Chapter 9

94 74 1.1K
                                    

Halo! Pa kabar?? Udah lama kayaknya author nggak nanyain kabar kalian.

Author akhirnya udah kelar ujian 💪

Mari baca, siapkan hati dan pikiran. 🤭

☆☆☆☆☆
Ternyata benar, orang terdekat kitalah yang justru dengan mudahnya menancapkan pisau.

~Salvatrice Venette~
☆☆☆☆☆

Dora tersenyum sinis saat melihat saldo di kartu ATM milik Salva hanya tersisa beberapa rupiah saja. Perempuan itu memasukkan uang tunai yang sudah ia ambil dari rekening milik Salva ke dalam tasnya.

“Dasar bodoh. Mau aja gue bohongin. Memang orang yang payah,” ucap Dora.

“Sayang, kamu udah selesai?” ucap seorang pria membuat Dora tersenyum cerah.

“Udah. Sekarang kita ke rumah aku. Ada sesuatu yang mau aku urus.”

Bray merangkul Dora dengan lembut kemudian mereka berdua berjalan beriringan memasuki mobil milik Bray.

Sesampainya di rumah, Dora langsung mengeluarkan sertifikat rumah yang sudah mengatasnamakan dirinya. Sewaktu Salva lagi tidur di rumah sakit, Dora diam-diam mengambil stampel cap jempol milik Salva, setelah itu, ia berpura-pura sedang membasuh tubuh Salva.

Melihat itu, Dora tersenyum penuh kemenangan, semua yang ia inginkan sebentar lagi akan tercapai. Dora berjalan memasuki kamar milik Salva. Ia membuka laptop Salva kemudian memindahkan seluruh isinya ke flashdisk miliknya.

Setelah itu, ia mematahkan laptop milik Salva dan membuangnya ke sebuah tong besar yang nantinya akan berisi barang-barang Salva.

Dora berjalan menuju rak buku yang berisikan buku-buku karya Salva. “Apa ini harus dibuang juga?”

Bray merangkul Dora kemudian menggeleng. “belum saatnya, Sayang. Kita harus melihat wajah frustasinya terlebih dahulu. Baru kita hilangkan karya dia di seluruh dunia.”

Dora mengecup pipi Bray dengan pelan, “Pacar siapa sih. Pinter banget. Nggak kayak yang lagi di rumah sakit. Bodoh dan payah.”

“Eh, minggu ini launching buku baru'kan?” tanya Bray.

Dora mengangguk antusias, “Aku udah ubah semuanya sesuai identitas aku.”

“Aman?” tanya Bray sambil menggerakkan tangannya membentuk OK.

“Aman dong pastinya. Aku kan bukan orang bodoh dan payah kayak dia. Mau aja dibohongin.”

Bray mengangkat tangannya mengelus kepala Dora, “Harusnya dari dulu kita jadian. Ngapain mau jadian sama dia.”

“Gapapa. Jadian sekarang masih belum terlambat. Oh iya, kamu jangan lupa putusin hubungan kamu jauh-jauh sama dia ya.”

Bray mengangguk kemudian memeluk tubuh Dora.

☆☆☆☆☆

Senyuman kemenangan terlihat jelas di wajah kedua insan yang berada di bawah panggung. Kedua orang itu menatap Salva yang kini menahan air matanya agar tidak jatuh.

Salva mengepalkan tangannya kuat saat melihat acara peluncuran buku yang seharusnya miliknya, menjadi milik Dora, saudaranya.

“Maksud lo apa, Ra?” tanya Salva pelan. Bahkan dirinya telah menjadi pusat perhatian di acara ini.

Bagaimana tidak, seorang perempuan dengan pakaian rumah sakit datang menghadiri acara peluncuran buku miliknya terdiam kaget saat melihat nama penulis pada setiap poster yang ada.

Dora menaiki panggung kemudian meraih sebuah mic yang tersedia di sana.

“Halo, semuanya. Perkenalkan, nama saya Salvadora Vynette. Saya saudara kembarnya Salvatrice Venette. Hari ini, saya berdiri di sini sebagai penulis buku ‘My Sweet Robot’. Saya yakin kalian semua telah mengetahui perilaku buruk dari saudara kembar saya, Salvatrice.”

"Perilaku buruk?" ujar salah satu tamu yang hadir.

Salva menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia masih belum menyadari apa yang terjadi sekarang ini.

Dora tersenyum sinis menatap Salva, “Kak, gue tau lo lebih cantik dari gue. Gue juga sadar lo lebih pinter dalam dunia akting. Lo selalu berperilaku baik di depan orang-orang. Sampai semua orang mengira lo emang orang yang baik.”

“Tapi, gue udah nggak tahan liat lo dipuja sama orang lain di depan panggung dengan bangganya tersenyum menikmati karya orang lain.”

“Karya orang lain?” tanya salah satu penonton.

“Apa maksudnya?”

“Itu plagiat?”

“Bukan karyanya sendiri?”

Dora kembali senyum mengejek Salva, “Iya. Seperti yang kalian lihat. Penulis buku dari ‘My Sweet Robot' adalah saya sendiri. Bahkan ketujuh novel sebelumnya yang kalian baca, itu merupakan karya yang saya tulis dengan sendirinya.”

“BOHONG! ITU SEMUA BOHONG.” Salva berteriak hingga membuat seluruh penonton yang ada di sana terlonjak kaget.

Salva menutupi mulutnya sendiri sambil menahan air matanya agar tidak semakin deras.

“Dari dulu, lo selalu bully gue, Va. Bahkan lo sempat ngancam gue kalau gue nggak nulis cerita itu, lo bakalan ngusir gue dari rumah.” Dora berucap sedih, “Gue bisa apa, Va? Gue cuman adik lo, gue nggak berhak atas kekayaan yang mama tinggalin untuk kita. Itu untuk kita, bukan untuk lo, Va.”

Dora menitikkan air matanya, “Tapi gue udah nggak sanggup. Gue mau hidup dengan keadilan, Va.”

Beberapa penonton kembali menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Dasar penipu! Penipu tidak seharusnya berada di dunia penulis."

"Dasar plagiat! Karya saudara sendiri direbut."

Salva kembali menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka bahwa Dora akan berlaku seperti ini kepadanya. Bahkan, Salva melihat Bray tengah berdiri di ujung panggung tanpa mencela sedikitpun perkataan Dora.

“Gue punya saksi lain atas perilaku buruk lo, Va.” Dora memberi syarat kepada Bray untuk segera menaiki panggung.

“Bray. Dulunya pacar lo’kan?” ucap Dora.

Bray meraih mic dari tangan Dora, “Gue sebenarnya cinta dengan Dora. Tapi, perempuan itu ngancam gue setiap hari. Dia selalu bilang bakal lukain Dora kalau gue nggak mau jadi pacar dia. Gue memang bego. Tapi, itu dulu. Sekarang, gue nggak bisa nyembunyiin perasaan gue yang sebenarnya.”

Salva terdiam, ia masih terus meneteskan air matanya.

Lo kenapa jadi kayak gini, Ra. Gue salah apa sama lo, batinnya.

Pandangannya memudar, ia merasa dadanya sangat sesak saat ini. Perlahan, tubuhnya jatuh ke lantai membuat beberapa orang menjerit kaget.

Dari kejauhan, seorang laki-laki berumur dengan cepat berlari ke tempat Salva pingsan. Ia memberi isyarat agar beberapa perawat segera membawa Salva kembali ke rumah sakit.

Sebelumnya, Luca, kakek Zacc memang pernah mendengar percakapan Dora dan Bray di taman rumah sakit. Dan dari sanalah, kakek Zacc menyusun rencana untuk membantu Salva seperti hari ini.

☆☆☆☆☆

To be continue.

Jangan hujat author ya 🥲

Mari salahkan ide yang tiba-tiba datang makanya mereka jadi jahat 🤭

Bhai-Bhai!

Salam sayang,

Sweet Chocolate

AUCTOR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang