Part 16 : There for me

240 14 0
                                        

Rio memencet-menncet remote tvnya. Sudah ribuan kali rutinitas itu ia ulangi, tak satupun acara tv yang menarik perhatiannya. Channel berganti menampilkan acara tv pada stasiun tv ikan terbang, tampak para bintang laga berlaga dilayar tv, yang lebih membuat Rio mual daripada tertarik. Beberapa iklan dan acara gosip muncul begitu Rio memencet remote-nya lagi. akhirnya Rio menyerah, ia mematikan tv di kamar kos-nya itu.

Biasanya kalau sedang bosan seperti ini Rio pasti pergi dengan Dion atau Alex. Namun hari ini mereka berdua sedang ada keperluan lain. Atau Rio akan pergi ke manapun bersama pacarnya saat itu. Sedangkan pacarnya yang sekarang, sudah jelas tidak menyukai tempat hang out Rio, lagipula Sena sedang ada pembinaan.

Pergi berjalan-jalan sendirian sangat tidak disukai oleh Rio, rasanya sungguh menyedihkan. Maka dari itu, ia sangat menghindari hal itu.

Mencari pacar baru pernah terlintas dibenak Rio, toh ia hanya berpacaran dengan Sena untuk menghindari dirinya berlari telanjang di lapangan sekolah. Sekarang ia telah menang, apa gunanya dipertahankan. Namun ada sesuatu yang berbeda yang ia rasakan, ia merasa malas untuk mencari pacar lagi. Padahal dulunya Rio sudah biasa berpacaran dengan 2-3 cewek sekaligus.

Pikiran Rio kembali melayang pada saat Bianca mengatakan Sena hanya menjadikannya bahan taruhan. Itu masuk akal, mengingat Rio adalah tipe laki-laki yang paling dibenci Sena. Dengan sikap Sena yang super jutek, seharusnya Sena sudah menjauhi dirinya sejak awal pertemuan mereka. Rio ingat, Sena yang pernah baik tiba-tiba kepadanya, apa itu semua adalah karena taruhannya? Rio menjadi gelisah.

Takut mati kebosanan, Rio memutuskan untuk pulang kerumah. Setidaknya disana ada manusia yang bisa diajaknya berbicara bukan tv maupun ponsel.

Rio memarkirkan motornya dihalaman rumah. Rumahnya masih seluas yang diingatnya, dengan sebuah taman luas yang melengkapi, seharusnya rumah ini bisa membuat siapapun yang tinggal didalamnya betah. Namun itu tidak berlaku bagi Rio sekeluarga.

Minah dan Bi Kinasih menyambut Rio begitu ia memasuki rumah, mereka berdua memang pembantu Rio yang paling semangat jika Rio pulang.

Rio mengambil sebotol minuman di dalam kulkas, lalu masuk ke kamarnya. Rio meneguk minuman itu, yang ternyata adalah wine. rasa dingin sekaligus hangat menjalari kerongkongan Rio dan rasa sedikit berat terasa dikepalanya.

Rio terduduk diranjangnya, meruntuk pelan. Ia pikir minuman itu adalah soda. Tapi Rio sudah terbiasa minum minuman seperti itu, minum seteguk tak akan mempengaruhi dirinya.

Sebuah buku usang ditarik Rio dari laci mejanya. Buku itu adalah buku kumpulang puisi yang pernah Rio buat dan kumpulkan ketika ia SD dulu bahkan masih digunakan Rio hingga SMP. Daridulu Rio memang sudah suka membaca puisi maupun membuatnya. Jika ada sebuah puisi yang menarik bagi Rio pasti cowok itu akan mengguntingnya dan menempelkannya dibuku bersampul cokelat ini.

Rio membaca sebuah lagu yang pernah ditulisnya ketika SMP dulu berjudul there for me:

Reff :  It's here where I can breathe

Where I can be me

Feel like I'm free

Youre always there for me

There for me

When I'm with you it will be alright

When I don't feel enough

Got nothing at all

I'm ready to fall

You always there for me

There for me

When I'm with you it will be alright

Membaca kalimat-kalimat yang pernah dibuatnya dulu membuat Rio tersenyum. Mengingat masa lalu memang seringkali terasa manis, walaupun itu kenangan pahit sekalipun.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang