Part 23 : I Know, You Know

261 12 2
                                        

Sena tak mengerti, angin apa yang membawanya ketempat ini. Ke tempat kenangannya yang berakhir menyakitkan. Namun walau menyakitkan, tempat ini memiliki sejuta keindahan yang sayang jika disia-siakan.

Tempat itu hanyalah sebuah gazebo yang berdiri menghadap sebuah tebing. Berada diluar dari keramaian kota membuat udaranya masih setengah sejuk. Pepohonan juga menambah kesejukan tempat ini. Walaupun matahari bersinar terik, namun duduk-duduk di gazebo ini tetaplah memberikan hawa sejuk.

Disinilah Rio menembak dirinya, membuat 7 hari dalam hidup Sena menjadi jauh lebih indah. Meskipun akhirnya terkuak bahwa 7 hari terindah Sena tersebut adalah 7 hari kesalahan.

Sena mengamati gelang berbandul bintang yang digunakannya, gelang pemberian Alex. Baru hari ini Sena sadar, mengapa dirinya begitu menyukai gelang peraknya. Bukan karena gelang itu pemberian Alex sehingga menyebabkan dirinya mengingat Alex namun karena bandul bintang yang menghiasinya, bandul itu mengingatkannya kepada Rio.

Besok Sena akan mengembalikan gelang tersebut kepada Alex, Sena telah menolaknya tak pantas dirinya menggunakan barang pemberian Alex lagi. Sekarang Alex pasti sudah membencinya, cowok itu tak mungkin melakukan hal-hal manis seperti biasanya lagi.

Daripada memikirkan 1001 masalah yang sedang dihadapinya, Sena lebih baik bersantai ditempat yang memberikan kesejukan ini. Jiwa dan raganya telah benar-benar letih, Sena akhirnya menutup kelopak matanya membuat dirinya merasakan semilir angin dan kesejukan terasa lebih nyata.

"Ini bukan tempat tidur siang lho.." Sebuah suara membangunkan Sena dari tidur anginnya.

"R-Rio?!"Kata Sena tergagap.

Pernahkah kamu merasakan berada ditengah-tengah gurun pasir panas, berhari-hari tanpa setetes minuman sehingga rasa haus dan dahaga terus menyerang. Terus membebanimu. Namun akhirnya, setelah penantian yang panjang tersebut, kau menemukan mata air dengan air sejernih kristal. Hanya dengan melihat mata air tersebut perasaanmu berubah lega, menjadi tentram seolah seluruh kegelisahan selama dalam gurun takkan pernah kembali lagi.

Perasaan lega tersebut, perasaan bahagia tersebut, itulah yang kini dirasakan oleh Sena karena melihat sosok dihadapannya. Tak pernah Sena sadari sebelumnya betapa rindunya ia kepada Rio, betapa inginnya ia mendengar ledekan Rio, candanya, serta tawanya.

Rio tersenyum kepadanya, ada gurat-gurat kesedihan dalam wajahnya. "Gue mau memastikan satu hal sama lo.."

Kendati Rio tak tampak mengancam, namun Sena menunjukkan ekspresi waspada, "A-Apa?"

Rio menyerahkan sebuah map, Sena meraihnya dan meneliti isinya selama beberapa saat. Gadis itu terkejut dengan apa yang dibacanya, "Dari mana lo dapat dokumen ini?!"

"Gue nemu tadi di kantor bokap gue. Maka dari itu gue kesini, nggak gue sangka lo juga ada disini. Seperti dugaan gue, lo sudah tau.."

"D-Dugaan lo?" Tanya Sena.

Rio mengambil tempat disamping Sena, lalu duduk dengan tenang. "Alasan lo mutusin gue kemarin, bukan karena Alex kan?! Tapi karena ini.."

Ada jeda lama yang tercipta, sebelum Sena menjawab, "Apapun itu, sudah nggak ada artinya sekarang."

"Tapi, ini berarti buat gue.." Ujar Rio pelan.

"Rio.. Please!!" Ujar Sena frustasi. Menatap wajah Rio sungguh berpengaruh besar pada getaran didadanya. "Lo tau yang sebenarnya, bokap lo adalah bokap kandung gue. Gue itu adik lo. Hubungan kita yang kemarin adalah kesalahan, bermula dari taruhan yang merupakan kesalahan pula. Lagipula, sampai orang lain tau kalau gue anak perselingkuhan bokap lo, pasti akan berakibat fatal."

"Setidaknya gue tau kalau lo sebenarnya juga sayang sama gue." Kata Rio.

Mendengarnya membuat dada Sena bergemuruh hebat. Sena merasa sangat bahagia, namun disisi lain perasaan bersalah kembali menjalar dibenaknya.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang