17

1.2K 211 7
                                    

!!Warning!!
mulai dari chapter ini, bakal ada physical contact yang sensitif karena Harry yang usianya udah dewasa tapi terjebak di tubuh mudanya. Nah, Harry di sini tu kek trabas aja gapeduli kalo di mata orang lain ini masuk pedophilia, maybe karena mikirnya dia uda dewasa gitu. Ini asumsi aku sebagai reader karena Author nggak ngasih keterangan yang jelas. Jadi kalo ada yg gasuka mohon bijak ya, karena ini cerita Author bukan aku.

Chapter tujuh belas:

Harry sadar, sedikit terlambat, kalau memakai kalung yang terbuat dari serpihan batu bertuah  adalah pernyataan yang kuat dari... sesuatu yang mengarah pada Voldemort. Dan apapun itu, membuat siapapun yang tahu soal ini kehilangan akal.

Contohnya, Barty Crouch Jr, yang seharusnya terkurung di Azkaban tapi tidak— dan kenapa Harry tak terkejut akan hal itu— melihat Harry di antara kerumunan, merendahkan pandangannya pada kalung itu dan langsung tersedak sampanye yang dia minum. Barty memerah dan tiba-tiba berbalik untuk menghadap salah satu Lestrange bersaudara— Rabastan, kalau dia tak salah— dan menyingkap lengan bajunya. Dia mengatakan sesuatu yang membuat Rabastan menggeleng dan tertawa.

Barty, yang terlihat hampir menyerah dengan situasi, meletakkan tangan di wajah Rabastan dan menekan rahangnya agar dia bisa menatap ke arah Harry. Awalnya Rabastan tertawa. Lalu mata gelapnya melebar dan mulutnya menganga.

Tersenyum, Harry melambaikan tangan seperti orang bodoh.

Cukup aneh, Rabastan dengan lemah melambai balik.

"Harry," Hermione mulai dari suatu tempat di belakangnya, nada bicaranya putus asa, "Kau melambai pada siapa?"

Harry berbalik dan berkedip, agak lengah. "Oh, aku melambai pada Rabastan. Lestrange, kau tak kenal,"

Hidung Hermione berkerut. Dia menatap Rabastan di seberang ruangan dengan mata menyipit. Saat dia berbalik menatap Harry, tatapannya mencurigakan. "Ya, bagaimana kau bisa mengenalnya? mengenal mereka?"

"Uh," Harry berkata dengan canggung. "Ceritanya panjang 'Mione—"

Tiba-tiba, gadis itu berjalan tepat di depan Harry. Ada satu nafas di antara mereka dan ujung hidung mereka bersentuhan. Cemberut Hermione semakin dalam dan sebal. Saat dia berkata, bicaranya lambat, seperti sedang berbicara dengan anak kecil. "Jangan," dia mendidih, "Memanggilku itu,"

"Kenapa?" Harry mendongak sedikit, gerakan itu membuatnya seperti bersandar untuk ciuman dadakan. "Apa kau takut akan pertemanan? Ketergantungan pada manusia lain? Apakah itu kecemasan? benarkah hal itu? Aku bisa memberimu pil untuk kecemasan jika itu yang kau butuhkan. Mungkin—"

Harry berhenti mengoceh saat Hermione terangkat ke udara oleh tangan yang mendekat. Kemarahannya mereda terganti kebingungan dan Harry hanya menatap karena what??. Dari bawah Hermione, Harry bisa melihat sepatu berkilau dan jubah abu-abu tua.

Wajah Rabastan muncul dari balik bahu Hermione. Ada senyum nakal di wajahnya. "Apa dia mengganggumu, Little Lord?" tanya pria itu. Suaranya indah, rendah dan agak serius.

Harry meleleh

Dari belakang Rabastan, dia bisa melihat Barty— tangannya terulur seperti mencoba mengangkut Rabastan pergi dan gagal. Matanya terlihat sangat, sangat, sangat lelah.

Dapat dimengerti. Mengingat semua yang terjadi.

"Uh, tidak, maksudku," Harry memerah, "Apa, apa yang kau lakukan? Oh my God. Turunkan dia sebelum dia sadar dan menggigitmu, atau lebih buruk,"

Rabastan mengernyitkan alis namun tetap melakukan apa yang dikatakan Harry. Dia menurunkan Hermione yang masih kebingungan, dan menepuk kepala gadis itu.

Harry. Exe Has Stopped WorkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang