"Senaa!! Lo lagi liat apaan sih?" Sena langsung menutup layar laptopnya begitu Pia menghampirinya. Belakangan ini, Sena seringkali dilihat Pia sedang menatap layar komputernya dengan serius, terutama di tempat-tempat yang menyediakan Wifi gratis. Kebiasaan Sena ini bahkan bisa menandingi kebiasaannya membaca buku, jelas saja Pia menjadi penasaran. Hal semenarik apa yang bisa menarik minat Sena. Namun begitu Pia mendekat, Sena langsung saja mengeluarkan seluruh browser hingga hanya tampilan dekstop yang bisa Pia lihat.
"Serius deh, gue curiga lo liat bokep. Ngaku nggak lo?!!" Tuduh Pia.
"Nggak lah. Cewek polos macam gue nggak mungkin liat bokep. Emang elo!" Ledek Sena.
Pia mengerucutkan bibirnya, "Sialan. Gue juga masih polos kalii."
"Cewek polos mana mungkin ngaku-ngaku polos."
"Lah.. Elo juga!" Kata Pia tak terima.
"Gue sih pengecualian." Sena tersenyum penuh kemenangan. Pia menjitak Sena kesal
"Lo nggak pulang?" Tanya Pia. Bel pulang sekolah memang sudah berbunyi daritadi, namun Sena masih berkutat didepan laptopnya padahal dirinya tak ada kegiatan apapun lagi sepulang sekolah, sedangkan Pia masih harus tinggal lebih lama karena mengikuti ekskul.
"Bentar, mumpung sudah pada pulang, jadinya wifi cepat nih!" Sena menyengir lebar.
"Elo nih, maunya yang gratisan mulu."
"Iya lah, kalau udah ada yang gratis, buat apa bayar."
Pia tersenyum menyetujui, "Btw, tadi lo dicariin Kak Alex, udah tau?"
Sena mengangguk, "Dia ngajakin pulang bareng, terus makan siang dan bla bla bla lainnya."
"Terus? Lo tolak?"
Sena memicingkan sebelah matanya, berkata dengan nada sarkasme, "Enggak, gue terima. Makanya gue ada disini, soalnya kan gue makan laptop."
Pia menjitak kepala Sena dengan kesal. "Iih.. Lo tuh, gue nanya baik-baik juga!"
"Habisnya, lo juga! Udah tau gue disini, ya pasti gue tolak lah.."
"Yah, kan siapa tau Kak Alex nunggu lo pulang. Lagian, gue heran sama lo, kenapa lo nggak mau nerima cowok sebaik Kak Alex sih?!"
Sena mengangkat bahunya, mulai berkutat kembali dengan laptopnya, "Males ah jawabnya."
"Kalau memang nggak niat, kenapa masih lo pakai juga tuh gelang?" Pia menunjuk gelang yang dikenakan Sena.
Sena mengangkat gelangnya, gelang itu memang cantik. Berwarna perak berhiaskan bintang-bintang. Sejujurnya, Sena menggunakan gelang itu untuk mengingatkan dirinya akan keberadaan Alex. Agar seseorang yang terus saja bertahan didalam otaknya itu, bisa tergantikan oleh Alex. Alasan yang sungguh konyol.
"Soalnya nyaman di tangan gue." Hanya itu alasan yang terpikirkan oleh Sena.
"Sen.. Trying to forget someone you love is like trying remember someone you never met."
"Apa maksud lo sih, Pi?" Tanya Sena yang kebingungan melihat ekspresi wajah Pia yang tiba-tiba serius.
"Entahlah.." Kata Pia lalu bangun dari duduknya, "Gue harus ekskul sekarang. Dagh.." Pia melambai kepada Sena. "Btw, tadi gue nyari lo mau bilang kalau lo dicariin sama Bu Shanti."
"Piaa!! Kenapa lo nggak bilang dari tadi?!!" Teriak Sena dengan jengkel. Namun Pia telah berlari menghindar dari amukan Sena.
"Sekali lagi, saya minta maaf ya, Bu." Sena menunduk sedikit kepada Bu Shanti begitu ia akan meninggalkan ruang guru. Sena menggerutu pelan, gara-gara Pia tadi menyampaikan pesan Bu Shanti terlambat, ia jadi terlambat pula bertemu dengan Bu Shanti, bersyukur Bu Shanti belum pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
Storie d'amoreSelena sang murid teladan bertemu dengan Rio sang Playboy yang kesepian. Pertaruhan dibuat hingga mereka terpaksa untuk saling menaklukkan satu sama lain. Ketika cinta tiba-tiba datang dan kenyataan pahit menunggu mereka. Apakah yang sebaiknya merek...