Part 18 : Like a star

253 15 1
                                    

6 month later...

Sebuah mobil hitam berhenti didepan rumah Sena mengantarkan sang pemilik rumah kembali ke istananya.

"Makasih, Kak." Ujar Sena dengan senyum manis.

"Tunggu sebentar." Kata Alex. Cowok itu menggenggam tangan Sena dengan erat. "Gue ada sesuatu buat lo." Katanya lembut.

Alex mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dan menyerahkannya kepada Sena, "Ayo dibuka."

Sena mengambilnya lalu membuka kotak tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah gelang cantik berhiaskan bintang. "Sorry Kak. Tapi gue nggak lagi ulang tahun." Sena menyerahkan kembali gelang tersebut, itu pasti adalah gelang mahal. Sena tak pantas untuk menerimanya.

"Tapi ini bukan hadiah ulang tahun." Ujar Alex. "Ini hadiah dari gue atas kemenangan lo kemarin."

Sena memang baru saja memenangkan sebuah kompetisi matematika yang diadakan oleh salah satu universitas negeri favorit. Itu adalah ajang yang cukup bergengsi, dan Sena yang masih kelas 1 smu sudah bisa meraih tempat kedua. Sena sungguh bahagia.

"Gue nggak enak, Kak. Ini pasti mahal." Sena masih merasa enggan.

"Nggak semahal barang yang bisa dibeli Rio kok." Kata Alex. Mendengar kata 'Rio' membuat Sena merasa ada sesuatu yang tergelitik didadanya.

Melihat tak ada respon dari Sena, Alex memakaikan gelang itu ditangan Sena. "Terima saja, gue sudah susah-susah pilih buat lo. Tolong jangan ditolak."

Sena tersenyum samar, "Makasih Kak."

"Dagh.. Sampai besok. Besok pagi gue jemput seperti biasa ya, Sena.." Kata Alex lembut.

"Selena." Sena membenarkan.

"Kenapa? Kenapa gue nggak boleh panggil elo dengan nama Sena?!"

Sena memalingkan wajahnya, "Sorry, tapi itu panggilan untuk orang-orang yang bener-bener akrab untuk gue."

Rahang Alex mengeras, ini bagaikan penolakan dari Sena. Sudah ketiga kalinya Sena tak mengizinkan Alex memanggilnya Sena, padahal mereka sudah sangat akrab, "Kenapa Rio lo perbolehin untuk manggil lo Sena?"

"Siapa yang bilang gue perbolehin? Dia yang seenaknya sendiri." Kata Sena. Sebelum Alex dapat berkata apapun, Sena melompat keluar dari mobil. "Makasih, Kak. Sampai besok." Ujarnya sambil menutup pintu dengan setengah keras.

Sena mendesah pelan. Melangkah malas-malasan menuju rumah.

"HOI!!" Sena tersentak kaget, mendapati Pia yang sudah menunggu dibalik pintu dengan sengaja mengagetkan Sena.

"Sialan lo." Maki Sena. "Gimana cara lo masuk? Bukannya pintu rumah gue dikunci?" Tanyanya.

Pia mengangkat bahunya, "Gue kan sakti."

Sena tak mempedulikannya, Pia pasti mendapatkan kunci dari Mama, Sena yakin. Jadi, gadis itu tak menjawab kelakar Pia dan masuk kedalam kamarnya untuk mulai berganti pakaian.

"Ciee.. yang daritadi lama banget nggak turun-turun dari mobil, ayo ngaku lo berdua ngapain aja didalam mobil?!" Ujar Pia sambil membuka pintu kamar Sena. Ia masuk kedalam begitu saja.

"Pii... Keluar! Gue masih ganti baju.." Gerutu Sena.

"Udahlah, Sena. Nggak usah sok malu-malu sama gue." Pia tersenyum penuh arti. Dirinya tidur-tiduran di kasur dan mulai membuka buku yang Sena letakkan disana. "Jadi, lo udah ngapain aja sama Kak Alex?! Ayo cerita sama gue.."

Sena mendesah, "Apaan sih lo? Jadian aja enggak."

"Bohong lo. Sampai kasih hadiah itu, lo masih bilang belum jadian juga.."

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang