Part 17 : It's End

265 13 0
                                    

Putus? Itu sudah jelas menjadi keputusan Sena. Ia tak boleh berlarut-larut menyukai Rio. Padahal cowok itu adalah tipe cowok yang paling dibencinya, apa benar kalau perbedaan antara benci dan cinta hanyalah setipis sebuah kertas? Sena tak pernah tau hal itu.

Sekarang Sena merasakannya sendiri, ketika ia telah siap untuk merasakan cinta saat itu juga ia harus siap untuk merasakan sakit. Karena mereka adalah 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Datang sebagai satu kesatuan.

Sena tak pernah percaya cinta, Cinta hanya pengaruh dari hormon-hormon dalam tubuhnya.

Sena pernah membacanya, jatuh cinta itu disebabkan oleh kinerja 5 hormon dalam tubuh manusia, yaitu: dopamin, endorfin, feromon, oksitosin, dan neuropineprin. Kelima hormon ini membuat rasa bahagia dan ketertarikan sehingga membuat orang yang jatuh cinta selalu ingin dekat dengan pasangannya.

Bahkan ada orang yang sampai cinta buta, hal itu disebabkan oleh hormon serotonin dan dopamin. Karena dua hormon ini orang yang jatuh cinta akan menganggap pasangannya sebagai sosok yang sempurna terkadang sampai mengabaikan kelemahannya.

Jatuh cinta dipandang Sena sebagai hal yang menjijikkan. Perasaan bahagia hingga lupa diri bahkan sampai tak melihat keburukan pasangannya, bagi Sena tak ada bedanya dengan orang yang sudah kecanduan nikotin. Merasakan perasaan bahagia yang berlebihan namun dengan efek samping ketergantungan.

Namun sekarang, Sena malah menentang sendiri apa yang selama ini dipercayainya. Ia malah jatuh cinta dengan tipe laki-laki playboy yang paling dibencinya dan parahnya lagi, laki-laki itu adalah kakaknya sendiri. Saat ini Sena sadar bahwa manusia tak mungkin bisa menolak datangnya cinta. Cinta selalu datang tanpa diundang dan selalu pergi tanpa diantar.

Drrrttt drrrtt drrttt..

Ponsel Sena bergetar, nama Rio terpampang di layar ponselnya. Deg. Hanya dengan melihat namanya hati Sena tergelak. Terasa senang, namun perih. Perasaan senang dan sedih menjadi satu, itu mustahil. Sena tidak pernah mengerti perasaannya, membenci sesuatu yang tidak bisa dicerna oleh otaknya.

----------

Bel istirahat telah berbunyi dari tadi,namun Rio masih sibuk kesana-kemari mencari sosok Selena Augustina. Gadis itu tak dapat ditemukan Rio dikelasnya maupun di kantin. Rio penasaran, kenapa Sena menolak mengangkat teleponnya serta menjawab pesannya. Belakangan, gadis itu seperti menhindarinya.

Ah! Kenapa tak terpikirkan sebelumnya, kemana lagi seorang Selena Augustina sang juara sekolah pergi? Tentu saja perpustakaan. Rio mempercepat langkahnya menuju perpustakaan. Dan benar saja, ia menemukan sosok mungil berkacamata itu disana.

Sena sedang membaca sambil ditemani seseorang. Seseorang itu adalah Alex. Pantas saja Alex langsung kabur begitu bel istirahat berbunyi, ternyata menemui Sena. Jadi, ini alasan Sena menghindarinya.

"Sena.." Panggil Rio.

"R-Rio?!" Sena menoleh. "Mau apa lo kesini?" Tanyanya dingin.

"Ada yang mau gue omongin, ikut gue!" Perintah Rio. Ia menarik lengan Sena dengan kasar.

"Gue lagi sibuk. Lepasin gue." Desis Sena. Gadis itu berusaha melepaskan pegangan tangan Rio, namun sia-sia.

"Sibuk apa?! Gue liat lo cuma main-main sama Alex disini."

"Bukan urusan lo."

Rio masih berusaha untuk menarik lengan Sena. Kali ini dengan lebih kuat. "Lepasin gue." Sena meronta.

"Yo, elo kenapa sih? Lepasin dia. Lo cuma buat dia kesakitan." Ujar Alex.

Rio menatap tajam Alex, "Lo nggak usah ikut campur. Mending sekarang lo keluar darisini!" Ujarnya emosi, namun masih menjaga volume suaranya.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang