✔️EPS. 7

372 53 0
                                    

Lo bukannya tadi katanya introvert ya? Kok bisa tahu?

Reva memutar bola mata malas menanggapi tatapan keduanya padanya.

"Jadi gimana? Bener nggak ada kaitannya sama yang gue bilang barusan?" tanya Reva lagi.

"Ada dua kemungkinan, sih. Bisa iya tapi bisa juga nggak. Soalnya, sejauh ini gue juga nggak tahu jelas asal suara berisik itu darimana." jawab Deo sesaat berpikir.

"Hm, skip bagian yang itu. Terus tujuan lo ngasih tahu kita semua ini apa? Nggak mungkin dong lo jauh-jauh bawa kita ke dunia lo cuma buat ceritain ini doang apalagi sama orang yang baru lo ajak ngomong tadi siang." kata Reva lagi dengan masih sedikit kesal.

Deo tidak segera menjawab dan tampak sedang berpikir.

Gue tebak, lo pasti minta bantuan sama kita, terutama Reva

Deo menatap Jinan dengan intens tanpa mengatakan apa-apa, sedang yang ditatap hanya mengangkat salah satu alisnya.

"Gue rasa tebakan lo benar, Nan."

"Ya, lo benar. Tujuan gue ngajak kalian ke sini emang bermaksud buat bantuin gue. Tapi, itu juga tergantung kaliannya mau atau nggak, sih. Karena di sini yang paling beresiko itu kalian, bukan gue." kata Deo yang membuat pertanyaan besar dalam benak Reva dan Jinan.

"Maksud lo apa?" tanya Reva.

"Maksud gue, gedung ini nggak lama lagi bakalan di renovasi. Dan setiap direnovasi, akan selalu ada orang yang mati buat jadi tumbalnya." kata Deo dengan serius.

Maksud lo nanti bakal ada 7 murid dan 9 guru lagi yang bakal dijadikan tumbal berikutnya?

"Besar kemungkinannya sih begitu." sahut Deo.

"Lo tahu informasi itu darimana? Gedung sekolah kita sekarang aja udah yang paling besar dan paling bagus di kota ini." selidik Reva.

"Jadi gini, sebagai mahkluk setengah jin, gue bisa buat diri gue nggak bisa dilihat sama manusia, kan. Waktu itu gue sengaja nyelinap masuk ke ruang guru. Niatnya cuma mau ngecek photocard oshi gue keselip apa nggak dalam buku catatan yang gue kumpulin. Eh, nggak tahunya gue malah dengerin obrolan kepala sekolah sama beberapa guru mengenai rencana renovasi." jelas Deo.

"Masih rencana apa udah ditentuin kapan pengerjaannya?" tanya Reva lagi.

"Kalau nggak salah ingat bakal dikerjain dalam 5 bulan ke depan lagi kayaknya." kata Deo dengan mengingat-ngingat.

Tap!

Tangan Jinan tiba-tiba saja menyentuh bahu Deo dalam beberapa detik. Kemudian ia kembali menulis pendapatnya.

4 bulan lebih 13 hari lagi. Dan kita bakal belajar di satu gedung yang sama selama pembangunan kembali.

"Gue kira lo cuma bisa rasain keberadaan sosok halus doang. Nggak taunya juga bisa lihat ingatan orang juga. Untung yang tadi pagi bukan gue yang ngobatin luka lo." komentar Reva.

Deo yang ingatannya baru saja dilihat Jinan tak kelihatan terkejut sama sekali alias biasa saja. Mungkin karena ia sudah menduga hal itu bisa terjadi?

Prok!

"So, kalian berdua mau kan bantuin gue?" tanya Deo kemudian.

"Tergantung."

Bantuan yang lo minta ini berupa apa dulu? Kan nggak lucu kalau lo minta bantunya buat gagalin rencana mereka..

"Justru itu! Gue mau kalian kerja sama dengan gue buat gagalin sekaligus cari tahu siapa dalang dibalik penyanderaan 16 korban tersebut." tukas Deo.

LAYERS || 48 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang