Chapter dua puluh:
Seamus faktanya masih hidup.
Tapi hanya karena Harry menarik Hermione menjauh sebelum gadis itu bisa berulah
Sisa hari mereka habiskan dengan dobel Transfigurasi dan setelahnya mereka berpisah. Draco memimpin Ron menuju ruang bawah tanah, semoga untuk confess. Harry sudah cukup menderita karena perasaan mereka. Pansy, Blaise, dan Theo pergi ke aula besar sementara Tracy tinggal untuk menanyai beberapa pertanyaan. Sementara itu, Harry membuntuti Hermione yang seperti biasa membawa mereka ke perpustakaan
Hermione menuju ke arah rak dan Harry duduk di tempat mereka biasanya, tersembunyi dari mata penasaran. Dia meregangkan lengannya ke atas kepala dan menguap. Tidur sepertinya terasa bagus sekarang, pikirnya dalam hati.
Sayangnya, rencana tidurnya gagal saat Hermione meletakkan empat buku tebal ke atas meja. Dia duduk di seberang Harry, memangku dagunya di atas tangan dan menatap Harry dengan tatapan penasaran.
"Jadi," dia memulai, suaranya rendah dan tenang. Untuk sesaat gadis itu diam dan Harry khawatir akan hal terburuk. Apa dia tau kalau Harry tak seharusnya di sini? tak seharusnya di dunia ini? Dammit. Dia tau kalau gadis itu cerdas but what the actual fuck.
"Aku melihatmu di pesta dansa dengan seorang pria," Perkataan Hermione bagaikan bom dan Harry berkedip. Sekali. Dua kali. Tiga kali.
"Huh?"
"Oh, jangan bertingkah bodoh Harry," Hermione mencondongkan tubuhnya ke depan dan mata gelapnya menyipit. "Tinggi, rambut bergelombang, tampan,"
"Um, right," Harry berusaha untuk berbicara, "Kau tau..."
"Well?" Hermione pries. "Kau tak bisa memberitahu Pansy karena dia tak akan bisa menyimpan rahasia dan Draco akan memberitahu ayahnya. Blaise dan Theo akan selalu mengingatkanmu dan Tracy tak akan peduli. Aku adalah pilihan terakhirmu, jadi katakan padaku,"
"Masih ada Ron," Harry membalas dengan lemah
"Dia terlalu polos," tembak Hermione cepat. Dia akan menyeluruh saat menginginkan sesuatu.
Remaja bermata hijau itu menghela napas, "Apa kau yakin?" tanyanya
Hermione mengangguk, tak terlihat malu sedikitpun setelah memaksa. "Absolutely,"
"Ok,"
Harry mengangkat tangannya dan membawanya ke atas. Sebuah silencing ward sederhana terbentuk di sekeliling mereka. Mata Hermione menggelap. Harry meletakkan tangannya kembali ke atas pangkuan. "Aku akan mengajarimu," katanya, "Tapi.. Pria itu bukan sembarang pria. Itu adalah Voldemort,"
Keheningan meliputi mereka. Harry mengerutkan bibirnya dan menautkan jari untuk beberapa menit sebelum Hermione mengambil sesuatu dari dalam tas. Itu adalah Daily Prophet. Dia menggulung majalah itu membentuk pipa dan memukulkannya ke arah kepala Harry
"Ow!"
"Dasar bodoh!" marah Hermione, "Kau pergi ke ruangan privat bersama seorang pembunuh?!"
"Dia tak begitu buruk," bela Harry sambil menggosok puncak kepalanya. Rasanya seperti déja vu.
"Tak buruk?" Hermione kembali memukul Harry dengan majalah itu, kali ini di sisi pundaknya karena Harry menghindar pada pukulan kedua.
"Lagi," Harry cemberut "Ow!"
"Dia mencoba membunuhmu Harry. Maaf saja kalau aku mengkhawatirkanmu terlihat menyakitimu,"
"Ini yang kau sebut khawatir?" gumam Harry sambil mengelus pundaknya. "Rasanya tak seperti itu. Kau tahu, mengkhawatirkanku seharusnya berarti kalau kau tak memukulku dengan Daily Prophet. Kau seharusnya memelukku sekarang, berterimakasih pada Merlin or whatever karena aku selamat,"
![](https://img.wattpad.com/cover/266385769-288-k834287.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry. Exe Has Stopped Working
FanficA Tomarry story Harry Potter sudah tak peduli lagi. Ya begitu. Itu alurnya. {{Dan itu semua karena Death melakukan sesuatu yang sangat amat bodoh di belakang Harry}} Atau; Harry mati dan bangun lagi di dalam lemari bawah tangga. Kenyang menjadi main...