HAEE!! Kalian apa kabar?
Jangan lupa tekan bintangnya ya 🤩
☆☆☆☆☆
Karena gue nggak mau lo pergi dari dunia ini dengan air mata. Terlebih lagi itu air mata kesedihan.~Zaccario Casare Constanzo~
☆☆☆☆☆Ratusan hingga ribuan air mata terus mengalir membasahi wajah seorang perempuan cantik bernama Salva. Kakinya melangkah perlahan memasuki kamar miliknya. Dengan gemetar, tangannya ikut meraih sebuah foto yang telah ia simpan sejak dulu.
Salva mengelus foto tersebut dengan perlahan, “Ra, gue nggak tau kenapa lo bisa berubah kayak gini. Gue juga nggak tau kenapa gue nggak bisa benci sama lo. Mungkin,… itu karena lo satu-satunya keluarga yang gue miliki. Gue harap lo bisa bahagia, Ra.”
Salva menatap sekeliling kamar yang telah ia tempati beberapa saat yang lalu dengan sendu. Air mata masih terus menetes membasahi permukaan wajah perempuan itu. Sambil terisak pelan, Salva berjalan menuju rooftop apartment milik Zacc. Tersirat keraguan dalam setiap langkah yang diambil perempuan itu.
Sesampainya di rooftop, Salva tersenyum kecil menatap langit biru yang hampir menghitam karena waktu yang semakin malam. Ia menengadah menatap langit sambil memejamkan matanya, membiarkan setiap tetesan air matanya jatuh membasahi pakaiannya.
Ternyata secepat ini aku bisa bertemu mama, batin Salva sambil tersenyum.
Salva berjalan pelan menuju tempat yang lebih tinggi. Ia menaikkan sebelah kakinya ke atas. Isakan kecil mulai terdengar. Jauh dari lubuk hatinya, ia sangat tidak ingin meninggalkan dunia ini, termasuk Zacc.
Namun, perkataan Dora mampu membuat hati kecil Salva memilih jalan untuk meninggalkan dunia ini. “Mungkin ini yang lo mau, Ra.”
Salva merentangkan tangannya bersiap untuk meninggalkan dunia ini, dunia yang mungkin tidak seharusnya menjadi miliknya.
“Sampai jumpa, Zacc. Makasih ud ….”
“Turun.”
Ucapan tegas seorang laki-laki membuat Salva menoleh dan menatap terkejut sesosok lelaki itu.
Zacc? batin Salva bingung. Bukankah seharusnya laki-laki itu berada di hotel?
“NGGAK!” teriak Salva marah.
“Gue udah susah payah datang ke sini dan lo dengan mudahnya ngehancurin rencana gue,” ucapnya terisak.
“Turun.”
Zacc mengulurkan tangannya membantu Salva turun. Terlihat raut marah dan kecewa bercampur menjadi satu di wajah lelaki itu.
“Nggak,” ucap Salva tegas kemudian langsung mengambil ancang-ancang untuk melompat.
Melihat itu, Zacc membulatkan matanya dan langsung dengan cepat menarik ujung baju Salva kemudian memeluk erat perempuan itu.
Zacc menggendong Salva turun dari tempat tinggi tersebut masih sambil memeluk perempuan itu. Merasa rencananya gagal, Salva memukul keras dada bidang Zacc sambil terisak. Perlahan, tubuhnya jatuh ke lantai.
“Lo ngapain nolongin gue … hiks. Harusnya lo” Salva memukul tubuh Zacc lagi. Melihat itu, Zacc langsung merengkuh Salva ke dalam pelukannya. Tangannya beralih untuk mengelus puncak kepala perempuan tersebut dengan pelan.
“Karena gue nggak mau lo pergi dari dunia ini dengan air mata. Terlebih lagi itu air mata kesedihan.”
Salva menatap Zacc dengan mata sembabnya. Nada lembut milik laki-laki itu membuat hati Salva tertegun mendengarnya.
“Hidup itu emas,” ucap Zacc.
“Itu ….”
Zacc mengangguk, “Iya. Itu quotes yang lo tulis di buku lo dulu. Lo bisa nulis kayak gitu, seharusnya lo juga bisa belajar menghargai hidup. Tanpa lo sadari, di luar sana masih banyak orang yang pengen banget punya kehidupan kayak lo.”
Salva kembali terisak. Perkataan Zacc memang benar. Seharusnya ia bisa lebih bersyukur saat ini. Ia telah diberikan kesehatan yang melimpah oleh Tuhan. Selain itu, Salva terharu mendengar masih banyak orang yang peduli dengannya.
“Tangan buatan udah diproses. Besok lo ikut gue ke lab untuk pemeriksaan. Gue udah berusaha yang terbaik untuk tangan itu. Gue harap, lo juga bisa berusaha yang terbaik untuk gue.”
Salva mengangguk pelan kemudian memeluk Zacc dengan erat menggunakan sebelah tangannya.
Andai gue punya dua tangan, gue bakalan meluk lo lebih erat dari ini, Zacc.
☆☆☆☆☆
“Gue mau lo buat dia pergi dari dunia ini secepatnya.”
Ucapan tegas milik Dora kembali menggema di ruangan gelap ini. Terlihat bahwa perempuan itu sedang mengeraskan rahangnya kesal.
Dora meneguk sampanye dengan perlahan. Tatapan matanya menerawang ke depan memikirkan rencana untuk membuat saudaranya itu menghilang secara perlahan.
“Apakah kita harus menghilangkan orang terdekatnya terlebih dahulu?” ujar Dora sambil tersenyum sinis.
“Gue udah bayar kalian mahal-mahal, kenapa sampai sekarang belum ada hasilnya?”
Dora berjalan perlahan masih sambil memegang sampanye di tangan kanannya. Ia melihat dengan kesal beberapa orang suruhannya yang sedang menunduk di hadapannya itu.
“Awas aja kalau rencana kita kali ini gagal lagi. Gue pastikan lo semua yang hilang dari dunia ini.”
Setelah mendengar itu, beberapa orang tadi segera menunduk hormat dan berjalan meninggalkan Dora di dalam ruangan gelap itu sendirian.
“Gue heran. Kenapa sih lo selalu bernasib baik? Ngapain juga tuh kakek-kakek sialan tolongin dia segala. Hancur rencana gue. AH!”
Dora melempar gelas sampanye miliknya ke sembarang tempat. Setelah itu ia mengambil sebuah pisau yang terletak di tas meja kemudian menggenggam pisau tersebut hingga tangannya mengeluarkan darah.
“Gue bersumpah bakalan buat lo pergi dari dunia ini, Va.”
☆☆☆☆☆
To be continue
Salam manis,
Sweet Chocolate
KAMU SEDANG MEMBACA
AUCTOR [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilSebuah kisah yang terbentuk dari rasa iri yang akhirnya membuat manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai kunci kesuksesan mereka. Berawal dari Salva, seorang penulis yatim piatu yang hidup berdampingan dengan mesin akibat tragedi kecelakaan y...