Part 19 : Life must go on

263 14 0
                                        

Hal yang paling baik untuk mengobati sakit hati adalah mencari sebuah cinta yang baru. Hal itu sudah menjadi pegangan Rio selama 6 bulan ini, namun dari sekian banyak perempuan yang diajaknya berkencan, tak satupun ada yang sanggup mengenyahkan sosok Sena dari benaknya.

"Yo.. Hari ini lo jalan sama gue ya.." Rengek Rena, teman sekelasnya yang pernah menjadi mantan pacar Rio.

"Nggak bisa, hari ini jadwal Kak Rio jalan bareng guee.." Sesil mendorong Rena, padahal gadis itu masih kelas XI, Sesil bergelayut dengan manja dilengan Rio.

Tak mau kalah, Rena mendorong balik Sesil dan mengambil tempatnya di lengan kanan Rio. "Rio.. Gimana? Jangan diem aja dong.." Kata Rena manja.

"Lo pergi bareng gue kan, Kak Rio?" Tanya Sesil, cewek itu telah bangkit dan bergelayut manja dilengan kiri Rio. Rio hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang ini.

"Ayolah Kak Rio.. Jangan senyum senyum aja.." Kata Sesil.

Diujung koridor, Bianca memergoki prilaku Rio. Gadis itu memberikan tatapan tajam kepada Rio.

"Sori gadis-gadis.." Kata Rio kalem. "Hari ini gue nggak bisa jalan bareng kalian, ditunda lain hari ya. Ada janji spesial sama cewek gue tuh." Rio menunjuk Bianca menggunakan dagunya.

Kedua cewek itu pun meninggalkan Rio sambil menatap Bianca dengan tatapan kesal.

 "Sampai kapan sih, lo main main-main begini?" Tanya Bianca frustasi.

"Gue udah mengusir mereka demi lo. Cuma lo yang berstatus cewek gue sekarang. Apa lagi yang kurang?" Tanya Rio.

Bianca menggelengkan kepalanya. Baru sebulan jadian dengan Rio sudah membuatnya sebegini sakit hati. Setiap hari memergoki Rio sedang bermesraan dengan cewek lain. "Gue capek ngeliat lo begini terus setiap hari.." Ujar Bianca.

"Yaudah, kalo lo capek kita udahan aja." Nada suara Rio berubah lebih dingin.

Bianca menggeleng, "Bukan itu maksud gue.."

"Terus apa?! Bukannya ini sudah jadi kesepakatan awal kita sebelum jadian?" Tanya Rio. Bianca tak bisa membantahnya, sekian lama mengejar Rio akhirnya Rio mau menerimanya. Saat itu Bianca mengatakan ia menerima Rio apa adanya dan akan melakukan apapun yang bisa membuat Rio bahagia. Karena level tertinggi mencintai seseorang adalah bisa merelakan orang yang dicintainya bahagia walau itu bukan disampingnya.

Ternyata kebahagiaan bagi Rio adalah bisa bersama perempuan sebanyak mungkin. Awalnya, Bianca bisa menerimanya. Namun lama-kelamaan, Bianca menjadi serakah. Ia ingin Rio hanya untuknya, hanya memperhatikan dirinya. Salahkah ia merasa begitu dengan orang yang disayanginya?

"Waktu lo jadian sama Se.."

"Jangan sebut namanya lagi!" Bentak Rio. Bianca kaget mendengar teriakan Rio yang tiba-tiba.  "Maaf.." Ujar Bianca pelan.

"Sori.." Kata Rio. "Gue nggak maksud ngebentak elo."

"Nggak papa." Kata Bianca. "Oh iya, nanti gue ada perlu. Gue nggak bisa jalan bareng lo. Lo bebas jalan bareng Sesil ataupun Rena." Kata Bianca lirih.

"Bi.."

"Gue balik dulu, sebentar lagi masuk. Bye." Bianca berlari sekencang kakinya bisa membawanya.

Entah angin apa yang sedang berhembus, kakinya membawa Bianca menuju perpustakaan. Ruangan yang tak pernah tertarik untuk dimasuki Bianca. Tapi kali itu, Bianca masuk kedalam.

Bianca mengutuk dirinya sendiri. Apa yang sedang dipikirkannya, disana ada seseorang yang berada didalam deretan paling akhir orang yang ingin ditemuinya. Bianca melihat Sena sedang membaca buku.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang