26

891 109 2
                                    

Chapter dua puluh enam:

Paskah datang dan pergi. Musim dingin yang menusuk mulai memudar, hangat dan Harry menikmati bunga indah yang tumbuh serta salju yang meleleh di kelopak warna-warni. Dia berjalan menyusuri halaman dengan perlahan bersama Hermione di sisinya.

((Sebelum Harry kembali dari libur panjangnya, dia mengalami pertemuan canggung dengan Griphook, manajer akunnya.

"Maafkan aku, Mr Potter," Griphook dengan panik  melihat ke seluruh gulungan, melempar satu demi satu ke belakangnya, "Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hasil warisanmu ada di sini beberapa saat yang lalu,"

Harry menatap Griphook tak senang. Dia sudah menunggu berbulan-bulan untuk kesini, dari antrian yang akhirnya buka jadi dia bisa melakukan tes warisannya. Gringotts ternyata selalu sibuk, ramai dengan penyihir segala usia, datang setiap hari dan setiap jam untuk mengeluh soal masalah mereka.

"Potter luck lagi," kata Harry dengan serius. Griphook sepertinya tak mendengar suaranya karena bunyi gulungan yang terbuka dan tertutup bersamaan.

Harry tak mau repot-repot menaikkan suaranya di antara kebisingan itu. Dia hanya mengambil pisau yang diberikan sebelumnya, mengiris telapak tangannya dan mengarahkannya di atas perkamen khusus milik Goblin. Dalam sekejap, kertas itu berisi dengan informasi, darahnya membentuk kata dan membuat gambar sebuah pohon keluarga yang rumit.

Harry melihat kata 'half-blood,' 'Potter-Black' dan 'Soul bond' sebelum perkamen Goblin itu, sekali lagi, tergulung sendiri dan menghilang. Udara di sekitar Harry berubah menjadi dingin dan saat dia menghela napas, udara yang keluar mengepul di depannya.

Tak punya informasi akan wali sahnya adalah masalah untuk nanti. Harry hanya ingin tidur sekarang.))

"Aku tak bisa melakukannya," kata Hermione, suara tertekannya menarik perhatian Harry. Dia mendorong sebuah buku tebal ke dalam tasnya. "Tak mungkin aku bisa mempelajari semua materi ini untuk ujian akhir,"

Harry tersenyum terhibur. "Mione, kau akan menguasai materi itu saat surat Hogwarts mu tiba. Apa lagi yang kau khawatirkan?"

"Aku tak khawatir," Hermione mengendus. Bibirnya berkedut sebelum dia merendahkan suaranya untuk bertanya, "Bagaimana kalau aku lupa semuanya saat tes?"

"Percaya padaku," Harry menatap gadis Ravenclaw itu lembut. "Kau tak akan seperti itu,"

Hermione menghela napas pendek dan tajam yang membuat Harry tertawa pelan. "Sudahlah," katanya sambil berjalan kembali menuju kasti. Dia menatap koridor dari atas ke bawah sebelum mengayunkan tongkatnya untuk melakukan mantra pembungkam. Sihir berkilau di sekeliling Harry dan Hermione sebelum berubah menjadi transparan.

Mereka kembali berjalan dalam diam, Hermione meniupkan tangannya supaya cepat hangat. Ada kerutan kecil di bibirnya saat dia melakukan itu. Harry melirik tangan gadis itu dan melihat kalau kukunya membiru dan berubah menjadi warna yang aneh. Sungguh aneh. Sebelum libur Paskah kukunya tak seperti itu.

"Apa ada kemajuan di sihir nonverbal mu?" tanya Harry memecah keheningan di antara mereka.

"Sedikit," kata Hermione sambil menyembunyikan tangannya ke dalam saku jubah. "Aku bisa mengangkat benda kecil sekarang," Hidungnya berkerut dalam kekecewaan. "Tapi benda besar terbukti lebih sulit,"

"Itu butuh waktu," ucap Harry meyakinkan. "Apa kau mencoba menerapkan mantra dengan wandless?"

Mereka berbelok di sudut dan melewati segerombolan Ravenclaw yang menatap sekilas pada Hermione. Bibir Harry mengerut tak suka. Apa ada sesuatu berbahaya yang terjadi di Ravenclaw yang Harry tak tahu? dia harus menemukannya nanti.

Harry. Exe Has Stopped WorkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang