✔️EPS. 2

745 72 5
                                    

"Akhir-akhir ini kayaknya lo lebih sering ke sini, deh, Rev." Gracio berucap ketika ia mendapati Reva yang dengan santainya duduk di bawah sebuh pohon kamboja dengan menyender. Ia tampak tidak takut sama sekali dengan keadaan yang ada di sekitarnya.

"Tidakkah kamu takut dengan keadaan sekitar yang ada di zamanmu sekarang?" Freya bertanya.

Reva tak langsung menjawab, ia lantas menyapu pandangannya ke sekitar area. Tatapannya sarat dengan rasa kagum.

"Rev."

"Kalau dibilang nggak takut, sih, nggak juga. Karena sebenarnya gue pun masih punya perasaan takut juga. Cuma, apa ya.. mungkin karena ya kalian tahulah gue bisa lihat dan ngontrol layers dunia yang pengen gue lihat. Jadi, apa yang tampak di masa sekarang, jadi ketutupan sama apa yang pengen gue lihat. Apalagi karena ada lo, Frey. Gue bisa lihat semuanya dengan jelas ketimbang transaparan kayak biasanya." jawab Reva dengan tersenyum tenang. "Thanks, ya, Frey, atas keberadaan lo." ucapnya lagi dengan tulus.

Freya menaikan kedua alisnya dan sedikit memajukan bibir bawahnya. Ia mengangguk sebagai jawaban terima kasihnya Reva.

"Tapi, Gee," Reva berucap dengan menoleh pada Gracio yang berdiri di sampingnya. "kenapa di masa depan tempat ini malah dijadikan kuburan untuk robot yang rusak, ya?" tanyanya.

"Mungkin karena di lokasi lain sudah kebanyakan dibangun pabrik untuk memproduksi robot organ serta gedung-gedung lab untuk penelitian, makanya salah satu sisa dari lahan seperti area ini dijadikan kuburan untuk alat yang sudah tidak terpakai." jawab Gracio sambil menunjukan dengan jelas sekilas penampakan yang terjadi pada tempat itu dalam beberapa ratus tahun kemudian.

"Robot organ? Maksud lo?" Reva bertanya dengan mengernyit karena belum pernah mendengar sebutan itu.

"Iya, robot organ itu adalah sejenis cybord namun memiliki organ tubuh seperti manusia di dalamnya. Bukan lagi seperangkat kabel maupun perangkat lunak melainkan jaringan tubuh asli dari manusia." jelas Gracio.

"Nggak buatan?" tanya Reva merasa tertarik dengan penjelasan Gracio.

"Nggak, asli dari tubuh manusia. Tapi semua itu tidak diambil secara paksa, melainkan secara sukarela. Lo pasti kaget dengar ini, kalau di masa depan, semakin maju perkembangan zaman, manusianya juga tak kalah maju. TAPI, dari sebagian besar orang-orang yang bergerak maju itu, masih ada banyak orang-orang yang justru lebih memilih menyerah dengan hidupnya. Entah karena mereka tak kuat untuk saling bersaing atau tekanan hidup yang pastinya lebih berat dibanding dengan zaman lo sekarang ini. Nah, karena keputus-asaan mereka itulah, ada sebuah perusahaan yang menyediakan tempat untuk mereka menyudahi hidup.

Menyudahi hidup di sini bukan dalam artian merekanya bakalan dieksekusi layaknya dibunuh atau disiksa, ya. Meski ya, dilihat dari segi manapun mereka yang menyerahkan nyawa ke perusahaan itu pasti akan mengalami rasa sakit sebelum akhirnya benar-benar dilenyapkan. Bedanya, mereka mati dalam keadaan legal. Bukan masuk dalam kasus kriminal pembunuhan atau pun bunuh diri. Nah, disitulah, organ-organ itu didapatkan dan dipasangkan ke robot-robot manusia yang ada di masa depan." jelas Gracio yang tak hanya membuat Reva tercengang, tapi Freya pun sampai tak menutup mulut sepanjang Gracio bicara. Keduanya benar - benar speachless.

"Seram juga ya orang-orang di masa depan." komentar Reva setelah hening beberapa saat.

"Menurutku itu tidak terlalu seram, meski sempat kaget juga, sih." kata Freya turut beropini. Ia berjongkok memungut salah satu daun kamboja yang gugur karena layu.

Reva dan Gracio serentak menautkan alis sesaat mendengar perkataan Freya. Sebab, tanpa perlu dijelaskan keduanya sudah seperti memiliki pemikiran yang sama kalau manusia di masa depan memang semenyeramkan itu. Kecuali pandangan Freya.

LAYERS || 48 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang