Chapter 13

58 43 778
                                    

Haloo!! Pa kabarr?

Kuy langsung baca ajaa. Jangan lupa vote n komennya yaa.


☆☆☆☆☆Rasa putus asa selalu berasal dari dalam diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆☆☆
Rasa putus asa selalu berasal dari dalam diri sendiri. Selama dirimu tak ingin menyerah, maka keputusasaan akan terus meredup dan perlahan meninggalkanmu.

~Zaccario Casare Constanzo ~
☆☆☆☆☆

Kamar bernuansa biru muda ini menjadi saksi bisu seorang perempuan yang tengah menangis frustasi. Salva, perempuan itu sedari tadi menghela napasnya saat berusaha ingin menuliskan sesuatu di atas kertas.

Menulis dengan tangan kiri tidaklah mudah dilakukan untuk seseorang yang telah terbiasa menulis menggunakan tangan kanan.

Sedari tadi, Salva mencoba untuk menuangkan beragam ide yang memenuhi kepalanya. Inilah yang Salva benci, di saat ia ingin menuliskan sesuatu dulu, selalu tidak ada ide di kepalanya. Sekarang, di saat Salva memiliki berbagai macam ide, ia tidak bisa menuliskannya ke atas kertas.

Perempuan itu terlihat sedang meremukkan kertas-kertas kemudian membuangnya ke lantai. Salva mengambil kertas baru kemudian mencoba menuliskan beberapa kata di atasnya.

“ARGH!”

“Ayo Salva. Pasti bisa. Aku pasti bisa,” ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Salva terus mencoba menuliskan beberapa kata di sana. Namun, butuh waktu 1 menit untuknya menuliskan satu kata.

“AH. GUE BENCI!” teriaknya marah kemudian membuang semua benda yang ada di atas meja ke lantai.

Salva meremas kepalanya sendiri. Rasa benci kembali memenuhi pikirannya.

“Gue nggak suka hidup kayak gini. Gue mau kayak dulu. Gue mau nulis lagi.”

Tanpa sadar, air matanya mulai jatuh membasahi wajahnya. “ARHG.” Salva membuang pena yang ia gunakan ke lantai dengan kasar.

“Lo marah?” tanya seseorang yang entah sejak kapan berada di hadapan Salva.

Perempuan itu mendongak mendapati Zacc yang sedang menatap ke arahnya. Melihat itu, Salva langsung membuang pandangannya ke sembarang arah. Ia tidak ingin menatap laki-laki itu saat ini.

“Kenapa lo marah? Semua hal butuh proses.”

“Gue tau butuh proses. Tapi sampai kapan gue harus kayak gini? Gue pengen nulis lagi. Gue pengen lanjutin karir gue.”

Zacc menghela napasnya, “Ini bahkan belum lewat satu bulan. Lo nggak boleh langsung nyerah.”

“Tapi orang lain yang bahkan mengalami kecacatan lebih parah dari gue bisa ngelakuin berbagai hal dalam satu bulan. Kenapa gue nggak bisa?” ucap Salva emosi.

AUCTOR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang