya?"
ujar Kesya pada Dirga yang memberhentikan sejenak kegiatanya. ayah Dirga pergi untuk mengambilkan dagung yang lainnya.

"iya."
Dirga mentap Caya yang sendiri,sedang menatap kekuarganya sendu.
Dirga tak sanggup melihat tatapan sahabatnya yang seperti itu, Dirga tau begitu rapuh dan sakitnya sahabatnya itu.
Dirga pun pamit kepada ayahnya, membisikkan sesuatu, dan berjalan menuju dimana Caya duduk, dan Jangan lupa kekasihnya ikut mengekor.

"Kamu mau coba daging yang aku panggang gak?"
Dirga membuyarkan lamunan Caya.

"Mana?"
ujar Caya antusias.

"Tuh."
Dirga menunjuk kearah dagung mentah diatas meja.

"Kamu pikir aku , kaya kamu yang makan daging mentah."
Caya mengerucutkan bibirnya, membuat Dirga gemas dan mengacak-acak rambut Caya.
jangan lupa dengan tatapan cemburu Kesya.
Kesya menarik tangan Driga kasar dari pucuk kepala Caya.
Caya sedikit tertegun ucapan Kesya padanya.

"Dirga itu pacar aku, jangan kegatelan deh."

"Kamu apan si Sya, siapa yang gak tau kalo kamu pacar aku."
Dirga sedikit tak suka sikap Kesya yang begini, padahal mereka baru baikan, dan sepertinya jangan lupa Bahwa Dirga sudah mengatakan pada Kesya Bahwa Caya adalah sahabat nya yang paling berharga, dan apa apaan ini. Dia ngatain Caya. padahal saat mereka masih Pdkt Kesya merengek ingin ketemu dengan Caya, dan sekarang ia menatap Caya seperti saingan.

"lah situ kenapa bilang gue kegatelan, gak salah tuh?"
Caya yang tak terima dikatain gatel.

"ya emang lo kegatelan, gue tau lo sahabat pacar gue, tapi jangan gitu dong, lo harus tau batasan."
Kesya sedikit meninggi kan suaranya. Mira dan yang lainnya menatap ke sumber suara, mereka hanya diam menyaksikan berdebatan.

"Lo kok jadi marah sama gue? gue tau Dirga itu pacar lo, tapi lo juga gak ada hak buat ngatur-ngatur gue, Dirga itu sahabat gue, lagian gue ngapain makanya  gue harus tau batasan, gue ambil punya lo? kagak kan?"
Caya yang mulai tak bisa mengendalikan emosinya.
sedangkan Dirga yang menyuruh Kesya untuk diam, tapi Kesya tak mau. ia malah berantam  dengan Dirga.
tiba tiba semua runtuh saat seseorang yang sedarah dengan lo malah belain yang lain.

"kamu ini selalu aja buat masalah. gak bisa gak buat masalah ya? Gak bisa ngalah, tuh mulut gak bisa di rem."
ujar Mira meruntuhkan Caya seketika, Dirga terkejut dengan hal itu, Kesya yang bungkam.
Caya menahan air matanya agar tidak turun dari pelupuk matanya.

"kamu itu taunya ngancurin suasana deh, hubungan aja kamu hancurkan."
Air Mata Caya lolos membasahi kedua pipinya.
sunggu sakit, gimana rasanya saat lo digituin sama nyokap lo sendiri dan malah ngebelain orang yang udah ngatain lo.
Dirga menarik tangan Caya agar menjauh. tapi Caya mencekalnya.
dia mendekati Kesya.

"Gue sadar kok, sadar bahwa hidup gue gak sesempurna hidup lo, tapi tenang gue gak bakal ngancurin hidup lo yang sempurna itu ."

Caya pun melirik Mira dan mengabaikan Dirga yang memanggilnya.
Caya pergi meninggalkan kediaman Haryuda dengan tangis yang pecah.

Mutiara hanya diam, tak tau apa yang harus ia lakukan. Mira dengan santainya kembali duduk dengan Tika. walau raut wajah Tika sedikit tak suka melihat Kesya.
Kesya menggenggam lengan Dirga.
Yuda ayah Dirga membuat kode agar Driga mengejar Caya. Dirga lun melepas cekalan  Kesya dan pergi mengejar gadis rapuh itu. Kesya menahan amarahnya, dan menghentakkan kakinya.

Disini lah Caya ia tak tau mau kemana, ia berjalan tak tentu arah, ia hanya  menangis.
dilain  tempat Farel ya Farel, ia melihat sosok gadis yang membuat senyum terbuat dibibirnya. tapi liat lah gadis itu sekarang menangis dan tangannya yang berusaha untuk menghapus air mata yang membanjiri pipinya.




PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang