Sebuah kisah yang terbentuk dari rasa iri yang akhirnya membuat manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai kunci kesuksesan mereka.
Berawal dari Salva, seorang penulis yatim piatu yang hidup berdampingan dengan mesin akibat tragedi kecelakaan y...
Yuk dibaca, dibacaa. Jangan lupa tombol bintangnya ya 🤩
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☆☆☆☆☆ Perasaan dingin nggak akan selalu dingin. Ada saatnya perasaan itu dapat mencair apabila menemukan tempat yang tepat.
~AUCTOR~ ☆☆☆☆☆
“ZACC! GUE TAU!” teriak Salva sambil melompat kecil di depan Zacc membuat lelaki itu mengernyitkan keningnya.
“Yuhu!! Ini dia ….” Salva tersenyum sambil terkekeh pelan kemudian menyodorkan sebuah foto.
Zacc menerima foto tersebut kemudian mengangkat salah satu alisnya saat melihat wajah mamanya Salva yang sedang tersenyum menghadap kamera.
Salva cemberut, ia menghela napasnya kemudian membalikkan foto ini menunjukkan sebuah nama rumah sakit di sana.
“Gue yakin banget itu rumah sakit di mana gue dilahirin.”
“Lo bahagia banget?” tanya Zacc yang dijawab anggukan antusias dari Salva.
“Ya udah. Gue siap-siap dulu.”
Salva menatap punggung Zacc dengan seksama dari atas hingga bawah.
Perasaan udah rapi deh, batin Salva.
☆☆☆☆☆
Di sinilah Salva sekarang, di sebuah rumah sakit dengan tampilan sederhana. Salva menatap beberapa orang yang kini sedang melihatnya dengan pandangan sedih. Mungkin orang-orang berpikir bahwa keadaan perempuan itu sangatlah memprihatinkan.
“Gue kasian banget ya?” tanya Salva pelan.
“Nggak.”
Mendengar jawaban Zacc, perempuan itu kini mengerucutkan bibirnya. “Gue benci banget diliat kayak gitu.”
Zacc ikut menoleh memperhatikan beberapa orang yang menatap Salva dengan beragam pandangan. Ada yang kasihan, iba, bingung, dan sebagainya.
“Lo sama Dora gimana?” tanya Zacc mengalihkan pembicaraan.
“Uang di tabungan gue udah habis. Gue nggak nyangka dia bakalan bohong kayak gitu,” jawab Salva.
“Lo nggak punya simpanan sendiri?”
Salva mengangguk, “punya. Tapi, semuanya udah habis buat biaya rumah sakit, ganti rugi karena pelanggaran kontrak sama penerbit. Rumah juga udah diambil Dora. Tapi satu hal yang gue bingung sampe sekarang. Biaya rumah sakit gue kenapa murah banget ya.”
Zacc mendengus, sudah jelas bahwa kakeknya itu yang membantu setengah biaya pengobatan milik Salva. Entah kenapa, kakeknya itu bisa sangat menyayangi seseorang yang bahkan baru satu kali bertemu dengannya.
“Apa rencana lo selanjutnya?”
“Gue pengen buktiin kalau gue nggak bersalah, gue pengen cari papa, gue juga pengen buat semua karya gue kembali atas nama gue.”
“Permisi.” Seorang perempuan dengan pakaian perawat menghampiri mereka sambil membawa sebuah map.
Salva mengangguk menyapa.
“Data yang tersedia di rumah sakit kami hanya data pasien dalam jangka waktu lima tahun yang lalu. Karena data pasien yang kalian cari sekitar 20 tahun yang lalu, mungkin membutuhkan waktu untuk mencarinya,” jelas perawat itu.
Salva mengangguk mengerti, “Kalau boleh tau, berapa lama ya?”
Perawat tersebut terlihat berpikir sejenak, “kurang lebih satu minggu.”
Salva manggut-manggut, “oke, makasih ya.”
“Gue bisa bantu lo.”
Salva terlonjak kaget. “Ha?”
Perempuan itu sangat tidak mengerti jalan pikiran Zacc. Lelaki itu bisa tiba-tiba berucap sesuatu yang terkadang membuat bingung pendengarnya.
“Gue bisa bantuin rencana lo yang tadi.”
Salva terlihat berpikir rencana apakah yang ingin Salva jalankan tadi.
‘Gue pengen buktiin kalau gue nggak bersalah, gue pengen cari papa, gue juga pengen buat semua karya gue kembali atas nama gue.’
“SERIUS?!” teriak Salva membuat beberapa orang melihatnya.
Zacc mengangguk kemudian mengangkat tangan mengambil ancang-ancang untuk menutup mulut Salva. Namun, gerakan laki-laki itu terhenti ketika Salva menubruk tubuhnya, memeluknya dengan erat.
Beberapa saat kemudian, Salva terlihat salah tingkah saat ia melepaskan pelukannya.
“Lo fokus kuliah aja,” ucap Zacc.
Salva menggeleng, “Gue bukan doraemon yang bisa hasilin uang dalam beberapa hari. Uang kuliah nggak murah. Gue mau cari kerja aja.”
“Biaya kuliah biar gue yang urus. Untuk kerjaan, lo bisa kerja sama kakek.”
Salva mangut-manggut, “Boleh. Tapi, gue tetap nggak mau kuliah. Lo tau’kan kejadian terakhir di kampus? Nggak mungkin gue kembali lagi ke kampus. Lalu, keadaan gue yang kayak gini,” Salva menunjuk tangannya yang hilang dengan dagunya, “bakalan susah kalau belajar.”
“Masalah terakhir nggak perlu lo pikirin, Va. Lo cuman perlu fokus untuk belajar,” ujar Zacc.
Salva tersenyum tipis kemudian terkekeh kecil, “Ternyata lo nggak sedingin yang gue pikirin. Tapi, gue tetap nggak mau kuliah dulu. Mungkin, nanti kalau ada kesempatan, gue bakalan lanjut kuliah.”
Andai lo tau, Zacc. Mau mandi aja gue kadang nggak berhasil. Mau minum aja kadang gue kesusahan. Gimana bisa gue kuliah dalam keadaan kayak gini? batinnya.
☆☆☆☆☆
To Be Continue
Author mau nanya nih. Kalau kalian berada di posisi Salva, apa yang bakalan kalian lakuin atas segala perbuatan Dora?