Chapter 4

223 205 582
                                    

Haii! Gimana kabarnya hari ini?

Makasih banyak para readers author yang setia. Author sampe hapal username kalian lho 🤭❣

Jangan lupa ditekan bintangnya ya.

☆☆☆☆☆
Kira-kira, kalau jadian sama robot, bakalan sakit hati nggak ya?

~Salvatrice Venette~
☆☆☆☆☆

Di hari yang cerah ini, terlihatlah seorang gadis yang tengah tersenyum lebar sambil menatapi layar laptopnya. Bibir melengkung memperlihatkan deretan giginya yang putih menandakan perempuan itu sangatlah bahagia saat ini.

“Sempurna,” ucapnya bahagia masih sambil menatap layar laptopnya.

Salva membaca tulisan demi tulisan yang ia tulis tadi dengan bangga, “Baru kali ini aku nulis lancar tanpa hambatan.”

Perempuan itu terlihat berpikir sambil mengetuk-ngetukkan tangannya di ujung laptopnya dengan pelan.

“My Boyfriend,” gumam Salva pelan.

“Kayaknya kurang cocok. Apa aku ganti aja ya judulnya.”

Gadis cantik itu kembali berpikir judul yang cocok untuk cerita barunya. Ia menginginkan judul dengan tema yang belum pernah ia tulis sebelumnya.

Lama berpikir, pikirannya kembali memikirkan sosok lelaki yang membantunya saat ia jatuh tadi.

“My Sweet Handsome Boy?” gumam Salva kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Hmm, nggak cocok.”

“My Sweetie?” gumamnya lagi kemudian ia kembali menggelengkan kepalanya, “Judul apaan itu. Nggak banget.”

Salva bergidik ngeri kemudian kembali mengetukkan tangannya dengan pelan di atas laptop. Ia meraih ponselnya kemudian membaca obrolan grup yang ramai sedari tadi membicarakan sebuah robot yang kini berprofesi menjadi pelayan restoran.

“Robotnya ganteng-ganteng banget sih. Kalau jadian sama robot, bakalan sakit hati nggak ya,” ucap Salva pelan.

“Kapan aku bisa ketemu robot kayak gi....” Perempuan itu menghentikan kegiatannya kemudian tersenyum lebar.

“My Sweet Robot! Ah akhirnya dapet juga judul yang pas.” Salva langsung mengetikkan sesuatu di layar laptopnya kemudian menatap bangga judul tersebut.

Sedari tadi, ia menuliskan cerita lanjutan yang tengah ia buat dari kemarin. Sebelumnya, perempuan ini terlihat frustasi akibat ide yang tak kunjung muncul.

Kadang kala, di saat ia sedang mandi atau makan, ide tersebut muncul begitu saja. Namun, apabila ia sedang duduk di depan layar laptop berniat untuk melanjutkan naskahnya, ide yang sebelumnya muncul, hilang begitu saja.

Setelah kemarin ia bertemu seseorang saat menemani saudara kembarnya membeli gaun, Salva kini memiliki segudang ide yang akan ia tuangkan menjadi sebuah karya.

Perempuan cantik ini berhasil menyelesaikan beberapa bab dalam satu hari. Hanya saja, ingatan Salva sangatlah pendek. Belum 24 jam berlalu, perempuan ini sudah hampir melupakan sosok lelaki yang kemarin ia temui.

Salva menutup layar laptopnya kemudian mengangkat satu tangannya meraih sekotak cat kuku yang baru ia beli kemarin.

“Warna apa yang bagus ya?” ucapnya bermonolog.

“Merah? Hmm kayaknya nggak cocok. Apa hitam? Eum ….”

Salva berjalan membuka lemari pakaiannya. Perempuan itu melihat gaun yang barusan ia beli kemarin sambil berpikir.

Tok-Tok-Tok!

Ceklek!

“Dora!!” teriak Salva gemas melihat saudaranya itu yang selalu masuk tanpa persetujuan dirinya.

Dora terkekeh saat melihat ekspresi kakaknya itu. Salva dan Dora memang merupakan saudara kembar. Namun, Salva lahir terlebih dahulu, maka dari itu paman dan bibinya memutuskan bahwa Salva merupakan kakak dan Dora merupakan adik.

“Kenapa lo? Kaget? Hayo … lo lagi ngapain kaget gitu?” ucap Dora sambil terkekeh.

“Gue lagi liat-liat baju doang. Lo ngapain ke sini?”

Dora terdiam, beberapa saat kemudian, ia menghela napasnya, “Besok perginya gue nggak bisa bareng lo ya. Gue ada kerja kelompok, entar gue nyusul.”

“Gue bawa mobil sendiri apa mobilnya lo yang bawa?” tanya Salva.

“Lo aja deh. Gue ntar minta dianterin sama temen aja,” ujar Dora.

“Yakin? Besok gue bisa barengan sama Bray. Lo bawa aja mobilnya.”

Ting!

Salva berjalan ke arah meja belajar di mana ponselnya berbunyi.

“Si Bray besok nggak bisa hadir. Ada urusan keluarga katanya.”

Dora tersenyum singkat, “Ya udah. Gue ntar barengan sama temen aja. Jadi lo bisa bawa mobilnya. Nggak lucu’kan kalau bintang tamunya telat.”

Salva manggut-manggut, “Ya udah. Lo hati-hati ya. Kabarin gue kalau udah nyampe.”

Dora mengangguk kemudian tersenyum sekilas ke arah Salva. Setelah itu, perempuan itu menutup pintu kamar Salva meninggalkan pemilik kamar yang sedang mengernyitkan dahinya bingung.

“Dia kenapa? Aneh gitu.”

☆☆☆☆☆

Zacc menatap malas kakeknya yang sedang berdiri di hadapannya. Pasalnya, kakeknya itu menyuruhnya untuk ikut hadir di salah satu acara pembukaan film.

“No,” ucap Zacc sambil menatap ke sembarang arah.

Kakeknya itu kini duduk di sebelahnya sambil memegang dada kanannya. “Aduh. Sepertinya penyakit jantung kakek kambuh. Hidup kakek pasti tidak lama lagi.”

Zacc menghela napasnya panjang, “Jantung ada di sebelah kiri, Kek.”

Mendengar itu, kakeknya spontan langsung menghentikan kegiatannya. Ia menatap cucunya dengan penuh harapan. Laki-laki berumur kepala 6 ini sangat ingin hadir di acara salah satu penulis favoritnya.

“Pokoknya kamu harus temani kakek besok. Titik.”

Zacc menghembuskan napasnya lelah. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau Zacc harus mengiyakan kakeknya itu.

Sedari kecil, Zacc memang tidak suka berada di tempat yang ramai. Zacc lebih suka menyendiri di rumah, menikmati waktunya sendiri.

Melihat cucunya mengangguk, hal itu membuat kakeknya langsung memeluk dan mencium cucu kesayangannya itu berkali-kali.

“Lagipula, sejak kamu beranjak remaja hingga sekarang, kamu jarang sekali keluar dari rumah. Hidup itu emas. Kamu harus menikmati hidup kamu sendiri,” ucap kakeknya.

Hidup itu emas? batin Zacc saat merasa tidak asing mendengar beberapa kata tersebut.

Setelah mengatakan itu, Luca, kakek Zacc mengeluarkan dua lembar tiket gala premiere yang sempat ia beli sebelumnya. Kakek Zacc memberikan kedua tiket itu ke arah Zacc.

“Lihatlah. Kakek mendapatkan tiket ini setelah bersusah payah. Kakek bahkan mengambil cuti di rumah sakit untuk ikut acara ini,” terang Kakeknya.

Zacc melirik sekilas tiket yang berada di tangan kakeknya itu. Kedua alisnya mendekat memberi syarat bingung.

My Sweet Boyfriend? batinnya.

To be continue

Jangan teror author lagi ya 😏. Siapkan waktu kalian untuk membaca part ini.

Kalau sibuk, jangan lupa luangin waktu untuk baca ya ❣

Next?

Salam sayang,

Sweet Chocolate

AUCTOR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang