Rio bergegas menuruni tangga, ruang kelasnya memang terletak di lantai 2. Siwa-siswi hilir mudik disekitarnya, jelas saja karena hari ini adalah jam istirahat. Rio tak mau kehabisan jam istirahatnya.
Ia sedang gembira berkat sebuah tiket di genggaman tangannya. itu adalah tiket karaoke gratis sepuasnya. Padahal karaoke itu milik tante Rio, Rio bahkan bisa karaoke kapanpun ia mau dengan gratis, lagipula Rio tak pernah memiliki masalah dengan uang. Tapi entah kenapa, ada sesuatu di tiket itu yang membuatnya senang.
Rio sudah memutuskan akan mengajak Sena, karena itu sekarang ia sedang bergegas menuju kelas cewek itu di X-2.
“Hoi!” Seseorang menepuk pundaknya, ternyata itu adalah Dion. Dibelakang Dion, Alex mengikutinya.
“Mau kemana lo?” Tanya Dion.
“Kelas Sena.” Kata Rio.
“Bro, lo harus inget waktu taruhan kita tinggal seminggu lagi.” Ujar Alex mengingatkan.
“Iya! Gue tau.” Dengus Rio kesal. Sudah hampir 2 bulan Rio mendekati Sena, namun gadis itu tetap saja keras bagaikan batu. Kalau dalam 1 minggu ini Rio masih tak mendapatkan perubahan, ia pasti akan kehilangan harga dirinya.
Pandangan siswa dan siswi kelas 1 tertuju kepada mereka, heran melihat anak kelas 3 berada di area kelas 1. Beberapa siswa menunduk ketika mereka bertiga lewat, maklum saja pengaruh MOS masih tersisa sehingga senior menjadi momok yang menakutkan. Namun, banyak juga siswi yang melihat mereka dengan kagum, terutama Rio.
Rio mengetuk pintu kelas Sena, dirinya disambut oleh seorang cewek mungil yang malu-malu melihat dirinya. Setelah mengatakan ingin mencari Sena, cewek itu mengangguk dan memanggil Sena.
Sena keluar diiringi oleh Pia. Pia tersenyum lebar begitu melihat Rio dan kawan-kawan, sedangkan Sena bahkan lebih dingin daripada biasanya.
“Nanti jalan yuk.” Kata Rio to the point. Siswi-siswi kelas X-2 langsung memasang telinga untuk mendengar percakapan mereka. Ingin tau apa yang seorang Rio dan Sena bicarakan. Sebagian besar murid tidak pernah menyangka, bagaimana mungkin seorang Rio sang pangeran sekolah bisa memiliki hubungan dengan Selena yang kutu buku.
“Sori, gue nggak bisa.” Jawab Sena dingin.
“Kenapa?”
“Gue ada pembinaan untuk lomba matematika.”
“Gue ada tiket karaoke khusus hari ini aja. Pulang dari pembinaan lo juga nggak bisa?” Rio mendesak.
Dion menarik tiket dari genggaman Rio, “Lo kok nggak bilang-bilang punya tiket? Kalo lo bilang kan gue bisa bawa baju ganti. Nggak perlu pulang kerumah buat ganti baju.”
Rio meninju lengan Dion, “Siapa yang ngajakin elo?!”
“Karaoke itu harus rame-rame. Iya nggak Lex?” Alex mengganguk mengiyakan.
“Tuh, sama temen-temen lo aja. Gue nggak bisa.” Kata Sena.
“Lo bolos pembinaan sekali aja, Sen.. nggak papa kan?!” Kali ini Pia yang angkat bicara.
Sena memicingkan matanya, menatap Pia dengan jengkel. “Nggak! Gue nggak mau bolos.”
“Ayolah, Sen.. Perginya sama gue juga.” Pinta Pia memelas. “Lo itu butuh refreshing, mungkin nyanyi-nyanyi sedikit cocok.”
Sejak insiden pertengkaran dengan Mamanya, Sena menjadi jauh lebih tak semangat. Pia menjadi resah melihat tingkah sahabatnya itu, sampai saat ini pula, Sena tak pernah menceritakan masalahnya kepada Pia.
“Gue nggak bisa nyanyi.” Kata Sena.
“Nggak perlu bisa kok, yang penting have fun aja.” Dion menyengir.
“Kali iniiii aja, Sen. Lo bolos pembinaan. Lagian lo kan udah pinter, mau pelajarin apa lagi coba.” Pinta Pia.
Sena menghembuskan napas panjang, dirinya merasa malas untuk bersenang-senang saat ini.
“Bolos itu nggak baik.” Kata Sena.
“Tapi terlalu sering belajar juga nggak baik, nanti otak lo terlalu terbebani.” Tambah Rio.
“Betul banget!!” Kata Dion, Alex dan Pia kompak.
“Kalian tau apa, sih?!” Desis Sena jengkel.
Mereka semua tertawa, baru sebentar mengenal teman-teman Rio mengapa Pia sudah bisa menjadi sebegini kompaknya.
“Jadi gimana?” Tanya Rio.
“Gimana apanya?!” Bagaikan hantu, Bianca datang dan menyusup diantara mereka.
“Kita mau karaokean bareng.” Jelas Dion.
“Wah!! Gue juga mau ikut ya!” Kata Bianca bersemangat.
“Boleh aja, lebih rame lebih seru.” Kata Alex membuat Rio tambah dongkol.
“Sudah diputuskan. Nanti kita ketemuan disana jam 4 sore. Pulangnya makan-makan ditraktir Kak Rio.” Kata Pia sepihak. Koor setuju langsung berkumandang diantara yang lain, terkecuali Sena dan Rio.
“T-Tapi..” Sena hendak memprotes.
“Kenapa lo? Mau protes gue ikutan? Gue juga punya hak ya.. karena taruhan kita pasti gue yang menang.” Bisik Bianca ditelinga Sena.
“Hah?!”
“Nggak ada protes lagi. Udah Sip!!” Ucap Dion tak terbantahkan. “Kita bakal hepi-hepi berenam, semuanya sudah disiapkan Rio.”
Rio melongo. Rencananya pergi berdua dengan Sena untuk merebut hati gadis itu telah sirna tergantikan oleh pesta ramai-ramai yang akan menguras isi dompetnya. Karena Rio yakin, teman-temannya tak akan pernah sungkan terhadapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceSelena sang murid teladan bertemu dengan Rio sang Playboy yang kesepian. Pertaruhan dibuat hingga mereka terpaksa untuk saling menaklukkan satu sama lain. Ketika cinta tiba-tiba datang dan kenyataan pahit menunggu mereka. Apakah yang sebaiknya merek...