Satu manusia asli, satu manusia setengah siluman, dan dua mahkluk tak kasat itu pun berkumpul di dalam kamarnya Reva. Mereka duduk melingkar di lantai menghadapi buku biru yang ditinggalkan oleh Elios.
"Lo yakin kita nggak perlu ngeluarin si Elios itu kembali? Lo dengarkan dia bilang mau bersekutu sama kita? Siapa tahu dia bisa jelasin mengenai buku ini sama hal apa yang mesti kita lakuin." ucap Reva pada Deo.
"Nggak. Gue sudah kasih tahu Jinan buat nyusul kita kemari. Meski gue sempat terpengaruh sama ucapannya tadi, tapi gue masih bisa lebih mempercayain kekuatan Jinan buat ungkap semuanya." sahut Deo.
"Memangnya apa yang akan dilakukan Jinan pada buku itu?" tanya Freya sambil memperhatikan buku itu dan mencoba untuk masuk dalam ingatan mengenai buku itu. Tapi tidak bisa.
"Sama seperti yang kamu lakukan sekarang. Bedanya, energi yang dia miliki lebih besar. Jadi, kemungkinan untuk masuk dalam ingatan buku ini bisa ia lakukan." Deo menjawab.
Gracio tertawa pelan mendengarnya, sementara Freya hanya mendengkus. Sebenarnya, kalau urusan energi, Gracio memang lebih besar, namun tetap saja, ia tak bisa pergi ke masa lalu karena itu bukanlah kemampunnya, terkecuali masa yang ada saat ini. Itupun ia masih belum paham bagaimana bisa.
Tak berapa lama kemudian Jinan datang dengan ransel di punggungnya. Tidak besar namun kelihatan penuh.
"Jinan, lo ngapain bawa ransel segala?" tanya Reva.
Kita akan pergi dari dimensi ini dan gue nggak mau kita nggak punya persiapan apa-apa selama di sana
"Maksudnya?- Reva.
"Sebentar." Jinan lantas menyentuh buku itu lalu kemudian membuka setiap lembarannya. Ya, buku itu tampak terlihat kosong sama sekali seolah tak ada tulisan apa-apa di sana. Hanya bagian belakang sampulnya saja yang ada kata 'Tanam nyawa 9 tua muda 7 abadi bilah bambu' selebihnya hanya berisikan lembaran kertas putih saja.
"Gue curiga kalau sebenarnya Elios pun juga turut andil dalam ritual itu." komentar Gracio.
Kamu benar, Elios memang turut andil di dalamnya. Keputusan Gracio untuk mengurungnya adalah hal yang tepat. Namun, aku harap ia tak bisa kabur selagi kita mencoba untuk menghentikan sekte itu.
"Sekte?" beo Reva dan Deo bersamaan.
Buku ini ditulis dengan tinta air liur iblis. Sangat sulit untuk terlihat kecuali kalau memiliki cincin merah delima. Tulisannya acak-acakan, namun aku bisa melihat kalau mereka yang menumbalkan 16 orang itu adalah para dari orang-orang yang meminta banyak hal. Tentunya sesuatu yang padahal harus menempuh lebih banyak proses dan waktu menjadi sangat mudah seperti dengan hanya membalik telapak tangan.
Reva melirik sesaat pada telunjuk Jinan yang ternyata tersemat cincin kecil yang nyaris samar menyerupai warna kulitnya. Kalau saja tak ada bintik-bintik merahnya, mungkin ia akan terlihat seperti tak memakai cincin sama sekali.
"Oke, gue tahu arti sekte itu apa." Reva melipatkan bibirnya ke dalam sesaat kemudian kembali berbicara. "Tapi, bukan itu maksud gue. Nah, sekarang kita mesti pergi ke sekolah, bukan?" tanya Reva.
"Benar. Tunggu apa lagi? Ayo!" sahut Deo dengan sedikit bersemangat.
"Aku akan membuat perjalanan kalian menjadi lebih ringkas. Bersiap." seru Gracio dan tak berapa lama mereka langsung berada di depan halaman sekolah. Tadinya Reva ingin mengingatkan kalau mereka sekarang lagi sama Jinan, tapi tak sempat lantaran Gracio sudah lebih dulu melakukan teleportase denga sangat cepat sekali. Bedanya, kali ini ada hawa dingin yang sampai menusuk ke dalam tulang walau hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAYERS || 48 [Completed]
Mystery / ThrillerAku bisa melihat dua dunia sekaligus dalam satu waktu.. Kalau kalian nyari yg kapal-kapalan, nggak ada di sini. kalau kalian nyari yg uwu-uwu, nggak ada juga di sini. Dan kalau kalian nyari yg alurnya mainstream, juga nggak ada di sini. KARENA...