Chapter 7

161 140 980
                                    

Hai 🤭🤭

Akhirnya author berhasil menyelesaikan ujian dua mata kuliah 🤩

Kalian gimana kabarnya? Udah selesai ujian? Gimana ujian kalian?

☆☆☆☆☆
Nggak selamanya orang yang kita pandang baik, akan baik seterusnya.
Bisa saja mereka diam-diam meletakkan pisau dan membuat goresan secara perlahan.

~Salvatrice Venette~
☆☆☆☆☆

“Kakek kenapa?” tanya Zacc saat kakeknya itu berjalan pelan sembari memegangi pinggangnya.

“Kemarin kakek baru saja melakukan operasi selama 20 jam. Rasanya pinggang kakek sudah mau putus,” ucap Luca, kakek Zacc sambil mengambil posisi duduk di salah satu sofa.

Zacc berjalan ke dapur kemudian kembali dengan segelas air minum. Ia menyodorkan gelas berisi air itu ke hadapan kakeknya.

“Harusnya kakek sadar diri kalau kakek sudah tua.”

Luca menatap cucunya dengan tatapan tidak percaya, “harusnya kamu sadar diri kalau kakek sudah tua. Sudah membutuhkan cucu menantu untuk mengurusku.”

Kini, gantian Zacc yang menatap kakeknya dengan pandangan tidak percaya.

“Perempuan itu sangat kasihan. Di usia remaja, di saat teman-temannya bermain dan bersenang-senang, dia malah harus kehilangan tangannya.”

Zacc mengambil tangan kakeknya kemudian melakukan pijatan pelan.

“Padahal tulisan tangannya indah.” Setelah berucap itu, kakeknya berdiri dan berjalan dengan perlahan menuju kamarnya meninggalkan Zacc yang terdiam bingung.

Zacc heran, kenapa kakeknya itu terlihat berbeda hari ini?

☆☆☆☆☆

Seorang laki-laki terlihat berjalan santai di lorong rumah sakit milik keluarganya. Satu tangannya ia gunakan untuk menenteng kotak bekal, dan satu tangannya lagi ia masukkan ke dalam saku celananya.

Laki-laki itu terlonjak kaget saat mendengar teriakan seorang perempuan yang berasal dari salah satu kamar pasien. Ia mengelus dadanya pelan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju di mana kakeknya berada.

Zacc sedikit terhuyung saat terdorong oleh seorang perawat. Perawat itu terlihat bingung dan berlari keluar dari kamar pasien itu.

Zacc mengernyitkan keningnya saat melihat sosok perempuan yang tidak asing baginya. Perempuan itu terlihat sedang melemparkan seluruh barang yang ada di sekitarnya tanpa sadar bahwa itu bisa saja melukai beberapa orang di sana.

Tidak lama lagi, Zacc melihat kakeknya berlari menuju kamar pasien itu. Tanpa ragu, Zacc menahan lengan kakeknya untuk tidak masuk ke kamar tersebut. Ia tidak ingin melihat kakeknya menjadi korban akibat kegilaan pasien perempuan itu.

Luca menatap cucunya dengan pandangan lembut sembari menepuk pundak cucunya seakan-akan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Laki-laki berumur dengan pakaian dokter itu masuk berusaha menenangkan pasiennya. Namun, perempuan itu masih tetap saja menangis sambil melemparkan bantal menggunakan satu tangannya.

‘Salvatrice Venette.’

Hati Zacc berdesir saat melihat nama pasien itu. Tidak ingin berlama-lama, Zacc berjalan menuju kantor kakeknya kemudian meletakkan rantangan yang ia bawa sebelumnya ke atas meja.

Inilah salah satu hal yang Zacc sukai di kantor kakeknya ini. Tidak ada tembok dinding sebagai pembatas, namun tembok kaca yang dapat membuat Zacc melihat pemandangan luar dari dalam ruangan itu.

AUCTOR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang