✔️EPS. 18

248 38 2
                                    

Dengan pakaian yang serba berpendar berwarna biru, Elios keluar dari balik pintu kamar mandi Reva. Ia tersenyum dengan agak sedikit menyeringai.

"Bagaimana? Kau sudah menyerah, Nak?" tanyanya sesaat satu langkah keluar pintu.

Reva tak langsung menyahut dan ia hanya menoleh pada kanan kirinya mendapati kedua teman beda dunianya terlihat transparan di matanya. Bahkan suaranya pun tak terdengar sama sekali oleh Reva.

"Apa yang Anda lakukan pada teman saya!?" tanya Reva seraya menatap tajam pada Elios. Sebisa mungkin ia tahan dirinya agar tidak merasa terintimidsi.

"Cheh." Elios terkekeh sebelum kembali menyahut, "aku hanya membuat mereka kekurangan eksistensi. Dan ternyata kau rupanya seperti tak bisa apa-apa tanpa mereka." lanjutnya basa-basi.

"Itu tidak benar! Apa yang sebenarnya bapak mau dari saya!?" tanya Reva dengan berani.

"Aku tidak pernah meminta apapun pada anak lemah dan tak bisa apa-apa sepertimu."cibir Elios.

Reva menatap dengan seksama pada Elios tanpa bertanya kembali. Ia yakin bahwa Elios tidak mungkin muncul begitu saja tanpa maksud. Terlebih, kenapa bisa ia muncul dari balik kamar mandi itu? Menyelinap kah?

"Katakan padaku sekarang, apa yang tengah kalian rencanakan pada ritual gedung yang akan dilakukan sebentar lagi itu?" tanya Elios yang membuat tanya di pikiran Reva terjawab dengan tersirat.

"Maksud bapak apa ya bertanya seperti itu?" tanya Reva dengan melipatkan tangannya ke dada.

"Oke. Baik. Saya akan berterus terang sekarang. Saya hanya ingin tahu apakah kamu sudah menemukan siapa calon korban berikutnya. Karena menurut yang saya lihat, kamu bahkan sudah bertemu dengan salah satu anak itu di sekolah." ucap Elios entah itu jujur atau ia hanya sedang membuat alasan saja.

"Sebelum itu, bisakah saya meminta bapak untuk bebaskan kedua teman saya terlebih dahulu? Karena sangat tidak adil rasanya kalau bapak meminta seperti ini sementara teman saya masih dihalangi." pinta Reva mencoba mengembalikan situasi.

Tak lama berselang, eksistensi Freya dan Gracio pun kembali terlihat jelas.

"Reva! Kau tak apa-apa? " seru Freya begitu ia kembali bisa bergerak. Karena selain tak terlihat ia juga tak bisa menggerakan tubuhnya sama sekali. Entah apa yang sudah Elios lakukan padanya dan juga Gracio.

"Sebelum saya mengatakannya, bisakah saya bertanya mengenai alasan  kenapa bapak bisa ada di rumah saya dan kenapa bapak harus tahu mengenai korban dari ritual itu sementara bapak lebih lama berada di sekolah itu dibanding saya." ucap Reva dengan sepenuh keberaniannya.

"Anggap saja kita melakukan hubungan saling menguntungkan sekarang. Dan saya yakin kamu juga pasti membutuhkan informasi yang belum kamu ketahui mengenai sekolah itu terutama keterlibatan kedua orangtuamu. Bagaimana?" ucap Elios yang membuat Reva tergelak tak menduga bahwa Elios bisa tahu semuanya sejauh itu.

"Orang ini sulit dilihat masa depannya." ucap Gracio dengan pelan.

"Keuntungan apa yang Anda dapatkan setelah mengetahuinya?" tanya Reva mulai sedikit terpengaruh.

"Sebuah sesuatu yang tak perlu kau tahu itu apa, namun yang jelas tak akan merugikan siapapun apalagi manusia." jawab Elios dengan sedikit misterius.

"Tunggu. Anda kan adik dari Ratu Gura penunggu lautan utara, apakah sesuatu itu berhubungan dengannya?" tanya Reva lagi dengan menyipitkan mata padanya.

"Ya. Anggap saja seperti itu." katanya pada akhirnya. "Dan yang membuat saya bisa berada di sini kau pasti tahu sendiri dengan jawabannya." lanjutnya dengan balik membalas tatapan Reva.

Reva menganggukan kepala pertanda mengerti. Ia melirik pada kedua sahabatnya yang diam saja tanpa memberikan tanggapan maupun reaksi apapun.

"Kenapa kalian diam saja?" tanya Reva.

"Apa yang ada dalam pikiranku adalah reaksi yang sedang kamu lakukan sekarang." jawab Freya.

"Sama. Gue juga." tambah Gracio.

"Jujur, sebenarnya saya dan teman-teman saya masih bingung mengenai rencana apa yang semestinya kami lakukan. Namun, sejauh ini, setelah mendapatkan banyaknya petunjuk dan yang paling besar adalah dari orangtua saya sendiri. Mungkin saya akan mencegah ritual itu kembali terjadi dengan cara mencari tahu siapa orang-orang yang terlibat dalam ritual yang pertama kali dilakukan." ucap Reva menjelaskan secara gamblang.

"Tunggu dulu, bisakah kita dengarkan lebih dulu mengenai apa saja yang sudah kau ketahui mengenai ritual di sekolah itu?" tanya Freya.

"Dan apa maksud Anda mengenai ucapan yang mengatakan bahwa Reva sudah bertemu dengan salah satu murid itu." Gracio menambahkan.

Belum lagi Elios membuka mulutnya terdengar bunyi gaduh dari ruang depan. Elios dan Reva sempat saling pandang sebelum akhirnya keduanya sama-sama beranjak demi memeriksa dengan apa yang sedang terjadi.

"REVA!!" seru Deo dengan memeluk Reva begitu saja seraya memeriksa seluruh tubuh Reva setelahnya.

"Eh, anjir!!" sentak Reva setelah sesaat kaget dengan apa yang baru saja Deo lakukan terhadapnya. Ia memukul punggung Deo karenanya.

"Maaf. Gue cuma mau mastiin lo--- pak Elios!?" sahut Deo yang kemudian terbelalak mendapati keberadaan Elios yang berdiri tepat beberapa undak tangga di atas Reva.

____________

Ketiganya ditambah dengan keberadaan Freya dan Gracio kini tengah berada di dalam basecamp rumah Reva.

"Lo yakin mengajak kita-- maksud gue dia buat masuk kemari, Rev? Gimana kalau dia sebenarnya kaki tangan dari orang-orang yang nyuruh buat nyari kandidat murid atau guru buat yang akan menjadi korban berikutnya?" tegur Deo sesaat mereka masuk dan suaranya sengaja dibuat senyaring mungkin agar Elios mendengarnya dengan jelas.

Elios yang mendengar itu hanya diam dan tak menanggapi lebih lanjut. Sikapnya tidak menunjukan pembenaran maupun penolakan.

"Sebenarnya gue nggak benar-benar yakin, sih. Tapi, berhubung apa yang pengen gue lakuin kedepannya itu masih nggak jelas seperti apa, jadi ya sudah. Lagian, kalaupun dia punya niat jahat sama kita, seenggaknya dua sahabat gue bisa lebih mengawasi dia dibanding gue." sahut Reva yang juga tak memelankan suaranya.

Elios terkekeh sesaat.

"Jangan sementang kau bisa membungkam kami sekali menandakan kau bisa membungkam kami untuk yang berikutnya." ucap Freya.

"Nah." -Reva.

"Nah apa?" -Deo.

"Coba bapak sekarang ceritakan ke kita mengenai apa saja yang sudah bapak ketahui mengenai ritual gedung sekolah itu." pinta Reva.

"Bukannya temanmu bisa membawamu pergi ke masa lalu? Artinya kau sudah pasti tahu semuanya bukan." ucap Elios tak langsung memberikan jawaban.

"Jika dia tahu semudah itu, sebelum hari ini datang  masalahnya sudah pasti selesai dari kapan tahu. Bahkan sebelum dia tahu orangtuanya terlibat." sahut Deo dengan memutar bola mata malas.

"Jadi, kekuatan kalian tidak sepenuhnya bisa membawanya pergi ke dimensi waktu pada saat itu?" tanya Elios memastikan.

"Bapak dilihat-lihat dari tadi kayak ngulur-ngulur waktu terus. Sengaja, ya?" seru Reva geregetan.

"Sejujurnya saya kecewa sudah masuk dalam circle kalian. Tadinya saya pikir kalian lah orang-orang yang mungkin bisa saya jadikan sekutu. Ternyata saya salah. Kalian hanya sekumpulan para bocah penasaran yang tak tahu apa-apa." ucap Elios meremehkan.

Tidak terima sahabatnya dicap seperti itu, dengan sigap Gracio memindahkan Elios ke dalam penjara yang ada di masa depan.

"Kita belum sempat tahu semuanya dari dia, Gee!" seru Reva lagi dengan agak sedikit frustrasi.

"Kau tenang saja, Reva. Ia kembali meninggalkan benda ini." ucap Freya seraya memungut sebuah buku  kecil berpendar cahaya biru. Tapi hanya sebentar dan begitu Deo melihatnya buku itu tampak terlihat seperti biasa saja.

"Kok, bukunya kayak nggak suka gitu gue lihatin, langsung padam gitu aja." protes Deo dengan mukanya yang cemberut.

LAYERS || 48 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang