30

1.6K 83 12
                                    

Chapter tiga puluh:

Pada akhirnya, Harry jadi lebih baik. Dia lupa soal lautan (seperti dia melupakan hal-hal lain yang membuatnya gundah) dan menghabiskan liburannya dengan bermalas-malasan di Grimmauld Place. Dia juga tidur di tempat yang aneh. Seperti ruang di belakang kursi empuk di ruang tamu, di kursi pojok di perpustakaan dan bahkan satu kali di meja makan.

Ada satu titik dimana Sirius melihatnya dari balik cangkir dsn berkata, "Harry, aku menyayangimu, tapi dengan rambut yang berubah, lamaran dengan Voldymort dan perubahanmu menjadi kucing..." dia berhenti dan menghela nafas, "Ku rasa aku akan terkena stroke kalau kau menambah keanehan lain pada dirimu,"

Harry memutar bola matanya, "Aku tak berubah menjadi kucing," katanya, "dan juga tak ada lamaran apapun,"

"Lagi," Sirius meletakkan cangkir teh nya, "Aku menyayangimu, Prongslet, tapi demi Godric, kau ini delusional,"

Harry bukan delusional, terimakasih. Dia mengatakan hal yang sama pada semua familiarnya malam itu dan mereka bertiga -- Nimmy, Verde, Hedwig -- kelihatannya tak mau berkontak mata sedikitpun.

Yang mana aneh, karena Harry tak delusional. Memang, dia melupakan banyak hal dan kadang mengatakan hal yang tak masuk akal dan membuatnya terlihat gila, tapi dia bukan delusional.

Hanya untuk memastikan, Harry menulis surat pada Hermione, itu sederhana, 'Apa aku delusional?' dan mengirim Hedwig pergi membawanya.

Saat pagi menjelang, Harry terbangun karena Hedwig yang menjatuhkan surat di samping kepalanya di atas bantal. Dia mengusap mata lelah dengan punggung tangan dan merobek amplopnya. Di dalamnya, tulisan rapi Hermione tertoreh, 'Kalau ini soal lamaran, jawabannya iya. Kalau ini soal yang lain, aku butuh kejelasan untuk memastikan'

Ada gambar yang terlampir dan Harry tersenyum lembut melihat Hermione menikmati Paris. 'Berharap untuk segera melihatmu' tertulis di atasnya dan Harry merasakan kehangatan membanjiri dadanya.

"Mungkin," gumam Harry, "Kalau aku bisa membuat diriku pergi keluar,"

Meletakkan surat dan gambar di nakas, Harry melakukan rutinitas paginya. Dia mandi air panas-- cukup panas sampai kulitnya memerah; dia ingin terbiasa dengan perasaan terbakar kalau-kalau dia berakhir di neraka. Yang mana, kalau dia memikirkannya, sangat mungkin. (Persetan dengan Death yang akan menghalanginya mati. Lagi.)

Dia menggosok gigi dan berhasil membuat rambutnya serapi mungkin, yang merupakan olahraga olimpiade pada tingkat ini. Harry khawatir rambutnya tak akan pernah bisa dijinakkan. Dia berhasil memakai hoodie dan jeans gelap kemudian merasa cukup. Lagipula dia juga tak akan keluar, tak perlu berpakaian bagus.

Saat dia di dapur, dia memulai sarapan. Satu kali, dia bangun karena bau telur yang terbakar dan saat dia melihat, Sirius sedang mengerut pada telur yang hangus. Sejak saat itu, Harry menjadikannya misi untuk membuat sarapan setiap hari, agar dia tak pernah lagi memakan apapun yang Sirius buat.

"Pagi, pup," sapa Sirius, menyelinap di belakang Harry untuk mengungkungnya pada counter. Suaranya rendah dan kasar membuat tubuhnya merinding.

"Pagi, Siri," katanya pelan.

Sirius bersenandung dan mendaratkan ciuman di atas rambut berantakan Harry. "'Ku lapar," pria yang lebih tua itu bergumam, "Sarapan apa?"

Harry butuh waktu untuk menjawab. Dia merasa hangat dan meleleh, pipinya tak diragukan lagi pasti merona. "Hanya pancake,"

Sirius bersenandung senang. Dia merunduk untuk meletakkan kepalanya pada ceruk leher Harry. Menggumamkan pelan, "Kau wangi," sebelum berpindah duduk di meja.

Harry. Exe Has Stopped WorkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang