Part 4 : Kenangan

323 11 0
                                    

Sena mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat, silau sekali rasanya ketika ia baru membuka mata dari tidurnya. Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi hari. Dengan langkah cepat Sena bangkit menuju ruang tengah.

Tidak ada tanda-tanda ibunya sudah bangun, rumahnya sepi sekali. Ia memang hanya tinggal berdua dengan ibunya di rumah kecilnya ini, walaupun kecil disinilah istananya, penuh dengan segala kenangan, tempat yang paling indah lebih daripada tempat manapun di muka bumi ini.

     

Sena menemukan sebuah memo tertempel di kulkasnya, itu dari mamanya. Sena membukanya:

To Sena:

Maaf hari ini mama ada dinas ke luar kota, mungkin pulang besok atau lusa. Baik-baik di rumah, sayang.

NB: Ada nasi goreng di meja makan, ingat dimakan dulu sebelum berangkat sekolah. Jangan dibuang apalagi dikasih kucing tetangga. Love You,

Mama

Sena mendesah pelan membaca memo itu, mamanya memang wanita paling sibuk di muka bumi ini yang dikenal Sena. Tapi Sena sudah sangat terbiasa dengan itu semua, jadi ia tak ambil pusing. Lagipula mamanya bekerja toh untuk dirinya juga.

Sena tersenyum menemukan sepiring nasi goreng lengkap dengan telurnya di atas meja makan, sesibuk apapun mamanya, ia masih saja sempat membuatkan makanan untuk Sena. Entah jam berapa mama bangun tadi pagi. Untuk membuang ataupun memberikannya pada kucing, tentu saja tak akan Sena lakukan. Itu hanyalah lelucon garing khas mama. Bagaimanapun parahnya masakan mama, Sena tetap memakannya.

Sena mulai menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya, rasanya asin dan sudah dingin. Tapi hatinya malah terasa hangat, lebih enak daripada makanan di resto manapun.

Sebuah foto diatas meja tamu menarik perhatian Sena. Foto itu mengabadikan gambar dirinya dan mama. Saat itu ia masih kelas 1 sd, baru masuk sekolah masih dengan seragam sekolah yang nampak baru tapi luar biasa berantakan.

Didalam foto itu Sena tersenyum lebar, membawa sebuah lolipop super besar. Disebelahnya mama juga tersenyum kecil, aga gurat-gurat keletihan di wajahnya.

Sena teringat kembali perjuangan mamanya. Ia adalah apa yang orang-orang sebut sebagai anak haram. Ya, semenjak lahir hingga sekarang Sena tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya. Jangankan bertemu, wajah maupun namanya saja Sena tak tau.

Sudah tak ada lagi masa-masa Sena bertanya dimana papa, atau siapa papa. Pertanyaan itu tak pernah mendapatkan jawaban dari mamanya. Sampai Sena lelah, dan sekarang tak pernah sekalipun mengungkitnya lagi.

Mama saja sudah lebih dari cukup. Mama adalah satu-satunya orang tua yang Sena kenal dari kecil. Mamalah yang memenuhi segala kebutuhan Sena. Selama ini tak pernah ada papa, dan bagi Sena selamanya pun tak apa-apa.

Mama adalah wanita tertangguh yang Sena tau, yang Sena tau mama hamil di luar nikah ketika baru saja masuk perguruan tinggi. Tanpa sekalipun pernah berpikir untuk menggugurkan kandungannya, mama berhenti dari masa belajarnya karena memutuskan untuk merawat bayi yang dikandungnya itu.

Saat itu, mama hidup seorang diri, karena tentu saja kakek dan nenek sangat marah dengan mama, mereka memaksa mama untuk menggugurkan kandungannya. Tapi mama menolak, hingga mama yang saat itu masih sangat muda harus bekerja apa saja siang malam untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun pada akhirnya, kakek nenek luluh juga dan merawat mama yang saat itu kandungannya kian membesar.

Tanpa peduli cemooh dari orang-orang, Mama merawat dan membesarkan Sena dengan sayang. Mama lah yang melahirkan Sena, Mama lah yang merawat Sena. Dan Mama juga yang selalu ada untuk Sena, maka dari itu Sena tak butuh sosok seorang papa lagi.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang