Part 9 : Puisi Sena

247 11 0
                                    

Sena melirik jam tangannya, tinggal 5 menit lagi jam pergantian pelajaran. Pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung, Bu Ratih, guru Bahasa Indonesia Sena, meminta muridnya untuk maju satu persatu membacakan puisi yang telah mereka buat.

Pia sedang membacakan puisinya didepan kelas, dengan suara nyaring yang mendayu-dayu. Sena melihatnya dengan terpana, bagaimana caranya membuat dan membaca puisi sebaik Pia?

Sena berdoa didalam hati, semoga Bu Ratih tidak memanggil namanya untuk maju kedepan kelas. Gara-gara ejekan Rio, Sena jadi tidak percaya diri dengan puisi buku miliknya. Kalau ia tak dipanggil hari ini, dirinya masih memiliki waktu untuk merevisi puisinya ataupun membuat sebuah puisi baru.

Beberapa kali Sena membaca puisinya, semakin sering dirinya membacanya semakin terasa konyol kata-katanya. Sena mendesah.

Pia kembali ke tempat duduknya disebelah diiringi tepuk tangan dari teman-temannya. Dirinya tersenyum lebar bak artis papan atas. Sena mengacungkan jempolnya kepada Pia ketika gadis itu telah duduk disampingnya.

“Dapat berapa?” Tanya Sena.

“90” Ujar Pia tersenyum lebar.

Sena menghembuskan napas lega karena Bu Ratih memutuskan untuk menjelaskan tentang majas dan bentuk-bentuk puisi untuk menghabiskan waktu alih-alih memanggil murid lainnya. Setidaknya ia memiliki waktu 1 minggu untuk merevisi puisinya, sebelum dirinya mendapat kesempatan untuk membacakan puisi laknat itu.

Bel berbunyi sekali pertanda jam pergantian pelajaran. Pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Jepang, dan kelasnya sedang tidak ada guru. Tapi guru piket memberikan mereka tugas. Tugas yang diberikan sederhana, hanya menyalin kosakata bahasa Jepang dalam huruf latin menjadi huruf hiragana.

Hanya 15 menit waktu yang Sena butuhkan untuk membuat tugasnya, ia membiarkan teman-teman sekelasnya untuk menyalin jawaban yang sudah ia kerjakan, termasuk Pia. Walaupun pintar, Sena tidak pelit membagi tugas maupun pr dengan teman-temannya. Tapi jika ulangan, yah, Sena menjadi sedikit lebih tertutup.

Kelas Sena sudah tinggal separuh, teman-temanya yang lain telah pergi entah kemana. Sebagian besar pasti menghabiskan waktu dikantin. Biasanya, jika jam kosong seperti ini akan Sena habiskan di perpustakaan. Tapi kali ini Sena akan pergi menemui Bu Shanti. Gurunya itu memberikan Sena tugas tambahan di Club karena Sena akan mengikuti perlombaan. Jadi, Bu Shanti membebani tugas yang lebih untuk Sena.

Selain tugasnya, Sena akan menyerahkan sebuah buku rekomendasi dirinya untuk Bu Shanti. Itu buku matematika yang bagus sekali. Sena menyerahkannya sekarang, karena lebih mudah untuk menemukan dimana Bu Shanti sekarang ketimbang jam istirahat nanti. Daftar guru dan kelasnya telah tertempel di mading depan ruang guru. Sena tinggal mencari jadwal Bu Shanti disana.

Setelah mencari-cari, Sena menemukan Bu Shanti sedang mengajar di kelas XII ipa 1. Kelasnya terletak di lantai 2, kawasan anak 12 memang lumayan jauh dari kelas Sena.

3 orang murid berdiri didepan kelas XII ipa 1. Sena sungguh mengenal ketiganya, terutama yang berdiri ditengah. Ugh.. Sena mendesah, ternyata ini adalah kelas Rio.

Cowok itu dan kedua sahabat karibnya sepertinya sedah menjalani hukuman. Tapi bukannya merasa malu, Rio dan kedua sahabatnya malah tersenyum-senyum ceria. Rio bahkan merayu siapapun perempuan yang lewat didepannya.

“Senaa!!” Rio melambai dengan ceria begitu melihat Sena. “Kenalin, ini Dion dan Alex. Sohib gue.”

Sena sudah mengetahui keduanya, ia bahkan sudah pernah berbicara dengan Dion. Tapi demi kesopanan Sena menundukkan kepalanya sedikit, “Sena..” Ucapnya memperkenalkan diri.

“Selena Augustina! Dari deket ternyata lo manis juga ya..” Kata Dion.

Alex menjitak kepala Dion. “Dalam rangka apa lo kesini?” Tanyanya sopan.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang