Mengapa semesta tidak mau menyembunyikan ku dari indah nya mentari.
Kenapa semesta tidak menjawab pertanyaan ku.
***Author pov
Di pagi yang indah, dengan mentari yang telah muncul dari ufuk timur.
Dirga ingin bergegas berangkat ke sekolah.
Sebelum pergi ia pamit kepada sang bunda tercinta.Setelah pamit Dirga pun pergi ke rumah kesya untuk menjemput sang pujaan hati.
Dilain tempat Caya menunggu jemputan dari sahabat kecilnya.
"Lah gue ngapain nunggu jemputan dia?
Pastinya dia akan menjemput Kesya."
Ujar Caya berbicara sendiri pada dirinya.Setelah berdebat dengan hatinya.
Caha pun pergi menuju sekolah naik taxi, karna supir yang sering mengahantar kan Caya sedang pergi menghantar kan kakak nya Tika.
Dan lina?
Entah lah dia kenapa tak bisa menjemput nya.Setelah beberapa lama diperjalanan Caya pun sampai.
Dia langsung menuju kelas.
Tapi di perjalanan Caya melihat sang dua insan berjalan dengan bergandengan tangan.
"Kenapa hati gue gk pernah siap menerima kenyataan.
Kalo lo udah milik orang lain Ga."
Batin Caya
Ia memandang nanar sahabat yang pernah ia cintai itu.
Mungkin sekarang juga masih tersisah cinta yang tak terbalas.Caya melanjutkan perjalannan nya.
***
"Cay.."
Teriak Lina didepan wajah Caya.
Dari tadi Lina panggil gak nyaut-nyaut nih anak.
Takutnya kesambet nenek gayung gitu.
Kan serem."Apa sih Lin?"
Ujar Caya, malah kesal pada Lina karna membuyarkan hoby nya melamun.
"Ihh..seharus nya gue yang nanya lo kenapa?
Dari tadi dipanggil gak nyaut."
Ujar Lina menarik hidung Caya.
Membuat Caya mengadu kesakitan."Aduh...lepas Lina sakit..."
Caya berusaha melepas tangan Lina yang nyaman nya bertengger di hidung nya."Gue akan lepas, tapi ada syaratnya."
Ujar Lina Dengan senyum jengkelnya." ih..iya apa?
Cepat.""Lo gak boleh sering-sering ngelamun."
Pandangan Caya langsung sedu."Hmm."
Ujar Caya.
Lina pun melepaskan tangannya dari hidung Caya.
Walau respon dari Caya hanya singkat.
Tapi Lina yakin Caya mau melakukannya, walau sulit."Cay.."
"Apa?""Jutek banget sih."
Ujar Lina."Apa Lina ku sayang, yang cantiknya aduhai."
Ujar Caya dengan mencubit kedua pipi gembul Lina."Nanti kita jalan yok?"
Mata Lina berbinar."Akh malas."
Caya ingin bergegas pergi dari kantin tapi Lina menahannya."Ya...pleaseee.."
"Is...iya...iya"
Ujar Caya dengan malasnya***
Sekarang mereka berdua berada di sebuah supermarket.
Sungguh sedikit kessal melihat Lina.
Katanya jalan.eh jalan nya kesini.
Masih enak diajak jalan sambil ditraktir gitu. Ini mah malah disurh ngawanin beki cemilan doang.
Sebenarnya mau marah.
Taoi Lina sahabat nya.
Bagaimana lagi kan."Cepat dong Lin. Dari tadi nih ya.kita putar balik sampe 30 menit. Kamu belum siap-siap milih makanan!"
Caya sungguh kesal.
Dia dijadikan tempat untuk mendorong troli.
Sedangkan Lina sibuk milih-milih dan memasukkan nya ke troli."Sabar ih Cay."
Lina menuju lemari es dan mengambil susu pisang dan menuju kasir.
Setelah membayar.
Lina memesan taxi.
Dan memeberikan susu pisang itu pada Caya.
Ya Caya sunggu menyukainya."Thank. Walau cuman ini doang."
Ujar Caya jengkel.Lina hanya terkekeh.
Setelah beberapa lama.
Taxi yang dipesan datang.
Dan mereka segera menuju rumah Caya"Bay..bay..Caya ku sayang.
Dan makasih udah nemenin gue."Lina cium pipi Caya
"Ih...bau...!"
"Aish jahat.!"
Lina memberi kanting supermarket pada Caya. Yang berisikan makan.
"Makasih. Gue pikir lo lupa."
Lina hanya tertawa."Yaudah gih masuk."
"Iya...ati ati."Setelah Caya masuk.
Ia menuju kamar.
Dan merebahkan tubuhnya dikasuh yang amat empuk ini.
Sunggu lelah.
Walau hanya menemani Lina belanja doang, bukan jalan- jalan.
Lama berkutit dengan pikirannya.
Caya pun terlelap.Hi guysss..
Sory ya.
Aku baru up.
Dan jangan lupa vote and comment.
Dah....🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKeindahan hidup bukanlah tergantung pada bagaimana bahagiannya dirimu tapi bagaimana kamu membahagiakan orang lain dengan cara mu sendiri... DAN SIAPAKAH DIA?? 😞