Chapter sebelas:
"Raut wajahnya sungguh langka," Draco menyeringai. Dengan lompatan kecil di setiap langkahnya saat mereka berjalan menuju aula besar, seperti dia senang dengan keadaan sulit itu. Matanya mengarah ke rambut biru Harry. "Jika kau terus mengejutkan semua orang seperti ini, ini akan menjadi tahun yang luar biasa."
Harry hanya bisa menghela nafas. Dia bergumam pelan, "Mengapa rambutku tak hitam terus?"
Draco terkekeh keras. Dia terdiam saat melihat sesuatu atau lebih tepatnya seseorang di kejauhan. Bibirnya menyeringai, seluruh ekspresinya memancarkan keangkuhan. Harry mengikuti garis pandang si pirang, hanya untuk melihat Ron berdiri di ujung lorong, gelisah dengan jubah hitam dan kuningnya.
Geli, Harry berhenti dan bertanya, "Kau merasa sangat bangga dengan itu, bukan?"
Berpura-pura tidak bersalah, Draco mengangkat kepalanya sedikit lebih tinggi dan berhenti juga. "Apa kau mencoba untuk menyiratkan sesuatu?" Dia bertanya
Harry mendengus. Tentu dia berkata dalam hati, karena kau menyukai kenyataan bahwa kau cukup memengaruhi Ron sehingga dia berada di Hufflepuff. Dia tidak berani mengatakannya dengan lantang, jangan sampai Draco marah. "Nothing," sebaliknya dia menjawab begitu, suaranya hampir menggoda. Dia tak bisa menahan senyumnya.
Draco kelihatannya ingin mengatakan sesuatu, mungkin sebuah komentar, tapi dia tiba-tiba berhenti berkata saat Ron menjatuhkannya ke lantai. Harry memperhatikan dengan alis terangkat ketika keduanya jatuh. Draco mengeluarkan 'oof' saat dia terjatuh dan mendarat dengan pantatnya. Ron jatuh di atasnya, setengah di lantai setengah di pangkuan Draco. Dia berseri-seri, senyumnya begitu lebar dan cerah. "Hey," sapanya dengan terengah-engah.
"Kau gila." Kata Draco, mata abu abunya melebar saat ia tersadar. Dia mencoba menjauhkan Ron dari pangkuannya, bibirnya cemberut dan pipinya memerah. "Kau tak bisa hanya--"
"Thank you," Ron menyela, suaranya tulus dan ekspresinya lembut sambil menunjukkan logo Hufflepuff di jubahnya. Ada kerutan di samping mata cokelat dan kehangatan dalam dirinya.
Draco hanya menatapnya dengan bodoh, benar-benar lengah.
Harry merasa seperti mengganggu momen mereka sekali lagi. Inilah dia, the-boy-who-third-wheeled. Berdehem singkat, Harry menarik perhatian Ron dan Draco secara bersamaan. "Apa kalian berdua sudah selesai?" dia bertanya. "Ada treacle tart yang menungguku dan aku tak ingin menunda lebih lama karena, err kegiatan kalian."
Seketika, mereka memerah.
Beberapa saat kemudian, ketika Harry menikmati treacle tart paginya, Draco menolak untuk melakukan kontak mata dengannya setiap kali dia berbicara. Nimmy memberi tahunya bahwa dia malu. Seringai Harry terlihat seperti serigala ketika dia menunjukkannya pada Draco dan si pirang mengoceh di atas kata-katanya. Dia menyangkal apapun yang dikatakan Harry. Harry bahkan tidak terkejut. Dia tidak heran dengan tatapan mata lebar siswa lain ke arahnya. Rambut birunya membuat semua orang melihatnya dua kali.
Pelajaran pertama mereka ternyata adalah Transfigurasi. Sederhana yaitu mengubah batang korek api menjadi jarum dan kemudian sebaliknya. Harry melakukannya pada percobaan pertama dan kemudian merasa bersalah ketika anggota kelas lainnya tidak cukup memahaminya. Draco, yang duduk di sampingnya, telah mengubah korek apinya menjadi setengah jarum. Alis pirangnya menukik dan bibirnya mengerut penuh konsentrasi. Mata hijau Harry berkeliaran di sekitar ruangan dan berhenti pada Hermione. Dia dipuji oleh McGonagall. Tak heran kalau Hermione juga berhasil mengubah korek apinya menjadi jarum pada percobaan pertama. Ada senyum kecil di bibirnya, senang tapi sopan. Matanya di sisi lain, memiliki semacam .... kelaparan di dalamnya. Sepertinya dia belum puas. Harry mengawasinya selama sisa pelajaran.
Mantra dengan Professor Flitwick dihabiskan untuk mencoba membuat bulu mengapung. Kali ini, Harry menunggu sampai Hermione yang pertama kali menerbangkan bulunya, sebelum dia membuat bulunya terbang dengan lembut di atas kepala. Bulu Draco terbang hanya sebatas matanya dan tak mau bergerak lebih tinggi. Ron, yang duduk di belakang Hermione, hanya dapat menerbangkan bulunya beberapa inchi dari meja. Dia menggumamkan sesuatu dengan tenang pada dirinya sendiri dan merendahkan bahunya karena menyerah.
Dengan memutar bola mata, Hermione berkata dengan cukup keras untuk Harry dengar, "It's leviOsa not leviosA."
Menghembuskan napas, Ron mengayunkan tongkatnya dan mengucapkan mantra dengan benar. Bulunya melesat ke langit-langit, melewati orang lain di ruangan itu. Ron menatapnya dengan kagum, wajahnya berseri-seri. Hermione menatap Ron dengan mata menyipit dan tangan mengepal.
Harry hanya mengamati.
Selama sejarah sihir, Harry tertidur. Dia tidak tidur semalaman. Kilatan mata merah dan senyum licik terus menerus muncul setiap kali dia menutup matanya, tapi sekarang tidak, hanya kegelapan. Dia bangun ketika Nimmy mendorongnya untuk bangun dan mengatakan kepadanya bahwa kelas tinggal lima menit lagi. Dia menghabiskan beberapa menit terakhir itu dengan membelai sisik merah dan kuning Nimmy. Tatapannya tertuju pada Verde yang merapikan rambut oranye Ron di bangku depan. Ular hijau dan hitam itu mendesis pelan pada dirinya sendiri, sesuatu tentang kelinci usil dan yang lainnya. Harry harus menanyakannya nanti.
Dalam Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, Harry bersama dengan seluruh kelas gagal menyimak Quirrel yang gagap. Mencatat apa yang dia bisa, Harry iseng bertanya-tanya soal Voldemort. Kau tahu, Harry punya penyakit yang tidak bisa dia singkirkan. Itu disebut menyelamatkan orang. Tak peduli berapa kali Harry mencoba untuk tidak peduli dan melupakan segalanya, jiwa penyelamat dalam dirinya pasti... datang. Dia tahu dia seharusnya tak membantu Voldemort. Bajingan tak punya hidung yang telah membunuh orang tuanya. Dan pada akhirnya akan membunuh lebih banyak lagi. Menggigit bibir bawahnya, Harry tanpa sadar membelai bekas lukanya. Ada dengungan lembut, seperti denyut nadi yang tenang, tapi selain itu tidak ada apa-apa. Tersenyum, Harry merenung untuk memberikan Voldemort batu bertuah.
Kemudian, Harry meletakkan pena bulu di atas perkamennya.
Tunggu sebentar.
Apa yang akan terjadi jika Harry memberi Voldy batu bertuah itu? Kekacauan, tidak diragukan lagi. Dengan keberuntungan Potter-nya, bahkan mungkin perang yang lebih awal. Merasa senyumnya tumbuh, Harry kembali menulis catatan dan merencanakan kematian.
Dia menghindari kontak mata dengan Quirrel selama pelajaran, bahkan ketika suaranya perlahan-lahan mulai menjadi dalam dan rendah menjadi nada yang sangat dikenali Harry. Dia mengabaikan getaran yang mengalir di tulang punggungnya dan antisipasi berapi-api yang membakar pembuluh darahnya. Itu berlangsung selama satu menit penuh sebelum Quirrel kembali gagap.
Perasaan aneh yang mengendap di dada Harry tak hilang sampai beberapa saat kemudian.
**********
ok. tapi. chaosmaker!harry! (harry si pembuat kekacauan) jadi sesuatu sekarang. Dan juga soft!ron dan knowledgehungry!hermione (hermione yang haus pengetahuan) adalah favoriteku yang baru. yeetAdios
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry. Exe Has Stopped Working
FanfictionA Tomarry story Harry Potter sudah tak peduli lagi. Ya begitu. Itu alurnya. {{Dan itu semua karena Death melakukan sesuatu yang sangat amat bodoh di belakang Harry}} Atau; Harry mati dan bangun lagi di dalam lemari bawah tangga. Kenyang menjadi main...