Sebuah kisah yang terbentuk dari rasa iri yang akhirnya membuat manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai kunci kesuksesan mereka.
Berawal dari Salva, seorang penulis yatim piatu yang hidup berdampingan dengan mesin akibat tragedi kecelakaan y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☆☆☆☆☆ Orang cacat lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai etika.
~AUCTOR~ ☆☆☆☆☆
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Akhirnya jadi juga.” Salva tersenyum lebar ke arah kue yang mereka buat sedari tadi. Memang, bentuknya memanglah tidak seindah kue yang sering mereka temui di toko kue. Namun, Salva sangat bahagia karena proses membuat kue ternyata sangat menyenangkan.
Zacc ikut tersenyum saat melihat Salva tersenyum, “Sekarang, kita ke depan minta packing biar bisa dibawa pulang.”
Kedua insan ini berjalan dengan perlahan keluar dari ruangan kemudian berjalan menuju meja kasir agar kue yang mereka buat dapat dibungkus.
“Makasih, Zacc. Gue bahagia banget hari ini. Kalau lo nggak ngajak gue ke sini, mungkin gue cuman bisa duduk di rumah nungguin keajaiban.” Salva tersenyum cerah ke arah Zacc.
Mendengar itu, Zacc hanya mengangguk kemudian mengambil kue yang sudah dibungkus tadi lalu berjalan keluar menuju mobilnya berada.
Zacc meletakkan kue yang mereka buat tadi di tempat duduk belakang. “Kita mampir ke satu tempat lagi.”
Salva mengernyit, “Ke mana?”
Lagi-lagi Zacc tidak menjawab, laki-laki itu memilih untuk fokus menyetir mobilnya. Tidak lama lagi, mereka tiba di salah satu café yang juga menyediakan layanan komputer.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Lo duduk aja dulu. Gue ke sana bentar.”
Salva mengangguk singkat kemudian mencari tempat duduk di bagian layanan komputer. Ia membuka salah satu web tempatnya menulis cerita. Setelah itu, Salva mengetikkan kata sandi agar dapat masuk ke dalam akun miliknya.
Beberapa hari belakangan ini, Salva memang sering mencoba mengetik beberapa chapter novel. Tentunya hal ini dapat ia lakukan dengan bantuan Zacc yang dengan sabar mengajarinya.
Raut wajah kecewa sangat jelas di wajah perempuan itu. Salva memang mengganti nama pena serta nama akunnya agar orang-orang di luar sana tidak mengenalnya. Namun, betapa kecewanya saat ia mengetahui bahwa hanya beberapa orang saja yang membaca ceritanya.
“Bahkan mereka yang baca cerita gue, bisa dihitung dengan jari.”
“Tulisannya sangat indah,” ucap seseorang dari belakang Salva.
“Iya. Hampir sama dengan tulisan cucu kita,” ucap seseorang lainnya.
Salva menolehkan kepalanya saat mendengar beberapa orang berbincang di belakangnya. Matanya membelalak kaget saat mengetahui bahwa dua orang tersebut adalah kakek dan neneknya. Ia pernah melihat mereka saat di hotel tempat dirinya bertemu dengan Dora kemarin.
Perempuan itu hanya bisa terdiam kaget hingga suara beberapa orang berbadan besar menyadarkannya. Beberapa orang berpakaian preman itu terlihat sedang membentak kakek dan neneknya.
“Lo kira ini jalan punya nenek moyang lo hah?” teriak preman tersebut marah membuat sepasang lansia itu terkejut.
Melihat itu, Salva menarik tubuh kakek dan neneknya menjauh dari preman tersebut, “Om. Di sana masih ada jalan untuk dilewati.”
“Heh. Orang cacat nggak berhak bicara sama saya. Sana, jauh-jauh. Mengganggu pemandangan saja.”
Seketika Salva terdiam. Ternyata di mata orang lain, dirinya selalu dianggap sebagai orang yang cacat. Namun, ia tidak ingin menangis lagi saat ini. Salva hanya ingin menolong kakek dan neneknya itu.
“Orang cacat lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai etika,” sahut Salva tegas.
Preman tersebut maju dengan wajah sombongnya kemudian mendorong bahu Salva hingga perempuan itu terhuyung ke belakang.
Melihat itu, Zacc segera berjalan cepat menahan Salva agar tidak jatuh. “Lo gapapa?” tanya Zacc yang dijawab gelengan oleh Salva.
“Oh ini namanya pangeran kesiangan? Jangan ikut campur kalau tidak mau terluka nantinya.”
Salva membelalakkan matanya terkejut mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Zacc. Bisa dipastikan bahwa jantungnya tidak berdetak dengan normal saat ini.
“Pacarmu sangat baik. Kamu beruntung mendapatkan laki-laki sebaik dia,” ucap Donna, neneknya.
Salva hanya mengangguk singkat menanggapi perkataan neneknya. Di satu sisi, ia masih sangat kaget dengan pertemuannya dengan neneknya. Di satu sisi lagi, ia masih kaget dengan ucapan yang dilontarkan oleh Zacc beberapa detik yang lalu.
“Di sini terdapat beberapa CCTV. Siapa yang salah akan ketahuan nantinya,” ucap Zacc membuat para preman itu memilih untuk pergi.
“Lo gapapa kan?” tanya Zacc ke arah Salva yang lagi-lagi dijawab gelengan oleh perempuan itu.
“Ayo pulang.”
Salva mengangguk kemudian melambaikan tangannya ke arah kakek dan neneknya dengan sendu. Ia sangat ingin berbincang lebih lama lagi bersama kakek dan neneknya itu. Namun, walaupun bertemu dalam waktu yang singkat, Salva sudah bersyukur karena dapat bertemu mereka.
Melihat itu, Zacc segera merangkul Salva kemudian membawa perempuan itu menuju mobilnya berada.
“Lo kenapa nggak manggil gue tadi? Lo tau’kan kalau kejadian tadi itu sangat berbahaya? Apa jadinya kalau gue tadi nggak langsung ke sana? Kalau ada orang yang gangguin lo, jangan diem aja. Ngerti nggak?” ucap Zacc panjang lebar.
Salva hanya memandang Zacc dengan dalam. Perempuan itu merasakan sesuatu yang berbeda dari Zacc saat ini. Setahu dirinya, lelaki di hadapannya ini sangat jarang dalam berbicara. Kenapa beberapa hari ini laki-laki itu berbicara panjang lebar dengannya?
Melihat diamnya Salva, Zacc memilih untuk ikut diam dan fokus menyetir mobil.
Gue juga heran. Kalau deket sama lo, kenapa gue seakan-akan pengen bikin lo ngomong sama gue? batin Zacc.