Sebuah kisah yang terbentuk dari rasa iri yang akhirnya membuat manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai kunci kesuksesan mereka.
Berawal dari Salva, seorang penulis yatim piatu yang hidup berdampingan dengan mesin akibat tragedi kecelakaan y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☆☆☆☆☆ Kejahatan hanya boleh dibalas dengan kebaikan hingga suatu saat, mereka akan lupa caranya melakukan kejahatan.
~AUCTOR~ ☆☆☆☆☆
Beberapa bulan kemudian…
Salva berjalan pelan menelusuri koridor kampusnya. Ia di sini karena ingin mengurus beberapa hal yang belum sempat ia selesaikan beberapa bulan sebelumnya. Dikarenakan kecelakaan yang menimpanya beberapa bulan belakangan, Salva meninggalkan pendidikannya dan fokus untuk memulihkan diri di rumah.
Karena itulah Salva kembali untuk mengurus beberapa surat yang sebelumnya ia tinggalkan. Dengan perlahan, perempuan itu berjalan menuju kantor tempat mengurus keperluan pribadi miliknya.
“Aduh … aduh … udah beberapa bulan nggak ketemu, udah berubah aja,” ujar seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Salva.
Mendengar itu, sontak Salva langsung menolehkan kepalanya, “Dora?”
“Kenapa? Kaget liat gue di sini?” ucap Dora sarkas. Saudaranya itu belum berubah. Masih sama dengan beberapa bulan terakhir mereka bertemu.
“Kalau emang dasarnya udah cacat, ya udah, cacat aja. Biarpun ada tangan buatan, tetap aja PALSU,” ucap Dora sambil menekankan kata palsu.
Salva hanya terdiam menanggapi perkataan Dora. Ia tidak ingin mencari masalah apapun saat ini. “Gue duluan.”
Salva berjalan melewati Dora dengan pelan. Namun, tiba-tiba saja Dora terjatuh di lantai membuat seakan-akan Salva yang mendorongnya.
“Hei. Kenapa kamu mendorong anak saya?” ucap Daniel saat Dora terjatuh di lantai.
Salva terdiam melihat papanya yang tidak mengenalinya. Walaupun mereka kembar, salah satu kerugiannya adalah mereka bukanlah kembar identik. Karena itulah Papanya itu tidak dapat mengenalinya.
Melihat itu, Dora berpura-pura meringis kesakitan hingga papanya menoleh ke arahnya. “Dora gapapa kok.”
Dora berdiri dengan bantuan papanya. Perempuan itu beralih menatap Salva dengan sinis, “Udah. Dora gapapa. Biarin aja. Dia cuman anak yatim, yang nggak pernah diajar sama orang tuanya.”
Salva mengepalkan tangannya agar tidak menjambak rambut milik Dora. Ia masih bisa terima jika dikatakan anak yang cacat, namun, jika mendengar bahwa ada yang menghina dirinya karena anak yatim, perempuan ini tidak yakin dapat mengontrol dirinya.
“Saya salah satu pemegang saham kampus ini. Apabila kamu mengganggu anak saya lagi, tidak segan-segan saya keluarkan kamu dari sini.”
Melihat beberapa keributan, Zacc berjalan menghampiri kekasihnya itu dengan perlahan. Dari kejauhan, dapat ia lihat bahwa kakek dan nenek Dora hanya berdiri tanpa ingin bercampur tangan.